6. Mati Aku!

220 9 0
                                    

Begitu tiba di rumah sakit, Alby langsung menuju ruang IGD. Namun sebelum itu ia sudah mensterilkan kedua tangannya terlebih dahulu.

Begitu ia datang, Raden dan Fitra sudah ada di dalam ruang IGD tersebut. Alby menatapnya sekilas.

"Jelaskan kondisi pasien!" perintah Alby sembari mulai memeriksa pasien.

"Pasien overdosis alkohol tetapi masih sadar," ujar Fitra.

"Lalu?"

"Denyut jantung 120-"

Alby langsung menatap Fitra dengan tajam begitu ia tahu jika Fitra salah menyebutkan detak jantung pasien. Fitra yang mendapat tatapan tajam tersebut langsung tergugup dan mulai panik.

"Tenang, jangan panik," bisik Raden pada Fitra.

"Ulangi," perintah Alby.

"Denyut jantung 100, tekanan darah 120/85, saturasi oksigen 90%," ralat Fitra dengan lancar.

"Pasien mendapat pukulan di bagian kepala dengan keras. Luka tidak terlalu parah tapi sepertinya ia mengalami gegar otak dok," tambah Fitra.

"Bagaimana kau tahu?"

"Pasien mengeluh sakit kepala dan mual. Selain itu, ia sensitif terhadap suara dan cahaya. Jika dilihat dari gejalanya mungkin ia mengalami gegar otak dok," jawab Raden.

"Baiklah kita buktikan diagnosamu benar atau tidak. Lakukan pemindaian otak sekarang dan kita lihat hasilnya," perintah Alby yang langsung dilaksanakan oleh Raden.

*****

Alby menatap secangkir kopi di meja kerjanya dengan kosong. Ini pekan keduanya sejak ia berada di departemen instalasi gawat darurat. Ia diminta direktur agar merangkap menjadi dokter IGD untuk sementara karena salah satu dokter IGD sedang cuti melahirkan. Dengan kata lain saat ini rumah sakit sedang kekurangan dokter emergency. Yah itulah yang setidaknya Alby ambil sisi positifnya.

Alby sebenarnya adalah dokter spesialis bedah digestif. Meskipun demikian, Alby cukup kompeten dalam menangani berbagai macam penyakit. Alby pernah menjadi dokter IGD selama beberapa tahun sebelum pada akhirnya ia memutuskan menjadi spesialis digestif.

Tok! Tok!

"Apa aku boleh masuk?" tanya seorang dokter wanita seusia Alby. Alby hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dokter bernama Renata itupun langsung duduk di kursi yang berada di depan meja Alby.

"Kau pasti senang sekali bukan karena kau menjadi dokter spesialis bedah digestif lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau pasti senang sekali bukan karena kau menjadi dokter spesialis bedah digestif lagi?"

"Tidak juga," jawab Alby acuh.

"Harusnya kau melawan saat direktur menyebalkan itu memintamu menggantikan dokter Novi cuti di IGD. Toh di IGD sudah banyak dokter spesialis emergency, bukankah berkurang satu orang saja karena cuti melahirkan tidak akan menjadi masalah? Kenapa harus memerintahkanmu yang seorang spesialis digestif kesana?" kesal Renata sembari menggebrak meja Alby. "Aku yakin itu pasti karena kau menolak cinta putrinya," lanjut Renata memberikan pendapatnya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang