{13} DESAHAN TENGAH MALAM

4.4K 977 35
                                    

Luna yang hanya memakai piyama model haram terlihat berjalan-jalan di lorong kastil. Dia terbangun karena merasa haus. Saat sedang berjalan dia kemudian melihat ada Calen adik Butler yang tengah berjalan sembari membawa sebotol anggur.

Luna yang berpapasan dengan pria itu nampak terkejut, dia lalu menunduk saat pandangan keduanya bertemu. Namun saat melewati Calen begitu saja sebelah tangan Luna di tarik oleh Calen.

"Mau kemana?" Tanya Calen yang menatap Luna.

"M-mau ke Dapur ambil air" jawab Luna yang terlihat malu-malu.

Tubuh Calen benar-benar sempurna kawan, ada banyak otot yang berada di lengannya. Wajah pria itu juga tampan.

"Ayo saya antar" ucap Calen dan Luna mengangguk. Keduanya lalu berjalan menuju dapur dipandu oleh Calen.

Rasya dan Hani yang sudah mengambil air terlihat sedang berjalan di lorong namun Rasya tiba-tiba saja berhenti dan Hani yang melihat Rasya berhenti menyerngit bingung.

"Lo ke kamar duluan aja Han, gue ada sesuatu yang perlu di cek" ucap Rasya.

"Lah yang bener Ras, gue ikut juga lah"

"Nanti Velin bangun ga ada orang nangis dia, udah balik duluan tinggal naik tangga masa ga berani"

Hani berdehem kemudian dia mengangguk, mana mungkin dia tidak berani...

"Yaudah gue ke kamar duluan Lo ati-ati jangan sampe di gap hantu mesum" bisik Hani pada Rasya sebelum dia berjalan.

Namun belum sempat Hani menaiki tangga dia merasakan bulu kuduknya meremang. Hani menghentikan langkahnya dan menelan ludahnya sendiri.

"Masa si gue ga berani" gumam Hani yang melihat tangga di depan.

Namun semakin lama Hani memperhatikan tangganya dia semakin merinding melihat ujung tangga diatas yang gelap.

"Ngapain pagi-pagi buta kaya gini disini?"

"Aaaaaanjing!" Hani yang terkejut segera menoleh kesamping, dia memegangi dadanya sendiri yang berdenyut nyeri.

"Sshhhh"

Brian yang tadinya berdiri tegap terlihat panik, dia segera memegang bahu Hani dan menatap khawatir kearah gadis itu.

"Sorry Han gue ga bermaksud mau ngagetin Lo, gue kira Lo ga bakalan kaget" ucap Brian.

Hani masih meringis, membuat Brian bertambah khawatir. Tanpa basa-basi Brian langsung mengangkat Hani dan berjalan menaiki tangga.

"Ehh Lo ngapain Bambang!" Desis Hani yang merasakan tubuhnya melayang.

"Obatnya masih ada kan di tas?" Tanya Brian.

Hani mengangkat tangannya dan memukul pelan kepala Brian.

"Turunin gue, yang sakit jantungnya bukan kaki gue Brian"

"Masa gue harus ambil jantung Lo terus bawa keatas mending gue bawa sekalian sama orangnya kan"

Hani berdecak pelan, dia memilih memeluk leher Brian dan memilih untuk mengatur kembali nafasnya. Namun suara desahan membuat langkah Brian berhenti di tengah-tengah tangga dan Hani juga langsung menatap Hani.

"Lo denger juga Bi?" Tanya Hani dengan nada berbisik pada Brian.

Brian mengangguk, dia kembali melangkah dan mengabaikan suara desahan yang sepertinya berasal dari atas.

"Anjir siapa yang lagi tarung jam segini?" Tanya Hani.

"Mana gue tau" jawab Brian.

Saat keduanya tengah kembali berjalan menuju kamar mereka dibuat terkejut melihat adegan dewasa di depan jendela yang besar menghadap keluar di lantai dua.

"Anjir gaya tusuk dari belakang" gumam Hani dengan wajah tak percaya.

"Sshh ah"

Di Luna terlihat tengah menungging di depan jendela besar bersamaan dengan Calen yang berada di belakangnya.

"Akhhh"

Calen lalu membalik tubuh Luna, dia mengangkat Luna dan mencium gadis itu. Luna mengalungkan tangannya ke leher Calen dan membalas ciuman pria itu sembari menahan desahannya.

"Anjay mainnya hebat" gumam Hani yang sudah berjongkok di balik vas bersama Brian.

Hani lalu melirik kearah Brian yang ada di sebelahnya. Tatapan mereka bertemu lalu Hani menaik turunkan alisnya.

"Jangan bilang ini pertama kalinya Lo liat hal begituan" ledek Hani pada Brian.

"Y-ya kan gue anak baik-baik" jawab Brian yang sudah memerah.

Hani tertawa kecil, dia kembali melirik kedepan dimana Calen sudah membawa Luna pergi. Hani lalu menatap Brian dan berdiri.

"Udah anggep aja ini edukasi buat Lo nanti" ucap Hani.

Brian mengikuti Hani dari belakang, dia melirik kearah tempat kejadian tadi dan menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Luna gadis yang polos itu... Astaga tidak semua gadis polos berarti otaknya masih polos Brian.

Rasya masuk kedalam ruangan yang sedari tadi mencuri perhatiannya. Dia menatap ke sekeliling, ini mirip dengan kamar. Dan kamarnya sangat mewah berbeda dengan kamar lainnya.

Rasya lalu berjalan menuju ruangan yang ada di ujung dan membuka pintunya. Dia kemudian melihat ada banyak lukisan di dalam sana. Dan salah satunya adalah lukisan yang dia berikan pada Butler.

"M?" Rasya membaca inisial di lukisan tersebut dan kembali berdiri.

Rasya lalu berjalan menuju meja di pojok ruangan. Dia lalu melihat ada sebuah buku di sana. Saat Rasya buka ternyata ibu bukan buku diary ataupun buku berisikan tulisan melainkan sketsa wajah seorang gadis.

*Ceklek*

Rasya berbalik, dia melihat ada seseorang yang masuk kamar. Rasya lalu mengambil bukunya dan berjalan menuju pintu di sebrang. Rasya perlahan membuka pintunya, kemudian dia terdiam melihat banyaknya baju yang tergantung di depannya.

"Ini lemari baju?" Gumam Rasya yang menatap baju-baju jas di depannya.

Rasya melihat ada pintu di ujung segera berjalan kesana sebelum dia ketahuan masuk ke kamar ini. Rasya melewati baju-baju pria bergaya Eropa kuno, dia kemudian sampai di ujung dan di depannya terdapat pintu berwarna coklat.

*Tap tap tap*

Rasya segera membuka pintunya berharap pintu itu adalah pintu rahasia atau jalan keluar lainnya sebelum ada yang menemukannya.

*Ceklek*

Rasya memutar kenop pintunya dan pintu di depannya terbuka. Rasya lalu melangkah keluar dan seketika dia terdiam melihat ada Elina yang tertidur di depan. Rasya berbalik, dia lalu melihat pintu yang dia buka ternyata ada kaca yang ada di kamar Elina.

Rasya segera menutup pintu tersebut, dia lalu melihat pantulan dirinya sendiri di cermin yang berada di belakang pintu. Pandangannya lalu jatuh pada boneka yang ditemukan Elina tadi siang.

Boneka tersebut terlihat duduk di sebelah Elina yang tertidur. Rasya berbalik dia menatap bonekanya sejenak sebelum dia perlahan berjalan menuju pintu kamar Elina dan keluar dari sana.

*Ceklek*

*Krieeettt*

Tepat setelah Rasya keluar kaca di kamar Elina kembali terbuka dan muncul sosok pria tampan dengan pakaian ala kerajaan barat jaman dulu berdiri di sana.

Dia kemudian menatap Elina yang tertidur pulas di depan dan menghampirinya. Pria itu tersenyum, dia menunduk dan mencium kening Elina. Dia lalu tersenyum pada boneka yang ada di sebelah Elina dan perlahan dia masuk kedalam tubuh Elina.

*Kikikk kikikkk*

Sosok yang menemui Rasya malam itu terlihat berdiri di lorong dengan kedua mata yang menyala. Dia tersenyum lebar dengan mulut yang sudah robek lalu berlari dengan kedua tangan dan kakinya kedepan.

*Srakkkk*

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang