{18} PIMPINAN MENARA SIHIR

3K 759 16
                                    

Siapa yang tidak mengenal pimpinan menara sihir yang terkenal dengan dandanan nyentrik dan topeng di wajahnya? Seorang pria berdandan seperti wanita, memang dia sangat cantik dengan rambut panjang sepinggang dan kulit seputih susu apalagi tubuhnya yang tidak mirip sama sekali dengan seorang pria.

Pimpinan menara sangat dihormati walaupun dia berpakaian seperti wanita dan dikira memiliki penyimpangan, namun nyatanya saat dia berbicara dia masih memakai suara lelaki dan dia bekerja keras membantu melawan monster dengan Rasya sebagai tangan kanannya.

"Beberapa monster sudah berevolusi menjadi lebih kuat dibanding sebelumnya" ucap Rasya menatap pimpinan menara di depannya.

"Daya tahan mereka terhadap serangan mantra level bawah sudah meningkat, bahkan beberapa dari mereka tidak mempan di serang dengan mantra level bawah" tambah Rasya.

"Jantung mereka juga berwarna lebih gelap dibanding sebelumnya"

Pimpinan menara mengangguk paham, dia menatap satu jantung yang masih berdetak diatas meja. Jika biasanya jantung monster hanya bertahan beberapa jam setelah di keluarkan dari tubuh namun kali ini jantung itu bertahan lebih lama dari biasanya.

"Monster yang menyerang di wilayah barat lebih sedikit dibanding wilayah timur, para pendeta dan Saintes sudah dibawa ke ibu kota kekaisaran"

Tempat suci kekaisaran berada di wilayah timur, tentu saja para monster yang berada di bawah kendali iblis harus meratakan wilayah itu terlebih dulu.

"Pergilah ke wilayah timur dan bawakan aku kepala raja monster kali ini, bagaimana?" Tanya pimpinan menara pada Rasya.

Rasya menaikan sebelah alisnya, bahkan pria ini tidak bisa percaya pada penyihir di menara. Dia lebih mempercayai murid akademi tahun terakhir, bukankah ini aneh?

"Mengenai hasil uji laboratorium sihirku, aku menemukan sesuatu yang mungkin bisa membantu kalian di wilayah timur" ucap pimpinan menara yang tengah menatap jantung monster di depannya mulai berhenti berdetak.

Pimpinan menara berdiri dan meletakan jantung monster yang benar-benar sudah berhenti berdetak sekarang kedalam sebuah keranjang. Dia lalu mendekat pada Rasya dan duduk diatas meja menatap Rasya lekat-lekat.

"Kamu satu-satunya muridku, yang sudah aku anggap sebagai anakku sendiri. Jadi jangan mengecewakanku kali ini"

Rasya menoleh saat tangan lentik itu menyentuh kepalanya dan mengusap-usap rambutnya. Pimpinan menara tersenyum dibalik topeng yang dia pakai.

Banyak yang mengira setelah Rasya lulus dari akademi dia akan menjadi penerus pimpinan menara. Tentu karena kasih sayang yang diberikan oleh pimpinan menara begitu besar untuk Rasya. Dia sangat menyayangi Rasya sampai-sampai dia selalu mengirim Rasya ke garis terdepan.

Dan hal ini membuat Rasya menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Banyak pasang mata yang menatap Rasya dengan berbagai pandangan. Rasya sangat tau, dia hanyalah rakyat biasa di akademi dan status masih menjadi pondasi utama di tempat jelek ini, namun memangnya Rasya akan repot-repot memikirkan perkataan orang-orang?

Rasya menatap pantulan dirinya sendiri di cermin kamar asramanya. Tidak ada yang aneh, hanya saja setengah dari rambutnya berwarna putih, mungkin dia terlalu memikirkan dunia ini sampai-sampai rambutnya beruban.

"Disini pun Lo kesepian Ras" gumam Rasya.

"Kalo ga ada mereka berdua, Lo pasti ga bakal punya guratan senyum" tambah Rasya menatap lekat-lekat dirinya.

Rasya beralih berjalan menuju meja dan mengemasi barang-barangnya. Dia harus segera bersiap untuk pergi ke wilayah timur. Dan disisi lain...

"Masa Candra mau tinggalin Velin lagi... Velin ikut ya? Bawa aja pake karung goni" rengek Velin sembari duduk diatas kasur menatap Candra yang tengah bersiap-siap.

"Candraaaaa" Velin memajukan bibirnya melihat Candra yang tidak menoleh kearahnya.

"Di akademi aja kita jarang ketemu, Candra sibuk jadi bapak guru... Kita ketemu pas pelajaran sama pas lagi ada tugas ke wilayah tapi sekarang Velin ga ikut tugas" tambah Velin.

"Velin pengin di peluk Candra lagi, percuma kalo Candra ikut tapi Velin di anggurin emang Velin ini anggur yang bikin Hani mabok?"

"Kenapa Candra harus jadi orang yang mungut Velin si... Kan aneh kalo Velin bilang suka sama orang yang mungut Velin, nanti orang-orang ngira Velin ga berbakti sama Candra"

"Kita juga ga bisa deket-deket pas di luar, Velin aja harus cosplay jadi cicak dulu kan buat ke kamar Candra"

Velin menatap sendu kearah Candra yang masih saja sibuk membenahi barang-barang tanpa memperdulikannya, mungkin perkataan Velin hanya masuk begitu saja dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.

Velin menekuk wajahnya lalu berbalik dan memeluk guling sembari berbaring. Sebal sekali rasanya, kapan dia bisa bermanja dengan Candra. Apalagi Velin tau salah satu teman Candra yang merupakan guru juga menyukai pria itu dan dia akan ikut di tugas ke wilayah timur kali ini.

Candra menghela nafas setelah tidak mendengar ucapan Velin lagi. Pria itu berbalik menatap Velin yang tertidur diatas kasurnya sembari memeluk guling dan memunggunginya.

Velin merasakan kasurnya bergerak lalu sebuah tangan memeluknya dan mendekapnya dengan erat. Velin bisa mencium bau parfum yang Candra pakai, parfum yang Velin pilihkan sendiri untuk Candra saat festival bulan tiga bulan yang lalu.

"Sabar ya sayang kamu kan masih kecil belum lulus akademi kalo langsung nikah bisa-bisa akunya dikira pedofil" bisik Candra.

"Tapikan! Candra emang pedofil" jawab Velin.

Candra tersenyum, dia mengenggam tangan Velin dan mengusapnya. Dia benar-benar menjadi pedofil kali ini, umurnya sudah menginjak 100 tahun sedangkan Velin masih 15 tahun. Beruntung dia ini penyihir yang hidupnya panjang dan berhenti tumbuh saat mencapai usia dewasa. Jika tidak akan lebih lucu ketika kalian melihat kakek-kakek tua Bangka menyukai anak remaja.

Siapa juga yang akan peduli dengan umur sialan itu. Candra memejamkan matanya saat Velin berbalik dan menatap kearahnya.

"Candra besok gaboleh gatel, bunuh aja monsternya terus pulang ya"

Candra mengangguk dan membuka matanya menatap Velin di depan dadanya.

"Inget Candra punyanya Velin lohh awas kalo macem-macem sama ibu Bety Velin tempeleng pake wajan"

Candra menahan tawanya sendiri dan mengangguk. Kemudian dia kembali mendengar ocehan Velin. Baginya tidak ada yang secantik Velin, bahkan saat mengomel sialnya Velin masih terlihat imut. Sayang sekali dia tidak bisa berdekatan dengan Velin karena dia menyetujui perkataan pemimpin menara yang mengetahui dirinya menyukai Velin, gadis yang dia temui saat peperangan dan mensponsorinya.

Dan kali ini Candra juga harus memastikan sesuatu, tentang Rasya yang menjadi anak emas pimpinan menara. Mungkin Rasya belum mengetahuinya namun beberapa saat yang lalu Candra tidak sengaja mendengar ucapan Pimpinan menara dan seorang pendeta yang dulu ikut mengecek kekuatan Rasya.

"....terus Candra kalo pipis permisi duluu jangan asal pipis, kalo tidur juga jangan di deket sungai, jangan lupa kunci tendanya, taburin garem di sekitar tenda sebelum matahari tenggelam... Hisss Candraaa denger engga sii ko cuma diem sambil cubit-cubit pipinya Velin?!" Velin menampis tangan Candra yang sibuk mencubit pipinya.

"Iya sayang denger, disuruh ngapain lagi? Bilang aja" tanya Candra sembari tersenyum.

"Hisss... Oh ya kalo mau bunuh monster doa dulu biar ga nambah dosa..." Velin kembali mengoceh kesana kemari dan Candra dengan sabar mendengarkan ucapan Velin sembari beberapa kali mengangguk saat Velin melotot kearahnya. Sampai pada akhirnya Velin tertidur lelap di pelukan Candra saat dia berpikir keras hal apa lagi yang harus dia bicarakan.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang