{17} DIPERSILAHKAN UNTUK MENGELUARKAN HUJATANNYA...

2.5K 767 74
                                    

Velin baru saja keluar dari kamarnya, dia lalu melihat ada ayahnya yang masuk kedalam rumah. Senyum Velin langsung merekah dia berlari menuruni tangga menghampiri sang ayah.

"Ayyahhhhhhh"

Pria dengan kemeja putih dan memakai kacamata menatap Velin lalu dia merentangkan tangannya menerima pelukan dari sang anak.

"Velin kangen sama ayah, ayah ko pulangnya lama si" ucap Velin yang kini berada di pelukan sang ayah.

Ayah Velin mengusap kepala Velin lalu melepaskan pelukannya dan tersenyum.

"Maaf ya sayang ayah masih sibuk di kantor, gimana kabar kamu? Anak ayah yang satu ini sehat kan?" Tanya sang ayah dan Velin mengangguk.

"Ayah bawain kue brownies kesukaan kamu nih"

Mulut Velin membulat sempurna, kue brownies coklat lumer kesukaannya... Dia segera menerima satu box kue browniesnya dan berterimakasih pada sang ayah.

"Velin masuk ke kamar"

Velin menoleh ke belakang menatap neneknya yang tengah menuruni tangga. Sang nenek menatap tajam kearahnya, tepatnya ke arah ayah Velin.

"Gimana kabar mamih? Sehatkan?" Tanya ayah Velin sembari tersenyum.

"Udah malem Velin tidur ya, biar besok ga kesiangan bangunnya" nenek Velin mengabaikan pertanyaan ayah Velin, dia memilih untuk menarik Velin menjauh dari sang ayah dan menyuruhnya untuk naik keatas.

"Iya, selamat malam ayah sama nenek Velin tidur dulu yaa"

Nenek Velin mengangguk, dia tersenyum melihat Velin yang menaiki tangga sembari menenteng boks berisi brownies kesukaan gadis itu. Setelah Velin tidak terlihat lagi nenek Velin berbalik menatap ayah Velin yang masih tersenyum.

"Ngapain kamu kesini lagi?" Tanya nenek Velin.

"Pulang kerumah Mih" jawab ayah Velin dan berjalan menuju sofa. Pria itu duduk dan bersender pada sofa lalu menghela nafas.

"Besok istri sama anak-anak mau tinggal disini sampai renovasi rumah selesai" ucap ayah Velin.

"Kamu ini gila ya?! Kamu mau bawa istri sama anak-anak kamu kerumah ini?! Nanti Velin gimana!!" Bentak sang nenek.

"Velin pasti ngerti kok, dia juga kesepian kan disini?" Tanya ayah Velin.

Nenek Velin mengepalkan sebelah tangannya, pria gila dan tidak mempunyai otak ini hanya mengincar harta mereka.

"Gimanapun juga nanti Velin yang bakal nerusin perusahaan keluarga, dia punya saham 30% yang kamu pinjam sekarang" ucap nenek Velin.

"Mamih yakin ngasih tanggung jawab sebesar itu sama anak gila kaya dia?"

"Tutup mulut kamu! Dia anak kamu! Velin tidak gila ya" tunjuk sang nenek.

"Ga gila gimana? Dia sering ngomong sendiri kan? Apalagi boneka yang dikasih sama Pamella yang udah di rumah sakit jiwa itu, pasti penyakit gilanya menurun pada Velin"

Nenek Velin semakin memerah menahan amarahnya sendiri. Bisa-bisanya seorang ayah mengatakan hal seperti ini pada anaknya sendiri.

"Velin darah daging kamu, dia anak kamu kenapa kamu tega seperti ini?" Tanya nenek Velin.

Velin yang berdiri di ujung tangga hanya diam menutup mulutnya agar isakannya tidak terdengar oleh mereka berdua. Terlihat dua potong brownies juga terjatuh keatas lantai. Dia awalnya ingin tidur namun ayahnya jarang sekali pulang jadi dia ingin makan brownies bersama ayah dan neneknya, namun dia malah mendengar semua pembicaraan mereka saat ini.

"Karena Velin ga mungkin nerusin bisnis keluarga apalagi pegang saham besar seperti itu mamih tenang aja Anak sulung saya yang nanti akan menggantikan Velin, Reyhan kebetulan sudah belajar management dengan giat"

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang