{15} MAMPUS JADI PAJANGAN ERICK

3.6K 943 21
                                    

"Gue ga nyangka Lo masih bisa sekolah, sekarang tinggal dimana? Bukan di kolong jembatan kan?"

"Atau Lo ngejual tubuh Lo ke om-om mirip ibu Lo?"

Nizam menatap Velin di depannya, dia menaikan sebelah alisnya melihat Velin hanya diam. Dia pikir dia tidak akan melihat Velin lagi di sekolah, setelah Velin di usir dia berlibur ke luar negri dan baru kembali bersekolah.

"Velin tinggal di rumah bukan si kolong jembatan, Velin ga jual diri ke om-om ko" jawab Velin.

"Haha, siapa yang mau nampung cewe kaya Lo? Ayah Lo aja ngusir Lo dari rumah, ibu Lo? Dia udah foya-foya sama suami orang. Kasian padahal Lo cantik"

Velin mundur kebelakang saat tangan Nizam menyentuh pipinya. Suasana lorong di sebelah perpustakaan memang sepi dan sayangnya Velin harus bertemu dengan Nizam disaat-saat seperti ini.

"Lo sekarang pasti butuh uang kan? Kalo Lo ikut gue gue bisa kasih uang ke Lo"

Nizam semakin mendekat pada Velin, sampai Velin menabrak dinding. Nizam mencengkram kedua pipi Velin dan berdecak. Velin sangat cantik dan ini membuatnya frustasi, disisi lain dia membenci ayah Velin yang menjadikan ibunya sebagai simpanan walupun sekarang dia sudah mengakui ibunya sebagai istri sah. Velin adalah anak pria bajingan itu dan dirinya membenci fakta ini.

*Bugh*

Nizam yang hendak mencium Velin terdorong ke samping dan terjatuh keatas lantai setelah sebuah pukulan melayang ke pipi ya. Velin langsung menoleh ke samping, dia melihat Erick berdiri dengan tatapan tajam menatap Nizam sekarang.

"Sialan" desis Erick yang kini maju kedepan dan mengangkat kerah seragam Nizam.

*Bughh*
*Bugh*
*Bugh*

Erick memukuli Nizam beberapa kali sebelum pria itu sempat melepaskan diri dari Erick. Jika telat sedetik saja bibir Velin pasti sudah tidak steril lagi, pikir Erick.

"U-udah jangan di pukul terus nanti m-mati" cicit Velin di akhir kalimatnya, dia menarik-narik segaram Erick. Namun Erick tidak juga melepaskan Nizam membuat Velin segera memeluk leher Erick.

"Jangan Erick nanti kalo diliat guru gimana, lepasin Nizam ya jangan di pukul lagi...Velin mohon" ucap Velin.

"Erick udah hiks..."

Erick melepaskan cengkramannya pada kerah Nizam setelah mendengar isakan Velin. Dia mendorong tubuh Nizam keatas lantai sebelum berdiri.

Velin melirik Nizam yang terbaring lemas diatas lantai dengan wajah lebam dan berdarah. Dia kemudian menatap Erick dan pria itu segera membawanya pergi dari sana.

"Diapain aja tadi sama dia?" Tanya Erick pada Velin.

"Ga diapa-apain ko" jawab Velin yang sudah duduk diatas bangku taman.

Erick menatap Velin lekat-lekat sebelum dia mengangkat tangannya dan mengusap air mata Velin.

"Bilang, diapain aja sama dia" kata Erick lagi.

"Beneran, ga diapa-apain cuma dibilang ga enak aja" jawab Velin.

"Temenan sama dia?" Tanya Erick lagi.

Velin menggeleng, "Dia adek tirinya Velin. Gara-gara dia juga Velin di usir dari rumah" ucap Velin.

Erick diam, jadi dia yang membuat Velin menangis di halte bus? Erick menaikan sebelah alis tangannya kini beralih mengusap bibir Velin.

Erick menunduk dia menarik dagu Velin dan mencium gadis itu. Velin nampak terkejut, dia hendak mendorong Erick kebelakang namun Erick terlebih dulu menarik kedua tangan Velin dan menguncinya ke belakang tubuh Velin. Erick memejamkan matanya, mengecap bibir Velin dengan pelan.

Tanpa mereka sadari berdiri Lisya di belakang yang menatap keduanya. Dia berdecak pelan, Erick sangat menarik perhatiannya tapi kenapa pria itu tidak tertarik padanya?! Dia ini cantik, biasanya sekali senyum saja pria di sekolahnya dulu langsung jatuh hati.

Di belakang Lisya berdiri Rasya, dia sudah tau apa yang harus dia lakukan di cerita kali ini. Untuk Hani juga, tapi untuk Velin.... Rasya menatap Erick dan Velin yang masih berciuman. Apa mereka memiliki hubungan?
.
.
.

"Lo pernah ketemu sama Erick sebelumnya?"

Rasya menatap Velin yang sedang memakan camilan, entah kenapa Velin tiba-tiba saja berdiri di depan rumah Rasya dan berkata kalau Erick yang mengantarnya sendiri.

"Engga, Velin baru kenal sama dia kan kemarin-kemarin aja" jawab Velin.

"Lo ga ada temen yang mirip sama Erick? Pas sekolah dulu? Pas kecil?" Tanya Rasya lagi dan Velin nampak berfikir sebelum dia menggeleng.

"Eh ada si dulu tapi dia ga mungkin Erick lah, orang dia gendut suka makan" jawab Velin.

"Kenapa Rasya nanya kaya gitu?" Sekarang Velin menatap Rasya dengan wajah kebingungan.

"Sebenernya gue udah tau apa yang harus gue lakuin, Hani juga. Gue udah kasih tau kedia supaya deketin abangnya sedangkan gue harus bikin Isaak nyesel. Tapi gue bingung sama Lo sekarang, seharusnya Lo ga jauh-jauh sama Erick kan"

Velin mengangguk, namun dia tidak memiliki teman bernama Erick sebelumnya. Hanya pria gendut yang dulu Velin temui saat taman kanak-kanak. Pertemuan keduanya juga kebetulan karena Velin tidak sengaja melihat anak itu di bully.

"Kalo masalah ayah Lo gimana?" Tanya Rasya.

"Gatau, dia ga nyariin Velin lagi. Di cerita aslinya kan dia juga engga ngapa-ngapain pas tau Velin meninggal" jawab Velin.

Rasya mengangguk, dia kemudian menyerahkan kembali camilan ke Velin sebelum menyalakan televisi untuk menonton drama.

"Jadi gue harus apain dia?"

Erick berdiri memegang pisau kearah seorang pria yang duduk terikat di kursi. Di ruangan gelap itu hanya ada mereka berdua yang terlihat. Ruangan yang penuh dengan benda-benda aneh dan tengkorak manusia.

Erick berjalan menuju salah satu lemari kaca. Dia menatap pria yang berdiri di dalam lemari itu. Erick membuka pintu kaca itu dan menarik tubuh pria dari dalam sana.

"Udah waktunya ada pajangan baru" ucap Erick yang sekarang berjalan menuju Nizam, pria yang terduduk di atas kursi dengan tubuh terikat.

*Ceklek*

"Erick yuhuu Velin udah pulang lohhh"

"Haloo enibodihommm"

Velin berjalan masuk kedalam rumah Erick, dia kemudian menyalakan lampu dan terlihat ruangan kosong di depannya. Erick masih keluar? Dia sudah mencoba menghubungi Erick namun dia tidak mendapat balasan apapun.

Velin masuk kedalam kamar, dia kemudian melihat laci meja yang terbuka. Velin segera mendekat ke laci meja itu, dia hendak menutupnya namun Velin malah melihat foto seseorang.

Velin melihat ada foto dua anak kecil yang tersenyum menatap kearah kamera. Anak kecil yang Velin yakini adalah Erick dan seorang gadis yang mirip dengannya.

Velin segera meletakan kembali fotonya kedalam laci dan menutup lacinya saat suara pintu terbuka. Velin berbalik, dia bisa melihat Erick masuk kedalam dan berjalan menuju kamar mandi.

Velin hanya diam menatap Erick sampai masuk kedalam kamar mandi. Dia kemudian kembali membuka laci dan melihat foto tadi. Anak perempuan yang sangat mirip dengannya memakai bando kelinci, dengan baju motif kelinci juga.

"Tapi ini bukan Velin" ucap Velin pelan. Apa dia memiliki kembaran? Ibunya tidak pernah mengatakan kalau Velin memiliki kembaran, tapi wajah gadis itu sangat mirip dengan wajah Velin.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang