87. Red Day

142 21 6
                                    

Akibat cuaca buruk hujan disertai angin kencang, Devi dan teman-temannya tidak dapat kembali pulang. Ditambah jalanan yang tertutup akibat tanah longsor pun memaksa mereka untuk menginap di salah satu penginapan yang letaknya tidak jauh dari pantai tempat mereka berlibur.

Tak terkecuali Alby sendiri yang juga terpaksa harus tinggal bersama mereka.

Kini mereka sedang berada di salah satu penginapan untuk memesan kamar untuk beristirahat.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" sambut resepsionis dengan ramah.

"Sore, saya ingin pesan kamar-" Alby tampak menghitung berapa kamar yang cocok ia pesan untuk mereka semua.

"Aku bisa satu kamar dengan kak Raden om," ujar Gara.

"Aku juga bisa dengan Devi," sahut Arin.

Alby menganggukkan kepalanya mengerti.

Laudya berpikir jika Alby hanya akan memesan tiga kamar saja dengan kata lain ia akan berada satu kamar dengan Alby, namun ternyata ia salah.

"Saya pesan empat kamar," ujar Alby yang membuat Laudya tampak kecewa.

"Baik, tunggu sebentar."

Tidak lama kemudian, sang resepsionis pun memberi mereka kunci masing-masing kamar.

"Kalian bersihkan diri dulu lalu kita berkumpul di restoran untuk makan malam," ujar Alby.

"Oke om. Duluan ya om," pamit Gara yang diikuti oleh Raden.

"Saya duluan dok."

"Ayo Dev," ajak Arin menarik tangan Devi pelan.

Alby memperhatikan Devi sejenak. Gadis itu tampak tidak bersemangat dan hanya diam melamun saja membuat Alby sedikit mengkhawatirkannya.

"By ayo," ajak Laudya yang membuat Alby langsung mengalihkan perhatiannya pada Laudya.

*****

Devi tidak dapat fokus dengan makanan yang ada di hadapannya karena perutnya terasa sakit sekali. Sore tadi begitu ia hendak mandi ia merasakan sesuatu tengah keluar dari pangkal pahanya dan ternyata ia mengalami haid hari pertama. Berbeda dengan pertama kali ia haid yang sama sekali tidak merasakan sakit, kini Devi merasakan perutnya terasa sakit.

Devi berusaha menahan rasa sakitnya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Namun Alby yang posisi tempat duduknya tepat di hadapan Devi pun mulai menyadari ada yang aneh dengan Devi. Gadis itu tampak sekali-kali meletakkan sendoknya dan tangannya terlihat tampak mengelus perutnya.

Belum sampai Alby ingin menanyakan apakah Devi baik-baik saja, Raden sudah lebih dulu menyadari kondisi Devi.

"Dev kau tidak apa-apa?" tanya Raden yang duduk tepat di sebelah Devi.

"Tidak kak, aku datang bulan dan perutku sakit sekali," bisik Devi menahan sakit.

"Kalau begitu ayo kuantar istirahat di kamar," ucap Raden beranjak dari tempat duduknya.

Alby sedari tadi tidak pernah melepaskan pandangannya dari Devi. Termasuk saat Devi berbisik di telinga Raden membuat Alby sedikit kesal. Melihat Devi yang tampak kesakitan membuat Alby teringat sesuatu. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi menampilkan sebuah pesan pengingat. Ia segera merogoh ponselnya dan melihat sebuah catatan yang ia tulis satu bulan yang lalu.

'Devi's Red day'

"Biar aku saja," ujar Alby bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Devi yang masih terduduk.

Devi sebenarnya hendak menolak namun rasa sakit yang ia rasakan membuatnya mengurungkan niatnya begitu Alby langsung menggendongnya dengan bridal style. Di sisi lain Devi juga masih sedikit takut jika Raden memiliki niat untuk mencelakainya lagi apalagi keadaan perutnya yang sakit bukankah mempermudah Raden untuk membunuhnya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang