{15} SEBUAH ALAT

3.7K 986 19
                                    

"Bang gue minta du- lah gue kira ada dikamar"

Hani menatap kamar Rey yang kosong, dia sudah bersiap untuk berangkat kerumah baru Galang yang dibelikan oleh ibunya.

Hani melihat banyaknya kertas yang tertempel di dinding dan berserakan diatas meja. Rey memang pintar, dia membuat alat-alat modern dibawah perusahaan ayahnya. Sebagai calon penerus perusahaan dia memiliki dukungan yang kuat.

Hani mendekat pada meja kerja Rey, dia lalu menatap beberapa sketsa diatas meja. Hani mengambil satu kertas dan terdiam melihat salah satu sketsa alat yang dibuat oleh Rey.

Hani langsung mengambilnya, dia mengamati desain alat berbentuk bola dikelilingi dua cincin dan alat aneh yang terpasang di dalamnya.

Baru saja Hani ingin membaca beberapa kata di atas kertas namun kertas di tangannya terlebih dulu diambil paksa. Hani menoleh, dia mendapati Rey yang berdiri dengan kaos pendek berwarna putih. Pria itu langsung membereskan kertas diatas meja dan menumpuknya menjadi satu.

"Jangan pegang-pegang kerjaan Abang" ucap Rey.

"Oh... Ya maap, gue kepo" jawab Hani sembari mundur kebelakang dan memberi jarak pada tumpukan kertas diatas meja.

"Tapi itu sketsa alat apa bang? Gue baru liat, bentuknya aneh" tanya Hani.

Rey bukannya menjawab malah langsung menarik Hani pergi dari kamarnya. Hani yang masih kebingungan hanya bisa diam mengikuti Rey dari belakang.

"Nyari Abang mau apa?" Tanya Rey yang sudah melepaskan cengkramannya dan duduk diatas sofa.

"Bang gue minta duit, mau kerumah baru Galang bantuin Rasya mindahin barang" jelas Hani.

Rey menatap Hani agak lama sebelum dia memberikan kartu hitamnya pada Hani. Hani yang melihat kartu itu langsung tersenyum senang, dia menerima kartunya dengan hati berbunga-bunga lalu mendekat pada Rey.

"Jadi makin sayang sama Lo bang"

*Chup*

Hani mencium sebelah pipi Rey, dia langsung kabur dari hadapan pria itu sebelum Rey mengucapkan sesuatu. Hani mengenggam kartu hitam ditangannya dan berjalan menuju kamar.

"Jadi makin sudah" desis Rey yang memerah di atas sofa. Beruntung kejadian Hani yang mabuk malam itu tidak Hani ingat, jika gadis itu ingat entah bagaimana dia harus bereaksi.

Rey sudah lancang menerima ciuman gadis itu. Namun Rey menyayangi Hani lebih dari rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Awalnya memang dia tidak menyadari perasaan ini sampai dia akhirnya terlalu protektif terhadap Hani. Dia melarang Hani mendekati pria manapun dengan kedok dia masih kecil.

Hani awalnya menolak, dengan perilaku Hani yang diluar nalar Rey khawatir Hani akan terjerumus kedalam pergaulan bebas remaja jaman sekarang. Namun dia berhasil membuat Hani tidak bermain dengan pria kecuali Galang dan Hendrik. Karena Rey sudah memperingati Hendrik.

Hendrik menatap Hani dan Velin yang sedang beradu mulut hanya karena masalah pot bunga. Dia menghela nafas kedua makhluk itu memang sering beradu mulut tapi dia heran kenapa mereka masih bisa menjadi teman dekat sampai sekarang.

"Hiss ini lucu Hani liat ada dinosooonya" ucap Velin.

"Ga, lucuan ini ada kata-kata motivasi biar kita selalu termotivasi dalam menjalani hidup" bantah Hani.

Velin terlihat tak terima, saat dia hendak kembali bersuara pot kecil di tangannya diambil oleh Rasya dan diletakan di dinding. Rasya juga mengambil pot ditangan Hani dan meletakannya di sebelah pot Velin.

"Duanya aja biar dinosaurusnya termotivasi tiap hari" kata Rasya melerai pertikaian Hani dan Velin.

Hani melirik kearah potnya, dia kemudian menatap Velin dan mengacungkan jempolnya pada Rasya. Velin juga langsung tersenyum manis pada Rasya dan Hani.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang