{16} KALAH JUGA

3.4K 941 9
                                    

Glen berjalan masuk kedalam rumah, dia lalu berpapasan dengan Rasya. Namun Rasya hanya menatapnya sekilas dan melewatinya begitu saja.

"Mbak ini pesenannya"

"Makasih ya pak kebaliannya ambil aja"

Glen berbalik dan melihat Rasya tengah menerima bungkusan makanan yang tak lain adalah sekotak brownies. Dia sudah membelinya? Rasya kembali berjalan masuk dan melewati Glen begitu saja.

"Udah beli browniesnya?" Tanya Glen sembari mendekat pada Rasya.

"Lo ga liat?" Tanya Rasya dengan nada jutek. Rasya kini duduk diatas sofa dan memakan brownies tanpa memperdulikan Glen.

Glen terdiam, apa-apaan nada jutek tadi. Apa mungkin Rasya marah padanya? Dia memang tidak membalas pesan Rasya tapi dia pulang lebih awal dari perkataannya tadi pagi.

"Mandi"

Glen yang ingin duduk berhenti dan menatap Rasya. Dia kemudian mengangguk sebelum berjalan cepat menuju kamarnya untuk mandi.

"Nyonya memang top" ucap Bi Sumi yang ada di balik tembok dapur.

Rasya tersenyum, lihat sampai kapan pria itu mampu mempertahankan saran pak subur. Rasya kembali memakan brownis dan mengusap perutnya sendiri.

"Jadi saksi ya nak di dalem sana"

Glen keluar dari kamar mandi, dia kemudian menemukan Rasya yang sedang membaca buku di atas kasur. Sebenarnya ada apa sekarang? Kenapa Rasya tiba-tiba tidak mau melihat kearahnya?

"Ras Lo marah ya ke gue?" Tanya Glen.

Rasya hanya diam, dia tidak akan menjawab perkataan Glen sampai pria ini benar-benar memohon ampun padanya.

"Ras, kok diem si"

Glen naik keatas kasur dan duduk di sebelah Rasya. Dia melihat Rasya menaikan kedua bahunya dan kembali membaca buku astronomi di pangkuan Rasya.

"Katanya mau beli brownies, ayo beli"

Rasya masih diam enggan membuka mulutnya, Glen yang masih melihat Rasya diam menghela nafas. Dia tidak bisa menahan ini lagi.

"Lo marah karena gue ga bales chatnya? Ras..."

Glen menarik lengan Rasya lalu Rasya menghela nafas dan mendorong Glen agar menjauh.

"Marah kan? Coba bilang marah karena apa, karena chat atau karena hal lain?"

"Menurut Lo?" Akhirnya Rasya bersuara, Rasya menatap datar Glen yang sedang menatapnya dengan wajah serius.

Rasya bergeser, dia hendak turun namun lengannya di tarik oleh Glen dan pria itu langsung memeluknya.

"Ngomong marah kenapa jangan diem kaya gini"

Glen melepaskan pelukannya saat tidak merasakan respon apapun dari Rasya. Ini berarti sudah level max karena Rasya tidak berkutik sama sekali.

"Iya gue salah, gue ga bales chat Lo tadi siang. Gue juga cuekin Lo kemaren, maaf Ras. Tapi jangan cuekin gue kaya gini"

Lihat siapa yang tunduk pada siapa? Pria ini mencoba menjinakkan Rasya? Mustahil kawan. Rasya baru diam beberapa jam saja wajah panik Glen terlihat dengan jelas.

"Enak?" Tanya Rasya pada Glen.

"Enak di cuekin kaya gini?" Tanya Rasya lagi dan Glen langsung menggeleng.

"Yaudah itu Lo tau, ngapain kemaren Lo cuekin gue? Ga kaya biasanya?" Tanya Rasya.

Bagaikan emak-emak tengah memarahi anaknya yang ketahuan berenang di gorong-gorong Rasya menatap tajam Glen, dan pria itu hanya menunduk sembari mengenggam tangan Rasya.

"Gausah rubah apapun, rumah tangga setiap orang beda-beda ga semua orang itu sama sifatnya, cara berpikirnya. Gue lebih suka Lo yang kemaren walaupun blak-blakan tapi seeganya Lo ga cuekin gue, atau Lo mau kita cuek-cuekan sampe kakek-nenek?"

Glen menggeleng, Rasya menetralkan kembali ekspresinya lalu menarik tangannya mencoba melepaskan genggaman Glen.

"Maaf Ras" ucap Glen.

"Siapa yang nyaranin saran kaya gitu?" Tanya Rasya walaupun dia sudah tau siapa dalang dibalik semua ini.

"Pak subur" jawab Glen.

"Istrinya pak subur sama gue beda atau engga?"

"Beda"

"Mereka nikah di tahun yang sama kaya kita engga?"

"Engga"

"Umur mereka sama kita beda jauh apa engga?"

"Beda jauh"

"Yaudah itu Lo tau, ga jaman sekarang pake acara jinakin istri. Lo pikir gue hewan buas?"

"Engga Ras bukan kaya gitu"

"Terus gimana? Coba jelasin" tanya Rasya pada Glen.

"Gue cemburu, gue takut Lo nanti suka sama orang lain" jawab Glen.

"Gue gamau liat Lo pandangin cowo lain lama-lama, gue ga suka Lo senyum ke mereka, gue ga suka Lo deket-deket sama mereka apalagi liatin mereka telanjang dada sampe segitunya" jelas Glen.

"Gue sebelumnya pernah bilang, gue gamau jadi janda di kehidupan ini. Gue juga bilang gue maunya nikah satu kali yaudah sampe tua, ilangin pemikiran negatif Lo. Selama ini Lo yang terlalu mikir negatif ketimbang gue yang takut suaminya di gaet cewe lain" kata Rasya mencoba memperjelas semuanya.

"Gue masih takut, karena dulu gue minta putus Lo iyain cepet banget"

"Yakan itu keputusan Lo, gue hargain karena Lo bilangnya juga gue bukan tipe Lo kan"

Glen menatap Rasya, di kemudian mengangguk dan Rasya menghembuskan nafasnya mencoba bersabar.

"Coba deh Lo percaya sama gue, istrinya Lo sendiri. Lo nikah sama gue dan sekarang Lo bakal jadi ayah seharusnya Lo ga raguin gue lagi. Gue juga ga pernah raguin Lo sebagai suami gue Glen, emang kita butuh masukan dari senior kita cuman baiknya lagi kita pilih juga masukan yang di kasih jangan semua masukan Lo terapin dalam kehidupan Lo. Selain cara pemikiran setiap orang berbeda, karakter orang juga beda-beda"

"Mungkin aja istrinya pak subur dulunya kembang desa yang centil dan susah nurut sama suami makanya pan subur pake cara jinakin segala. Tapi gue emang pernah ga nurut sama Lo? Gue pernah ga ngehargain Lo sebagai suami gue?"

Glen menggeleng, dia langsung memeluk Rasya degan erat.

"Maaf Ras, gue yang salah"

Rasya mengangguk, dia lalu membalas pelukan Glen. Melihat wajah Glen yang sudah sangat putus asa membuat Rasya juga tidak tega.

"Kalo ada apa-apa omongin baik-baik kita bukan anak kecil lagi, gue tau Lo juga lagi di usia dimana Lagi berapi-api tapi kita ini udah jadi satu keluarga Glen. Hargai gue juga, istri Lo"

Glen mengangguk, dia kembali meminta maaf pada Rasya. Glen lalu melepaskan pelukannya dan mencium pipi Rasya.

"Katanya tadi mau beli brownies, mau beli lagi?" Tanya Glen.

"Ayo"

Glen tersenyum senang, dia segera turun dan menuntun Rasya agar turun juga. Beruntung kesalahpahaman mereka bisa teratasi tanpa harus meninggikan suara.

Rasya masuk kedalam mobil Glen, dia menatap rumah Velin dan Hani. Semoga saja keduanya juga bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus menggunakan kata-kata kasar apalagi nada tinggi. Bisa-bisa mereka akan menjadi ladang gibah di tukang sayur besok.

Glen mulai mengendarai mobil sembari memegang tangan Rasya. Dia benar-benar bodoh, ya dia akui dirinya sangat bodoh. Beruntung Rasya tidak marah malah memberikannya panduan, malu sekali rasanya Glen di posisi tadi. Seperti seorang anak kecil yang tengah di marahi oleh ibunya.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang