PAPA WORKSPACE

152 16 0
                                    













"Hallo?"

"Iya saya segera kesana."

Rayyan buru - buru memakai jas hitamnya sambil berjalan secara terburu - buru. Ia mematikan handphone nya sambil berhenti sejenak di dekat  El yang baru saja keluar dari dapur.

"Saya pergi dulu, ada pekerjaan mendadak, kamu jaga diri baik - baik!" pesannya lalu melesat keluar dari rumahnya. El mengikuti dari belakang, di sana ada asisten ayahnya dan... Satya?

Mereka terlihat mengobrol dengan serius. Bukan obrolan ringan ala keponakan dan pamannya. Namun lebih seperti obrolan antara atasan dan bawahan. Sangat terlihat formal.

Tak lama kemudian Rayyan memasuki mobil dan meninggalkan pekarangan rumah, menuju tempat yang selalu membuatnya tidak mempunyai waktu dengan keluarganya.

Tanpa sadar El masih memperhatikan Satya terlalu lama, tepatnya bukan ke arahnya, hanya melamun sampai tidak menyadari Rayyan telah pergi.

Namun itu memiliki arti yang berbeda bagi tingkat kepercayaan diri Satya yang melebihi tingginya monas.

Satya mengernyit sambil melambaikan tangannya di depan El. 

"Hello, are you soul still here El?"

El berhasil tersadar saat Satya mencubit hidungnya gemas. Gadis berkaos putih oversize itu mengusap kesal hidung miliknya.

"Do you know what pain is?" kesal El. Satya memberikan cengiran miliknya.

"Sakit hal yang lumrah di rasakan setiap manusia, tetapi nggak kayaknya untuk orang yang memiliki gender ragu - ragu kayak lo!" jawab Satya yang membuat El kembali mendengus kesal.

"Lagian lo liatin apa sih? Wajah gue yang ganteng kayak oppa - oppa korea ini?" tanya Satya sedikit di selingi kepercayaan dirinya yang super tinggi.

El memutar bola matanya malas, ia menamplok wajah Satya dengan daun hias yang berguguran dan jatuh di atas pot  tempatnya di tanam. "Iya, wajah lo emang mirip sih sama opah - opah, tapi opah yang itu." El menunjuk lelaki tua genit yang berjoging di pagi hari sambil menggodai dua orang remaja SMA, gadis lantas berjalan memasuki rumahnya. Meninggalkan Satya yang berdecak melihat tingkah laku lelaki tua itu.

Tidak bisakah ia membaca raut risih kedua gadis itu?

"Dasar tua - tua keladi," cibir Satya sambil berniat menyusul El. Tetapi ia teringat suatu hal yang membuat niatnya urung.

Ah Handphone nya tertinggal di mobil, maka dengan segera ia kembali menuju mobil berwarna putih miliknya.

****

"Flashdisk?"

El mengambil falshdisk berwarna hitam yang terletak di atas meja ruang tamu.

Perlahan ia berjalan mendekati meja dan mengambil benda kecil berwarna hitam itu.

"Ini pasti punya Papa," gumamnya sambil mendengus kecil. Kalau di pikir - pikir ceroboh juga sosok Rayyan yang di kenal perfeksionis ini.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang