{17} PEMBANTAIAN LILI

2.4K 734 31
                                    

Nenek Velin keluar dari perusahaan, dia melihat Velin berdiri di depan memeluk boneka dan tersenyum padanya.

"Nenek Velin mau ke taman hiburan bareng nenek" ucap Velin sembari tersenyum manis.

"Oh iya ayo, kamu sendirian kesini sayang?" Tanya sang nenek dan Velin mengangguk.

Nenek dan Velin kemudian berjalan menuju mobil yang dimana sudah ada supir pribadi sang nenek di dalam. Mereka menaiki mobilnya menuju taman hiburan seperti yang Velin mau. Velin terlihat senang menatap keluar dengan senyuman yang perlahan berubah menjadi mengerikan.

"Ck, rumah segede ini tapi ga ada pembantu sama sekali. Nenek tua itu ga gila juga kan mas?"

Di meja makan duduk Reyhan, sang ayah dan ibunya yang tengah mengomel setelah dia selesai memasak.

"Tenang aja besok aku cari art buat bantu-bantu kamu ngurus rumah ini" jawab sang ayah.

"Nah gitu dong, masa iya nyonya harus masak kaya gini ga level banget" kaya ibu Reyhan.

Reyhan hanya diam, dia menatap masakan ibunya dan mencicipinya sebelum dia kembali meletakan sendoknya keatas meja dan berdiri.

"Loh kamu kenapa Rey?"

"Asin" jawab Reyhan.

"Kamu ini selalu bilang masakan mamah asin... Asin.. kamu ga bersyukur sama sekali ya!"

Reyhan berhenti di lalu berbalik menatap ibu dan ayahnya yang asik memakan makanan diatas meja. Jika dia boleh jujur dia lebih suka rumah sederhana dan ibunya yang memasak dengan lezat dan tidak menyombongkan diri seperti sekarang ini.

Reyhan kembali berjalan menuju kamarnya, hanya karena uang mereka sampai menjadi seperti ini. Reyhan melewati kamar Velin yang sedikit terbuka. Dia kemudian menarik knop pintunya dan menutup pintu kamar Velin. Kemana gadis kecil itu pergi sekarang? Kenapa dia belum pulang juga?

Reyhan masuk kedalam kamar, dia mengunci kamarnya lalu berjalan menuju meja belajar. Reyhan menarik laci mejanya melihat ada boneka beruang kecil yang awalnya akan dia berikan untuk Velin sebagai hadiah. Namun ia urungkan saat melihat tatapan Velin yang menatap ibunya, Bianca dan Naomi dengan tatapan tak suka.

Reyhan tidak membenci Velin, dia justru ingin dekat dengan adiknya itu. Namun dia harus menahannya untuk sekarang. Karena belum genap satu hari mereka tinggal disini Bianca sudah membuat masalah dan Velin pergi dari rumah. Reyhan mengambil headset di laci dan memakainya, dia memutar musik cukup keras sebelum membuka laptop untuk mengerjakan tugasnya akhir kuliah.

"Ayah coba panggil Naomi"

Ayah Velin berdiri dari duduknya, dia lalu berjalan menaiki tangga dan menuju kamar anak bungsunya.

"Wah cantik banget bonekanya, jadi nama kamu Lili?"

"Naomi ayo turun, mamah udah masak makan malam"

Naomi yang duduk diatas kasur menoleh menatap sang ayah. Dia mengangguk dan mengambil boneka yang duduk di depannya dan mendekat pada sang ayah.

"Ayo ayah" ajak Naomi.

Ayah Velin hanya diam menatap boneka yang dipegang sang anak. Bukannya dia tadi melempar bonekanya kedalam gudang dan mengunci bonekanya di dalam sana? Dan kuncinya ada di kamar, bagaimana bisa Naomi sekarang memegang bonekanya?

Naomi duduk diatas kursi memangku boneka Velin, dia nampak tersenyum senang karena bisa bermain dengan boneka Velin.

"Kamu ngapain bawa bonekanya kesini?" Tanya ibunya dan Naomi menatap sang ibu.

"Naomi mau makan sama bonekanya, boleh ya mah?"

Ibu Naomi menatap bonekanya lama sebelum dia akhirnya mengangguk. Dibanding Naomi tidak memakan makan malamnya kan.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang