TRIC

133 19 0
                                    














El mencebikkan bibilnya sebal sambil mengalihkan pandangannya dari Satya yang begitu menyebalkan di matanya.

Sebenarnya dia itu saudara El atau bodyguard El sih? Masa kemana pun ia pergi si kurang kerjaan ini malah selalu ingin mengintili.

Contohnya sekarang lelaki itu sedang menyetir dengan santainya sambil bersiul. Tidak memperdulikan beberapa kali El protes dengan kesal karena dia yang ingin mengikuti dirinya lagi. Padahal ia sudah beralasan akan jalan - jalan sebentar. Padahal sebenarnya ia hari ini berniat mengunjungi toko bunga untuk membeli pesana Alvira sebelum ia mengunjungi gadis itu lagi. Tapi si pengagguran ini malah tidak percaya.

Alhasil, dia mengatakan ingin mengunjungi rumah Reino saja, sekalian ia juga rindu pada kakak sepupunya itu.

Okey, misi pertama El hari ini adalah mengelabuhi Satya.

"Pengangguran," cibir El pelan sangat pelan.

Tetapi tak di duga Satya malah menoleh, "Hm?" gumamnya dengan nada bertanya.

El menggelengkan kepalanya, "Nggak - nggak," jawabnya.

"Ke rumah Reino? Kakak sepupu lo kan?" ucap Satya memecah keheningan di antara mereka berdua. El menoleh, mengamati wajah aneh dan heran kakaknya yang sangat ketara saat mengucapkan kalimat 'Kakak sepupu'.

El mengagguk sekilas, "Jangan heran, gue memang punya banyak Kakak sepupu termasuk lo, Papa kan, 5 bersaudara," jelas El menghilangkan rasa heran Satya.

"Iya juga ya, banyak saudara berarti banyak keponakan juga," jawab Satya, namun diam - diam ia bergidik membayangkan Rayyan yang di gerogoti oleh semua keponakannya. Menarik - narik jas rapinya seraya merengek meminta permen. Tetapi pikiran itu ia enyahkan, sangat kecil kemungkinan itu terjadi kepada Rayyan. Mengingat rata - rata keponakannya pendiam.

El bergumam menyetujui, tetapi saudara sepupu nya juga tidak sebanyak itu jika di bandingkan dengan ayahnya yang berstatus lima bersaudara. Kalau mereka masing - masing memiliki anak tiga ya, pasti akan begitu banyak. Tetapi rata - rata hanya memiliki satu anak. Hanya Papa nya dan satu pamannya lagi yang nempunyai tiga anak. Sisanya hanya satu.

Mobil yang di kendarai Satya memasuki pekarangan rumah besar milik Reino. Ia melirik sekilas ke arah bagasi rumahnya.

Ada satu motor bukan kepunyaan Reino, dan El sepertinya tahu itu punya siapa. Dan ini sangat menguntungkan.

"Oh sepertinya ada yang lebih dulu datang," gumamnya. El bisa memanfaatkannya dengan baik.

El menutup pintu mobilnya ia berjalan ke arah depan mobil, lalu mengikat tali sepatunya yang lepas sebentar, "Kak, masuk aja duluan jangan sung--" El melongo, saat Satya melewati dirinya, dan dengan santainya memasuki rumah Reino yang terlihat sudah ia anggap seperti rumah sendiri.

"--Kan."

El berdecak, "Perasaan Kak Satya belum pernah kesini deh? Kenapa dia masuk kerumah Kak Reino tanpa malu - malu begitu?" gumam El bingung. Ia pikir, Satya tidak akan berani masuk jika tidak bersama dirinya. Tapi ternyata..

"El sematkan pikiran lo itu pada Arsi yang pemalu, bukan Satya yang tidak tahu malu," tegurnya pada diri sendiri.

El beranjak memasuki rumah Reino sambil menatap ke sekeliling, sepertinya bunga hias ini semuanya baru. Selera bunga tante nya memang tidak mengecewakan.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang