El menahan tangan Meisya yang berjalan di tangga. Di sampingnya terdapat Reyhan dan Arvan yang terlihat menemaninya sedari tadi.
Iya, tidak ada yang ingin sahabatnya terluka. Begitu pun Reyhan dan Arvan.
Mereka juga prihatin atas hal yang menimpa Meisya. Mereka sampai saat ini masih percaya. Bahwa Meisya bukan gadis seperti itu.
Meisya menghempaskan tangan El. "Meisya," panggil El lirih.
"Apa lagi El? Gue udah nggak nerima bualan apapun! Stop omong kosong lo saat ini!" potong Meisya dengan suara pelannya.
"Tolong kasih gue waktu sendiri dulu!" ujarnya lirih tanpa menatap ke arah El.
Suara lirihnya menandakan bahwa ia benar - benar merasa di titik terendah sekarang. Ia butuh ketenangan.
Gadis itu kemudian melirik ke arah Arvan dan Reyhan.
"Gue pergi, kalau kalian percaya sama gue, ikut sama gue, tapi," Meisya menjeda kalimatnya. Ia mengepalkan tangannya pelan lalu meneguk ludahnya.
"Kalau kalian nggak percaya sama gue, kalian bisa ikut dengannya," sambungnya sambil berbalik. Berjalan pelan meninggalkan El yang masih berdiri di sana dengan Arvan dan Reyhan yang masih terlihat bimbang.
Meisya menundukkan kepalanya yang membuat butiran air mata jatuh ke atas lantai keramik lorong sekolah yang sepi.
Memang, tidak ada yang mau memihak padanya saat ini. Dunia tidak memihak dirinya.
Dunia tidak adil padanya. Sudah cukup Meisya merasakan pengkhianatan dari ibunya sendiri. Ia berharap tidak lagi pada sahabatnya. Namun foto El kemarin akan membuat siapapun salah paham.
Walau pun sisi lain hatinya mengatakan bahwa El tidak mungkin seperti itu. Tetapi dengan pikiran yang kacau. Hasutan apapun pasti mudah mempengaruhi seseorang.
Dan itu berhasil pada Meisya yang sedang hancur.
Atau memang Meisya ingin menjauh dari semua orang terdekatnya dengan bertumpu pada foto itu.
Dan sekarang mungkin Arvan dan Reyhan memihak El, bukti kuat terlalu mengarah kepadanya. Siapa lagi yang mau berteman dengan gadis sepertinya?
Meisya tidak apa. Sungguh ia baik - baik saja. Hatinya sudah terlalu sering hancur. Jadi luka sekecil ini tidak berpengaruh padanya lagi.
Atau ia hanya berbohong. Dia hanya mencoba menghibur dirinya bukan membiasakan dirinya dengan luka.
Bahunya serasa di rangkul. Seseorang merangkul bahunya yang rapuh.
Meisya menoleh ke arah samping kanannya. Di situ terdapat Arvan yang tersenyum lebar kepadanya. Seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik - baik saja.
Dan tangan kirinya terasa di genggam. Itu Reyhan yang beralih mengacak rambutnya. Memberikan senyum menenangkannya. Mengatakan bahwa semuanya akan berakhir pada waktunya.
Mereka berdua bersamanya. Sahabatnya bersamanya. Meisya menoleh ke arah belakang. Melihat El yang masih berdiri di tempatnya sambil tersenyum saat manik matanya yang terlihat berkaca - kaca bertemu dengan manik matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...