{19} TBC-

5.5K 920 221
                                    

Velin berhenti di depan kamar rawat inap Rasya setelah melihat Luke dan javier berdiri disana. Dia menggigit ayam gorengnya dengan wajah kebingungan.

"Hani ada di dalem" kata Luke yang melihat wajah kebingungan Velin.

"Hani?" Tanya Velin agak terkejut dan Luke mengangguk.

"Javi berhasil masukin kakak Hani ke kandang gimana keren kan?" Tanya Javier dan Velin mengangguk dengan wajah tak percaya.

Di dalam Hani duduk diatas sofa menatap keluar jendela, sial sekali kalau tau begini dia tidak akan mengejar Javier. Dasar bocah nakal.

Rasya yang duduk diatas kasur menatap Hani, bagaimana dia harus memulainya sekarang?

"Han gue tau Lo sekarang pasti benci ke gue kan?" Tanya Rasya.

Hani masih diam tak berkutik, dia hanya menatap keluar jendela dengan wajah yang seperti tengah memendam sesuatu.

"Sebenernya ada banyak yang mau gue omongin, tapi g-"

"Apalagi yang mau Lo omongin?"

Hani memotong ucapan Rasya, dia perlahan berbalik dan menatap Rasya. Hani berdecak, sebelum dia akhirnya bangkit dan berdiri menghampiri Rasya.

"Lo mau bilang apa hm? Kalau Lo yang ngebunuh gue? Velin sama Candra? Dengan kedua tangan Lo itu?" Tanya Hani.

"Atau mungkin Lo mau bilang kalo gue ga boleh deket-deket lagi sama Abang Lo?"

Rasya diam, dia menatap Hani yang mulai emosi di depannya dengan wajah tenang.

"Emang salah ya gue suka sama Abang Lo?" Tanya Hani.

"Kita udah temenan lama Ras, sejak SMA sampe mau lulus kuliah loh. Gue ga pernah permasalahin tentang penyakit Lo itu dalam pertemanan kita"

Hani mencengkram jaketnya sendiri melihat Rasya hanya diam.

"Beberapa hari lagi gue menikah sama Daniel, Lo bahkan keliatan seneng waktu itu. Lo yang selalu senyum di depan gue setiap kali gue bicarain soal Daniel ternyata itu semua senyum palsu kan?"

"Ras" panggil Hani dengan suara bergetar.

"Kalo Lo emang gamau gue deket sama Abang Lo, Lo bisa bilang baik-baik. Gue pikir setiap kali Lo marah itu karena penyakit Lo bukan karena Lo ga suka gue deket sama Abang Lo"

Hani menarik nafasnya dan kembali menghembuskannya perlahan.

"Tapi Ras.... Kenapa Lo bunuh Velin juga?" Tanya Hani dengan setetes air mata yang luruh di pipinya.

"Gue sebenernya gamau bilang semua ini tapi Velin yang pertama kali ngulurin tangan ke Lo kan? Dia yang ngebuat kita bertiga jadi deket. Walaupun dia masih kekanak-kanakan tapi dia tulus temenan sama Lo"

"Lo tau Ras..."

Hani berhenti sejenak mengusap air matanya yang kembali luruh di susul rasa sesak luar bisa yang menyerang dadanya.

"Di hari Lo bunuh dia, itu perayaan satu tahun pernikahan Velin sama Candra. Seharusnya Lo ikut seneng Velin bisa dapet cowo modelan Candra yang bisa jagain Velin, walaupun pernikahan mereka agak di tentang karena usia Velin masih muda tapi Lo liat gimana bahagianya Velin di hari pernikahannya kan?" Tanya Hani.

"Dan di hari itu juga...." Hani menarik nafasnya dalam-dalam, bibirnya bergetar hebat dan tangannya gemetar. Dia benar-benar tidak sanggup mengatakan ini.

"Velin baru aja pamer sesuatu ke gue" kata Hani.

"Dia bilang gini.... Hani Velin akhirnya hamil anaknya Candra!" Ucap Hani sembari menirukan suara Velin, kedua pipinya sudah basah dengan air mata.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang