{19} DAH BESARR

2.5K 667 30
                                    

Plukkkk

"Natael Natael Natael"

Seorang pria tengah mendribble bola lalu memasukannya kedalam ring di dalam lapangan. Sorakan kembali terdengar menggema, diiringi suara peluit yang menekankan telinga.

Priittttttt

"Skor terakhir dimenangkan oleh SMA TUNAS KELAPA TIGA" teriak wasit di depan.

"WOAAAAAAAAAAAAA"

Velin yang memakai seragam SMA berdiri di luar lapangan menatap kearah lapangan dimana ada banyak murid berkumpul disana. Mereka tengah menyaksikan pertandingan basket antar SMA yang seminggu ini dilaksanakan.

Tatapan Velin jatuh pada Hani yang tersenyum di depan bintang lapangan kali ini, Natael. Keduanya memang terkenal sebagai sepasang kekasih. Usia mereka kini menginjak 16 tahun. Begitu banyak hal yang di lewati setelah kecelakaan Hani.

"Kenapa panas-panasan disini?"

Velin langsung menoleh ke samping, di sebelahnya ada Candra yang berdiri dengan kemeja coklat tengah mengadakan tangan diatas kepalanya.

Candra berhasil menjadi seorang guru dan sekarang menjadi guru matematika Velin. Untung saja dia selalu memberikan contekan sebelum ujian ataupun ulangan sehingga nilai Velin bisa tertolong.

"Lagi liatin mereka" ucap Velin menunjuk kedepan.

Candra menatap kedepan, dia bisa melihat ada banyak murid keluar dari lapangan berjalan menuju gedung ketiga tepatnya kearah kantin.

"Kenapa engga gabung kesana?" Tanya Candra lagi.

Velin masih menatap Hani, sekarang gadis itu memeluk lengan Natael dan keduanya keluar dari lapangan.

"Candra kan tau Velin ga punya temen disini, Velin kan anaknya nolep, suka rebahan mana makan Mulu ga gendut-gendut, bedaknya aja masih bedak bayi cap si Juki mana mau mereka temenan sama Velin. Kasta bedak kita aja beda jauh" cerocos Velin.

"Si Cimeng mana?" Tanya Candra sembari menatap wajah Velin.

"Dia katanya mau pulang kampung, istri kelimanya lahiran" jawab Velin, ah dia jadi merindukan Cimeng kucing jantan di sekolah ini yang menjadi temannya.

Mereka bahkan saling menunggu saat sedang buang air besar, sungguh persahabatan yang bagai kepompong pikir Velin.

"Laper?"

Velin melirik Candra, dia mengangguk. Tentu saja dia lapar mana mungkin dia tidak menerima rejeki berbentuk makanan yang pastinya akan Candra berikan.

"Yaudah ayo ikut ke ruangan, kebetulan bawa bekel dua" kata Candra lalu dia berbalik dan meninggalkan Velin disana.

"His kan biasanya juga bawa dua! Buat Velin satu kan!" Ucap Velin.

"Gatau, mungkin lagi khilaf waktu itu" jawab Candra membuat Velin mendelik namun gadis itu dengan cepat menyamakan langkahnya dengan Candra lalu memeluk lengan pria itu.

"Velin ga punya temen juga gara-gara Candra, siapa suruh mukanya candra ganteng pake bingitz kan jadi banyak yang syirik sama Velin. Padahal Velin juga cantik, agak pas lah sama Candra" gumam Velin diakhir kalimatnya.

"Udah tau cantik kenapa masih minder? Biarin aja mereka ngomong apa anggep aja mereka tukang tahu bulat lewat depan rumah" kata Candra dan Velin mengangguk. Sebenarnya selain Candra ada alasan yang lebih besar kenapa dia tidak mempunyai teman, yaitu Hani.

"Han, kembaran Lo udah punya pacar belum?"

Hani menatap pria di depannya yang baru saja bersuara. Untuk apa dia menanyakan tentang status Velin?

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang