Swoosshhhh
Hani dan Velin yang sedang memeluk Juki berdiri di depan bangunan besar dimana ada papan besar bertuliskan HOME SWEET JEKPOT.
"Kita beneran mau masuk kesana?" Tanya Velin.
Mereka berdua masih memakai seragam sekolah, setelah pulang dari sekolah dan menemukan Juki tengah menggoda ayam tetangga keduanya membawa Juki dan datang kesini.
"Yoi, udah serahin semuanya aja ke gue" jawab Hani mengangkat sekantung plastik berisi uang yang ia dapat dari hasil Judi.
"Percaya sama gue Vel, disini kita bakal dapet hadiah buat kado Rasya yang paling langka dan unik" bisik Hani setelah mereka berdua masuk kedalam.
Terlihat sekeliling mereka di penuhi dengan bapak-bapak perut buncit dan om-om sangar kata Velin. Karena tempat ini adalah pusat judi terbesar di kota.
"Woahh hadiahnya sampe ada mobil semprot" gumam Velin melihat salah satu layar yang menampilkan mobil sport di depan.
"Iya, tapi bukan itu tujuan utama gue tapi... Itu" Hani menunjuk ke salah satu mesin judi yang menampilkan hadiah istimewa, sebuah perjalanan bulan madu di kapal pesiar.
"Kita kirim emak ke laut Vel" bisik Hani lagi.
"Tapi kalo dimakan paus gimana?" Tanya Velin yang melihat Hani sudah mengeluarkan beberapa uang untuk membeli token.
"Tenang, pawangnya emak kan iblis berkedok pak haji. Kalo macem-macem langsung di jadiin paus guling"
Velin mengangguk, mereka kemudian pergi ke kasir untuk menukarkan uang dengan token agar bisa bermain.
"Kalian mau main disini?" Tanya kasir yang terheran-heran ada dua bocil masuk ke tempat dewasa seperti ini.
"Iya, kita mau main judi iya kan Hani?" Tanya Velin dan Hani mengangguk.
Kasir di depan tersenyum kaku, sepertinya mereka salah tempat.
"Anak-anak ini bukan tempat kalian bisa main. Kalian lebih baik pulang"
Hani dan Velin, bahkan Juki menggeleng membuat kasir di depan menghela nafas lalu menghampiri mereka.
"Kalo kalian mau main kalian bisa pergi ke mall atau ketempat lain yang ada mainan anak-anak, ini bukan tempat kalian ayo om anter keluar"
Hani mendelik saat tubuhnya di tarik dan dibawa keluar dari sana.
"Kita bukan mau main-main om! Kita mau main judi kan udah bilang tadi"
"Hah... Kalian ini masih kecil jangan dateng kesini lagi"
"Loh ga bisa dong! Velin sama Hani udah Dateng jauh-jauh om naik ojek bonceng empat sama Juki masa di usir sii" ucap Velin.
"Ini bukan tempat anak-anak main, nanti kalian di marahin sama orang tua kalian gimana? Kita ga mau tanggung jawab"
Hani berdecak pelan, dia harus tetap masuk karena uangnya tertinggal disana!!
"Ada apa ini?"
Velin menoleh ke belakang, dia terdiam melihat ada Candra yang berjalan kearah mereka bersama seorang pria tampan.
"Ah tuan muda, ada anak-anak yang ingin bermain di dalam. Kita tidak mau ambil resiko kalau orang tua mereka sampai tau kita juga yang akan rugi" jelas kasir.
Candra mendekat kearah Velin, dia menatap Velin dan Hani yang masih memakai seragam TK datang ke tempat seperti ini.
"Bukannya mereka berdua tetangga kita ya Can?"
"Iya" jawab Candra menanggapi pertanyaan dari kakaknya.
"Lo mau judi juga Can kesini?" Tanya Hani.
"Engga, mau nemenin Abang gue liat usahanya dia" jawab Candra yang sedang mengusap pipi Velin yang terdapat noda.
Hani membulatkan kedua matanya, kenapa dia tidak tau kalau keluarga Candra apalagi abangnya yang errr masih muda plus tampan ini mempunyai bisnis judi?!!! Kakak Candra menaikan sebelah alisnya melihat ekspresi Hani sekarang.
Beberapa menit kemudian...
"Hah.... Susah banget" gumam Hani setelah dia menghabiskan beberapa token dan tersisa hanya satu token saja.
Velin di belakang berdiri bersama Candra tengah menatap Hani yang sepertinya frustasi. Mereka berhasil masuk karena kakak Candra yang mengijinkan mereka, anggap saja mereka menggunakan jurus orang dalam seperti yang Hani bicarakan beberapa hari yang lalu.
"Hani, Velin mau nyoba boleh?" Tanya Velin.
Hani mengangguk, sekarang babak selanjutnya Velin duduk di kursi menatap beberapa pria yang memegang benda kecil yang entah Velin tidak tau apa itu.
"Awas Cil ini kesempatan terakhir kita" bisik Hani.
"Iya" jawab Velin dengan santai dan mulai mengocok dadu.
Velin membuka wadahnya dan terdiam melihat angka enam, dia mengocok lagi dan terlihat lagi angka enam, kemudian enam, enam, enam, enam, enam, enam, enam, enam, dan enam.
"Wahhh t-tangannya Velin keren banget" gumam Velin yang melihat dadunya selalu menunjukkan angka enam. Sepertinya dia menemukan bakatnya yang lama terpendam di dasar paling dasar dari tempat bakat.
Dirumah Rasya tengah berbelanja di sebuah toko sembako sembari menunggu dua bocil itu pulang. Biasanya jalur yang mereka lewati ya jalan di depan toko ini, kecuali keduanya pergi untuk melihat sekolah Candra.
"Ya ampun Bu, belanja ko sedikit banget..."
Rasya menoleh ke samping, dia memasukan wortel dan menaikan sebelah alisnya. Memang Rasya tidak berbelanja banyak karena toh nanti nanti mereka akan pergi kerumah keluarganya untuk merayakan hari jadi ayah dan ibunya.
"Lagi ngirit yah? Saya liat-liat suami kamu belum kerja apa-apa cuma bisa adu ayam, hisss nyari suami harusnya yang mapan dong jangan cuma ganteng"
Rasya menganggukan kepalanya, sebenarnya Luke adalah pewaris tunggal perusahaan ternama cuman karena dia malas bekerja di kantor dan ingin bermanja saja jadi dia tidak mengambil alih perusahaan itu.
"Apalagi kan kalian punya anak dua kembar, masih kecil-kecil, saya jadi takut kalo mereka ga bisa sekolah nantinya. Sekarang kan apa-apa mahal"
Rasya meletakan keranjang belanjaannya. Dia menatap ke samping ke arah ibu-ibu yang baru saja berbicara.
"Kayaknya anak ibu sekolah di sekolah swasta ya? Sekarang sekolah negri kan gratis" tanya Rasya.
"Atau anak ibu ga bisa masuk karena kendala nilai ya? Sekarang nilai masuk sekolah negri kan tinggi-tinggi, saya saranin supaya rajin belajar lagi anaknya jangan sampe sekolah di swasta yang bayar puluhan juta tapi ga ada sertifikat negrinya" tambah Rasya sebelum ibu-ibu tadi membuka kembali suaranya.
"Semiskin-miskinnya saya sama suami saya, kita berdua lulusan negri Bu, dari TK sampe perguruan tinggi" lanjut Rasya sebelum berjalan menuju abang-abang yang berdiri di meja yang terdiam membisu dengan ucapan Rasya.
Rasya mengeluarkan dompetnya, dia menatap abang-abang kasir yang langsung menghitung belanjaannya sekarang. Kalau membacot urusan pendidikan tentu saja Rasya tidak akan mundur.
Apalagi sistem pendidikan yang ada disini sangat menonjolkan sekolah negri ketimbang swasta. Ya agak berbeda dengan dunia asli.
Jika kalian mempunyai nilai yang cukup maka kalian bisa bersekolah di sekolah negri tanpa membayar sampai lulus, jika tidak maka kalian harus melanjutkan ke sekolah swasta yang memasang uang gedung dan uang muka sangat tinggi. Bagaimanapun pilihan terakhir untuk orang yang gagal masuk negri tentunya akan memilih swasta. Ya begitulah...
"Perlu gue sumpel mulut mereka sama uang Ras?"
Rasya menatap kedepan melihat Luke yang duduk diatas motor tengah menatap ke belakang tubuhnya dengan tatapan tajam.
"Gausah, ayo pulang mungkin Velin sama Hani udah di rumah"
Rasya naik keatas motor Luke, Luke mengangguk. Dia mulai mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²
FantasíaSelamat datang di season 2 Trio Kwek-kwekk<3 Kisah tiga gadis penjelajah novel (Rasya,Hani,Velin) ditambah satu cogannya Velin si Candra. Jangan lupa tambahin ke perpustakaan dan daftar baca kalian ya ☺️ Jangan lupa follow akun qia terimakasih <3 S...