Max berjalan di lorong istana permaisuri sebelum dia menemukan ayahnya yang berdiri di depan lukisan besar ibunya.
"Maafkan aku Evelyn, hanya dengan ini aku bisa melindungi mereka berdua" ucap Kaisar.
"Ayah"
Kaisar langsung menoleh melihat putranya yang mendekat kearahnya. Kaisar mengusap pipinya yang basah sebelum Max berdiri di sebelahnya.
"Ayah ternyata sedang merindukan ibu juga?" Tanya Max.
Kaisar mengangguk, dia kembali menatap lukisan istri tercintanya. Perempuan cantik yang tidak pernah bosan ia cintai selama ini, permaisuri sekaligus ibu dari anak-anaknya.
"Max, berjanjilah satu hal. Jika suatu hari nanti ayah tidak bisa kembali. Angkat pedangmu dan lindungi kekaisaran ini, terutama adikmu sendiri" ucap Kaisar.
"Adik?" Tanya Max dan Kaisar mengangguk.
"Sebenarnya hadiah yang ingin ibumu berikan adalah sebuah kabar mengenai kehamilannya"
Max nampak terkejut, dia ikut menatap lukisan sang ibu. Jika hal itu benar berarti mereka bukan hanya kehilangan sosok wanita itu namun bersama juga dengan bayinya.
"Kenapa ayah tidak mengatakannya sejak awal?" Tanya Max.
"Tidak mungkin mengatakan hal ini padamu yang terlihat sangat terpukul waktu itu, ini juga untuk menjaga emosimu selama ini. Tapi sekarang ayah bisa mengatakannya karena ayah bertemu dengan putri ayah" ucap Sang Kaisar.
"Maksud ayah?"
"Gadis akademi yang datang bersama dengan pimpinan menara, yang memiliki wajah sama seperti ibumu. Dia..."
Kaisar menghentikan ucapannya ketika melihat Max berlari menjauh. Kaisar menggelengkan kepalanya, sama seperti dirinya saat mengetahui Evelyn baru saja pulang dari tugas yang diberikan oleh menara sihir.
Kaisar kembali menatap ke lukisan mendiang istrinya, jika gadis itu adalah anaknya berarti istrinya ini belum meninggal saat kecelakaan itu terjadi. Karena memang tubuhnya tidak ditemukan walaupun selama ini dia terus mencari.
"Jika memang benar kau sudah pergi sekarang, terimakasih sudah melahirkan anak secantik dirimu permaisuriku"
Max terus berlari melewati pelayan yang menunduk dan menatapnya dengan bingung. Dia harus pergi ke akademi sekarang, kenapa dia bodoh sekali padahal Hani saja mengatakan kalau dia sangat mirip dengan Velin. Ah namanya saja mirip dengan mendiang ibunya.
"Bodoh bodoh bodoh" desis Max.
"Yang Mulia anda mau kemana?"
Max berhenti berlari setelah pimpinan menara berdiri di hadapannya. Dia menatap pria di depannya ini. Pimpinan menara menaikan sebelah alisnya lalu tersenyum miring.
"Anda pasti mencari adik anda kan? Kalau begitu mari saya akan tunjukan dimana Velin berada"
Max tiba-tiba merasa tubuhnya tidak bisa di gerakan sama sekali, pimpinan menara kemudian membacakan mantra dan simbol sihir terlihat di bawah kaki mereka membawa mereka berdua menghilang dari sana.
Di ruangan tempat Velin di tahan....
"Ada apa?"
Zebegas menaikan sebelah alisnya melihat Velin yang terus-menerus menatap kearahnya. Setelah ia di sibukkan oleh permintaan Velin yang tidak masuk akal...hah.. dia tidak akan menyanggupi lagi permintaan gadis itu.
"Velin ga minta pup, pipis, sama skinker lagi, Velin ga minta peren lolipop lagi, ataupun ditopup-in game, Velin juga ga minta susu kambing berkualitas tinggi yang sudah tercap badak lagi, Velin cuma...."
Velin menunjuk keatas meja dimana ada brownies yang tertata diatas piring.
"Itu ga dimakan kan sama kamu? Buat Velin aja ya, Velin masih laper hehe"
Zebegas agak terkejut, gadis ini tubuhnya terlihat kecil tapi porsi makannya sangat banyak ternyata. Zebegas berdiri lalu mengambil sepiring brownies yang diletakan pimpinan menara abal-abalan itu dan memberikannya pada Velin.
"Makasih om! Huaa enak banget nih keliatannya coklatnya sampe tumpah-tumpah" gumam Velin.
Zebegas bergidik ngeri, apa semua gadis manusia memang seperti ini? Ruangan yang agak remang itu perlahan terang setelah portal muncul.
Spllaasshhhh
Muncul Max bersama dengan pimpinan menara abal-abal. Velin mendongak keatas dia nampak syok melihat putra mahkota yang juga di culik oleh mereka. Apalagi Max yang kini langsung berlari kearah Velin yang justru asik duduk lesehan diatas lantai dengan mulut penuh brownies.
"Velin, kamu gapapa?" Tanya Max sembari menatap Velin dari atas sampe bawah.
"G-gapapa, kamu mau browniesnya enak loh" ucap Velin dengan satu potong brownies tersodor kearah Max.
Max menatap tak percaya kearah brownies ditangan Velin. Kemudian suara pimpinan menara terdengar.
"Kalian berdua memang cocok menjadi kakak beradik" ucapnya.
Velin menoleh dan menyerngit, kakak beradik? Dia dan pangeran ini? Yang benar saja... Velin kembali mengigit browniesnya.
"Apa yang kalian inginkan sebenarnya" desis Max.
"Haha, lihat tampangnya itu" tawa Zebegas.
Max menatap Zebegas, dia terkejut ketika baru menyadari kalau Zebegas itu adalah iblis. Max dengan cepat menyembunyikan Velin yang asik memakan brownies kebelakang tubuhnya.
"Kalian berdua bersekutu?" Tanya Max menatap tak percaya kearah pimpinan menara.
"Bukannya pimpinan menara sangat membenci iblis! Bagaimana kau bisa bersekutu dengan dia!"
Pimpinan menara terlihat menyunggingkan senyum sebelum dia perlahan mengangkat tangannya dan melepaskan topeng yang selama ini ia pakai.
"Jawabannya karena sayang sekali aku bukan pimpinan menara yang selama ini kau pikirkan" jawab Pimpinan menara.
Velin mengintip perlahan ingin tau siapa sosok dibalik topeng itu. Dan sedetik kemudian Velin menyesal karena mengikuti kekepoannya.
"Abangnya Rasya" gumam Velin yang mencoba menelan brownies dengan sekuat tenaga.
"Baiklah karena sudah tau sekarang kita tidak bisa berlama-lama disini, karena ada hal yang harus kita lakukan" ucap Daniel yang kembali memasang topengnya.
"Kalian boleh saling melepas rindu disini, dan jika kalian ingin melihat kalian bisa melihatnya dari sini. Bagaimana rumah kalian akan kami hancurkan dan ratakan dengan tanah" ucap Zebegas setelah membuat sihir transparan memperlihatkan kondisi ibu kota yang tengah diserang oleh monster dan iblis.
Daniel dan Zebegas kemudian menghilang dari sana. Max menatap tak percaya melihat ibu kota yang tengah kacau. Padahal baru beberapa menit dia dibawa kesini tapi lihatlah sekarang. Banyak sekali orang-orang yang berlarian sembari berteriak dan muncul monster dimana-mana.
Max lalu menoleh ke samping melihat Velin yang juga tengah menatap kedepan sembari mengunyah brownies. Ngomong-ngomong kenapa gadis ini terlihat sangat santai di saat seperti ini.
"Kita ga boleh panik, kalo di culik kita harus mikir dengan kepala dingin" ucap Velin.
"Gapapa? Ga diapa-apain sama mereka kan?" Tanya Max.
Velin menganggukan kepalanya, dia kemudian menatap sekeliling yang sepertinya di selimuti oleh sihir dan kekuatan iblis.
"Kita harus keluar dari sini" ucap Max dan Velin mengangguk setuju.
"Tapi ini bukan sihir biasa, ada campuran kekuatan iblis. Velin kalo kaya gini ga bisa hancurin mantranya" ucap Velin.
Max yang ikut menatap sekitar nampak berfikir dengan cermat.
"Kalo ada Candra pasti bisa keluar dari sini" gumam Velin yang memasang wajah sedih ketika ia teringat dengan Candra.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²
FantasíaSelamat datang di season 2 Trio Kwek-kwekk<3 Kisah tiga gadis penjelajah novel (Rasya,Hani,Velin) ditambah satu cogannya Velin si Candra. Jangan lupa tambahin ke perpustakaan dan daftar baca kalian ya ☺️ Jangan lupa follow akun qia terimakasih <3 S...