Dear diary

462 49 0
                                    




"Semua orang berhak atas hidupnya sendiri, memilih masa depannya sendiri. Tetapi tidak semua orang berfikir begitu. Sama seperti hidup El, dimana masa depannya telah di tentukan, bukan oleh dirinya sendiri."

       ********************

El memberikan sentuhan terakhir pada rambutnya, tidak berlebihan, dia hanya menggerai rambutnya karena merasa sangat malas harus mengikatnya dahulu.

Ia mematut tubuhnya di depan cermin besar kamarnya, seperti biasa dirinya terlihat cantik.

Setelah dirasa cukup, ia segera mengambil ransel hitam miliknya, lalu berjalan ke luar kamarnya.

Brukk

El berjengit kaget saat mendengar suara benda terjatuh dari kamar yang baru saja di lewatinya. Karena rasa penasaran yng tinggi tanpa pikir panjang ia berjalan mendekati kamar dengan pintu coklat yang tertutup rapat itu.

Ceklekk

"Lah di kunci?" gumam El sambil melepaskan kembali handle pintu kamar tersebut.

"Kuncinya di mana ya?" gumam El sambil mengetuk - ngetukkan ujung sepatunya di lantai.

Ia mendekati lubang kunci kamar itu, ia menempelkan wajahnya di sana.

Seketika juga ia mencium bau lavender memabukkan memenuhi indra penciumannya.

El menajamkan penglihatannya saat sebuah angin tiba - tiba datang entah dari mana lalu menerbangkan sebuah kertas yang di letakkan di atas meja.

Tak

Suara kertas menabrak pintu coklat itu. El mengarahkan matanya ke bawah.

Tetapi sia - sia, ia tidak bisa melihat apapun.

"El!"

El tersentak lalu segera menoleh ke samping. Mendapati Satya yang kini menatapnya bingung.

"Ngapain di situ?" tanya Satya bingung.

"Tadi ada tikus masuk,  betina jantan, gue takut mereka berzina di sana!" ucapnya seraya menujuk pintu kamar berwarna coklat itu.

Satya terkekeh kecil, "Ck ada - ada aja lo" kekeh Satya.

"Emang kenapa kalau mereka berhubungan suami istri, yang hamil juga bukan lo kan."

"Ayo buruan, ntar keburu telat!" ucap  Satya.

El mengernyit tidak puas, tetapi kakak sepupunya itu benar, ia harus segera berangkat ke sekolah kalau tidak ingin mencabuti semua rumput di taman belakang sekolah.

El mengagguk lalu mengikuti langkah Satya yang telah lebih dulu menurini tangga.

El menghentikan langkahnya saat secari kertas tiba - tiba keluar setengah dari celah pintu bagin bawah.

El berjongkok lalu memungut kertas itu.

Ia membalik kertas putih yang sudah berwarna sedikit ke coklatan itu, entah karena tumpahan sesuatu atau kencing tikus, ia tidak tahu.

ELSSIE AND HER STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang