35. Elektroensefalogram (EEG)

232 13 0
                                    

Hari sudah mulai gelap dan cuaca sepertinya kurang mendukung. Hujan deras dan angin kencang menambah kesunyian di dalam ruang rawat Devi.

Devi berjalan kearah balkon untuk melihat derasnya air hujan dan kencangnya angin tanpa rasa takut.

Alby sedang pulang ke apartemen untuk mandi dan berganti pakaian, itupun Alby berhasil keluar dari ruang rawat Devi setelah ia membujuk Devi agar mau ditinggal sebentar dengan dalih akan membawa boneka Toto kesayangan Devi ke rumah sakit untuk menemaninya.

Devi mengamati pemandangan sekitar yang hanya diisi gedung-gedung yang berjajar rapi di sebelah bangunan rumah sakitnya. Gedung tersebut tidak terlalu tampak jelas karena derasnya air hujan.

Perlahan tangan Devi terulur untuk menyentuh dinginnya air hujan. Pikirannya kembali mengingat mimpi kecelakaannya. Sebenarnya apa maksud dari mimpi tersebut? Kenapa begitu melihat darah dan kecelakaan tadi siang, kepalanya terasa sakit dan mimpi buruk itu terputar kembali di ingatannya? Apa itu semua karena ia phobia darah? Tapi apa ada orang yang phobia terhadap darah bisa pingsan begitu melihat darah?

Devi pun merogoh ponselnya dan mengetikkan sesuatu di pencariannya. Selang beberapa detik muncul artikel tentang fakta phobia darah, Devi pun langsung membacanya dengan seksama.

'Jenis phobia darah terkadang dapat menyebabkan penurunan denyut jantung dan tekanan darah, sehingga sering menyebabkan penderitanya pingsan'

Devi mendesah pelan. Sepertinya ia pingsan karena phobia terhadap darah. Devi pun berjalan mundur dan menyandarkan dirinya di dinding karena anginnya semakin kencang dan hujannya semakin deras bahkan kini rambut dan pakaian Devi sudah mulai basah terkena percikan air hujan, namun Devi sama sekali tidak berniat masuk ke dalam.

Alby yang saat itu baru saja tiba mendapati Devi tidak ada di atas brankarnya pun langsung panik. Matanya berpendar mencari keberadaan Devi lalu terhenti begitu melihat pintu balkon yang terbuka dengan sepasang sandal milik Devi yang berada di balkon.

Bugh!!

Mata Alby membulat sempurna begitu mendengar sesuatu yang jatuh dari ketinggian. Alby pun segera berlari menuju balkon dan langsung melihat ke bawah untuk memastikan suara yang ia dengar bukanlah Devi yang jatuh.

"Om?" panggil Devi bingung begitu melihat Alby seperti orang kesetanan. Nafas Alby memburu dan raut wajahnya penuh dengan kekhawatiran.

"Ap...apa yang kau lakukan disitu?" tanya Alby dengan nafas tersengkal.

"Aku ingin melihat hujan," jawab Devi.

"Lalu kenapa kau meletakkan sandalmu disitu?!" tunjuk Alby dengan berusaha menormalkan kembali pernafasannya.

"Oh itu aku sengaja meletakkannya disana jika nanti om Alby datang, om Alby tahu aku ada disini," jelas Devi yang membuat Alby menghembuskan nafasnya pelan. Alby pun berjalan mendekat kearah Devi dan langsung memeluknya.

"Kau membuatku khawatir," jujur Alby sembari mengusap punggung Devi lembut. "Ayo kita masuk, hujannya sangat deras dan anginnya juga kencang," ajak Alby yang dituruti oleh Devi.

Setelah masuk ke dalam, Alby segera mengunci pintu balkon dan menyimpan kuncinya di dalam saku celananya. Takut jika Devi berjalan ke balkon dan berbuat sesuatu yang berbahaya.

"Sini biar kukeringkan rambutmu," ujar Alby sembari mengambil sebuah handuk dari dalam ranselnya.

Devi menurut dan segera duduk diatas brankarnya. Alby pun segera mendekat dan mulai mengeringkan rambut basah milik Devi.

"Pakaianmu juga basah. Tunggu sebentar aku akan meminta bantuan suster untuk mengganti pakaianmu," ujar Alby seraya bangkit berdiri.

Devi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Selang beberapa menit kemudian, suster datang dan membantu Devi mengganti pakaiannya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang