"ELLLLLLLLLL!"
"Buset pajang banget jadinya panggilan lo, kayak superadududududu," ujar Arvan seraya tertawa kecil. El di sampingnya ikutan terkekeh.
"Iya juga ya, semuanya berubah di tangan seorang Meisya," jawab El.
"Firasat gue kok nggak enak ya. Lebih baik lo pergi El, sebelum tali putri itu ngejerat l-"
GREPPP
"-ooo tuh kan apa gue bilang," gertutu Arvan dengan nada sepelan mungkin.
"Gue kangen banget sama loo," girang Meisya seraya mengeratkan pelukannya kepada El.
"Alay lo," cibir Arvan yang di balas delikan tajam oleh Meisya.
"Bilang aja lo iri pengen di peluk sama gue," sewot Meisya seraya menatap Arvan sinis. Seketika Arvan bergidik ngeri seraya bergerak sedikit menjauhi Meisya yang masih betah memeluk atau entah membekap El dengan pelukan super ketat nya.
"Yang ada kulit gue kudisan di peluk sama lo," sewot Arvan balik.
Mata Meisya melebar, ia menatap penuh permusuhan ke arah Arvan.
"Songong lo! Mandi pakai oli aja bangga!"
"Dih gue mah mandinya pakai kembang 17 rupa ya, nggak kayak lo yang mandi pakai air limbah pabrik, jadinya bau kayak ikan goso-"
Meisya melepaskan pelukannya pada El sambil berlari mendekati Arvan yang menjauh.
"DASAR JOMBLO ABADI LO, RAJA PANU, BUJANG KARATAN KUCING KEBELET KAWIN! SINI LOO!" sumpah serapah Meisya seraya mencoba menggapai Arvan yang menjadikan El tamengnya.
"El pukul El, pukul godzilla itu musuh kita bersama!" suruh Arvan yang tambah membangkitkan amarah Meisya.
"Lo setan! Ultraman gagal kalau berani sini lo!" teriak Meisya memkakkan telinga para siswa di koridor yang tidak terlalu ramai itu.
"El serang siluman toa penyebab telinga gagal fungsi itu El, godzilla itu-"
"APA?" galak Meisya yang membuat Arvan menghentikan kalimatnya. Arvan menjulurkan lidahnya mengejak. "Lo siluman nyamuk berkepala headset," ejek Arvan.
"Lo memang minta di--"
"Meisya masih pagi, kuda lepas nggak usah di ladenin."
Meisya menoleh sambil tersenyum kikuk. Bukan El yang berbicara, apalagi Arvan, tetapi kepala sekolah yang baru saja lewat di dekat mereka seraya tersenyum ramah. Menasehati siswa teman dari El itu yang memang gemar meramaikan koridor sekolah.
"I-iya pak," jawab Meisya kikuk. Ketiga mata siswa SMA itu menggiring kepergian kepala sekolah mereka yang menuju kearah kantin. Namun setelah tubuh si kepala sekolah menghilang, Meisya dan El saling tatap, lantas tertawa terbahak - bahak.
"HAHAHAHAH KUDA LEPAS!" ejek Meisya dengan tawa besarnya. Meisya menepuk bahu El dengan tawa geli di bibirnya.
"Eh haha nanti kalau ada yang mau nari kuda lumping, kita tawarin saja dia, biar kudanya nyata," saran Meisya yang menjurus ke arah ejekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...