Gadis kecil dengan kaos berwarna peach itu dengan lihai menggoreskan ujung kuas bergagang dengan warna coklat gelap itu.
Kakinya di balut dengan celana jeans longgar membuatnya terlihat sedikit tomboy.
"Jadi kapan kamu pulang?"
Kepala mungil itu sesekali menyembul dari balik kanvas, melihat objek yang sedang di lukisnya.
Seorang wanita dengan umur 20 ke atas itu sibuk membuat kue dengan tepung yang sedikit menempel di wajahnya itu.
Sesekali ia menyahuti seseorang yang menelponnya melalui telepon yang di Loudspeaker.
Entahlah balita berwajah cantik itu tidak terlalu mendengar pembicaraan mereka, hanya beberapa kata yang tertangkap secara samar di telingaya.
"Iya Ma, mungkin dua hari lagi aku kesana," sahut wanita itu dengan suara lembut miliknya.
"Iya aku ajak cucu kesayangan sama menantu Mama yang sok sibuk itu. Padahal presiden juga bukan haha."
"Ma, kita sudah bicarakan ini berulang kali, bahkan sebelum aku menikah kan?, Mama bilang aku harus menikahi orang yang tulus mencintaiku kan?"
"Mama ingin bicara dengan El?"
"Mama coba lihat ke sini bental!"
Wanita yang di panggil 'Mama' itu menoleh ke arah putrinya yang berumur lima tahun itu.
"Kenapa hm?"
"Nggak jadi deh, Mama kesana dah!" suruhnya lalu kembali fokus ke dalam lukisannya.
"Done," ucapnya saat berhasil menggambar ibunya,ya hanya bagian wajah sampai dadanya saja. Tapi ukuran lukisan seorang anak kecil, itu bisa di bilang bagus.
Ia sedikit memundurkan tubuhnya, jarinya ia letakkan kedagu, seakan menganalisis apa saja yang kurang di dalam lukisannya.
Tanpa sadar ia terus mundur dan mundur tanpa menyadari kursi yang di dudukinya tanpa sandaran.
Gadis mungil itu bahkan tidak menyadari ia sudah berada di ujung sampai ia kehilangan ke seimbangannya sehingga membuatnya jatuh tercuat ke belakang dengan kaki mengangkat ke atas dan terjatuh setelah pantatnya mencium ubin lantai terlabih dahulu.
Brukk
Suara benturan yang lumayan keras membuat wanita cantik yang masih sibuk dengan adonan kuenya itu terkejut dan melepaskan semua benda di tangannya.
Dengan tergesa - gesa ia menghampiri putrinya yang kini terduduk sambil memegangi pinggangnya.
"Aduhh El encok ini," gumam balita itu di saat pantatnya masih terasa nyeri.
"Astaga El!" teriak wanita itu lalu segera menggendong anaknya ke pangkuannya, ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan sambil mengusap lengan anaknya yang sedikit lebam karena berbenturan keras dengan kaki meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSSIE AND HER STORY
Teen FictionMereka pikir semuanya ada pada El gadis tomboy berparas cantik itu. Hidupnya lengkap. Lengkap dengan materi, Lengkap dengan otak cerdas, DAN yang paling penting, Lengkap dengan masalah. Orang - orang bilang hidupnya itu sempurna, mereka selalu bilan...