{17} MAIN-MAIN SAMA LILI?

2.3K 804 34
                                    

Rasya perlahan membuka matanya, dia masih merasakan kepalanya yang berdenyut dan tunggu dulu. Dimana dia sekarang? Rasya bergerak namun dia tidak bisa karena tubuhnya terikat pada kursi. Rasya lalu menoleh ke samping melihat Hani dan Candra yang terikat diatas kursi sama sepertinya.

"Hmmmpphh"

Ah sial sekali, mulutnya juga di bekap dengan lakban. Rasya berdecak di dalam hati, tapi dimana Velin? Raysa menatap ke kanan dan kekiri namun sayang sekali dia tidak menemukan Velin di sekitarnya. Melihat hanya Velin yang tidak ada di sana membuat Rasya langsung berusaha melepaskan ikatan dan melemparkan sepatunya kearah Hani agar Hani bangun.

Bughhh

Rasya mendatarkan kembali ekspresinya melihat Hani malah berganti posisi dan kembali tertidur. Mungkin salah jika dia membangunkan Hani terlebih dulu. Rasya lalu kembali berancang-ancang untuk melemparkan sepatunya kearah Candra.

Tuing..... bughh

Candra menyerngit merasakan sesuatu yang baru saja mengenai keningnya, dia perlahan membuka mata. Candra masih merasakan linu di pundak kanannya, kemudian Candra tersadar dan segera membuka matanya lebar-lebar.

"Hmmmpphh"

Candra menoleh ke samping, dia melihat Rasya yang menaikan sebelah alisnya lalu Rasya melirik Hani dan melirik ke depan.

Candra menatap sekitar, dimana Velin!!

"Hahh..... Velin ga ada Can, kita harus lepasin ikatannya dulu"

Rasya berhasil melepaskan lakban dengan bantuan kaki kanannya. Beruntung sekali dia berlatih kelenturan tubuh akhir-akhir ini.

"Sini gue lepasin Lo dulu"

Rasya mencoba bangkit dan berjalan menuju Candra walaupun dia sempat terhuyung karena dia masih terikat di bangku kayu.

Rasya duduk di belakang Candra, dia kemudian mengangkat kedua kakinya dan mencoba melepaskan ikatan tali di belakang tubuh Candra.

Sementara itu di ruangan lain Velin mulai tersadar. Sayup-sayup dia mendengar suara seseorang berbicara di depannya.

"Udah bangun dia" ucap seorang pria.

"Halo Velin.... Gimana tidurnya nyenyak?"

Velin melihat Vivi yang berdiri di depannya, gadis itu tertawa lalu menarik kursi dan duduk di depan Velin. Velin meringis merasakan dirinya terikat dan tidak bisa bergerak sekarang.

"Ya ampun sakit ya? Sabar ya, gue cuma mau Lo ngaku kalo Lo yang udah bunuh Chelsea" ucap Vivi.

"Ngaku aja dibanding kita apa-apain" ucap beberapa pria di di belakang Vivi.

"Velin engga tau" jawab Velin.

Vivi mengulurkan tangannya kedepan dan menarik rambut Velin kebelakang. Dia melotot menatap Velin yang meringis kesakitan.

"Ngaku aja pasti Lo suruh boneka Lo buat ngebunuh Chelsea kan?!" Bentak Vivi.

"Velin beneran engga tau Vivi" jawab Velin dengan wajah memerah.

"Hah... Lo emang harus di paksa biar ngaku" ucap Vivi yang melepaskan jambakannya lalu dia beralih menampar pipi Velin.

Plakkkkk

"Masih belum ngaku? Ayolah akuin aja perbuatan kejam Lo itu, jangan-jangan ayah Lo meninggal juga karena Lo kan? Lo pikir beritanya ga sampe ke telinga kita?" Tanya Vivi.

Velin menggeleng, pipinya benar-benar panas sekarang. Dia juga tidak tau siapa yang membunuh mereka. Jikapun itu adalah ulah bonekanya dia juga tidak menginginkan hal itu.

Plakkkkk

"Masih kuat ya" bisik Vivi yang mengibaskan tangannya keudara.

Velin menunduk, dia berusaha melepaskan ikatan di tangannya namun hasilnya nihil. Vivi lalu berdiri dari duduknya, dia berdecak dan kembali menatap Velin.

"Ayolah panggil boneka Lo, gausah ngelak lagi" ucap Vivi.

Velin melirik kearah Vivi, gadis itu apa dia gila? Jika bonekanya datang kesini bagaimana? Vivi menatap sekeliling yang sepi, dia lalu tertawa.

"Mana boneka Lo? Mana? Sini panggil kesini" tantang Vivi pada Velin sembari mendorong-dorong kening Velin.

Vivi mencengkram erat pipi Velin, dia hendak bersuara sebelum suara sebuah boneka terdengar menggema di ruangan itu.

"Mau main sama Lili?"

Velin langsung menatap ke sekeliling, dan dia melihat bonekanya duduk di meja depan. Velin tentunya mulai ketakutan karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri boneka itu Candra masukan kedalam kotak dan dikunci, bahkan kuncinya masih ada di saku Velin.

Vivi melepaskan cengkramannya lalu dia menoleh kebelakang. Dia bisa melihat boneka Velin berdiri di atas meja dan tengah menatap kearahnya. Vivi segera berjalan menuju ke tasnya yang tergeletak diatas kursi, dia tentunya sudah membawa beberapa barang yang dia dapatkan dari dukun ternama untuk melawan boneka Velin.

"Mau main sama Lili?"

Velin menarik-narik tangannya yang terikat di belakang mencoba melepaskan ikatan tali. Dia terus berusaha melepaskan ikatannya melihat boneka di depan mulai berjalan kearah mereka.

"Hahaha maju sini" tantang Vivi yang mengeluarkan sebuah benda dari dalam tasnya.

Jika Hani ada disini dia sudah mencaci maki Vivi yang bisa-bisanya sangat pd mengeluarkan barang dari dukun abal-abal untuk melawan Lili.

Velin merasakan seseorang menyentuh tangannya, kulit yang dingin. Lalu ikatannya terlepas dan Velin menoleh kebelakang.

"Hihihihihihi"

Velin melihat sosok gadis kecil yang tersenyum kearahnya, dia kemudian menarik tangan Velin dan membawa Velin pergi dari sana. Saat Velin hendak bersuara sosok gadis itu berhenti di depan lemari dan meletakan jarinya di depan mulut.

"Kita lagi main petak umpet Velin jangan berisik" ucapnya.

Suara yang sama, seperti suara yang biasa Velin dengar dan suara yang selalu berbicara padanya. Velin hanya diam dan dia terdorong masuk kedalam lemari, sosok gadis kecil itu menarik pintu dan tersenyum.

"Kamu tunggu disini ya Velin nanti Abang dateng, jangan keluar" ucapnya sebelum menutup lemari dan menghilang begitu saja.

Velin mencoba membuka pintu lemarinya namun sepertinya lemari tersebut terkunci dari luar, Velin kemudian mendengar suara Vivi yang menjerit dan suara beberapa pria yang berlarian memanggil nama Vivi.

Velin mengintip dari balik cela lemari yang memperlihatkan pria yang tadi dia lihat bersama Vivi terhempas kebelakang dan berteriak histeris. Vivi juga nampak terpojok di dinding, tubuhnya terangkat keatas dan dia mencekik dirinya sendiri.

Sesosok gadis dengan gaun putih lusuh yang kotor berdiri di depan seorang pria, dia tertawa dan mengangkat tangannya lalu pria tersebut tertarik kedepan dan lehernya di cekik oleh sosok tersebut.

Velin menutup mulutnya melihat kepala pria itu terputus begitu saja. Sosok gadis di depan lalu mendekat pada Vivi yang sudah berteriak histeris. Dia mencoba mengambil barang terakhirnya yang dia dapatkan dari dukun namun tubuhnya kembali terhempas ke belakang, dia mulai terangkat dan bunyi patahan tulang terdengar sangat jelas.

"Ssshhhhh jangan berisik nanti kita ketauan Velin"

Velin menoleh ke samping, dia melihat sosok gadis kecil tadi yang menguncinya kini duduk memeluk kedua kakinya sembari ikut mengintip dari lubang di depan.

Velin menatap gadis kecil itu dengan tatapan bingung, jika dia ada disini lalu siapa sosok gadis yang ada di depan!! Velin bergetar ketakutan ditambah lagi teriakan beberapa pria di depan.

"Velin jangan takut ada Lili disini jangan takut ya"

Gadis kecil di depan menutupi telinga Velin dengan tangan dinginnya, dia tersenyum pada Velin walaupun wajahnya sangat pucat sekarang.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang