34. Keputusan Alby

203 13 0
                                    

Cukup lama Devi berdiam diri di dalam mobil namun sepertinya Alby tidak kunjung kembali. Devi pun berinisiatif untuk menyusul Alby karena ia takut terjadi sesuatu di depan sana pada Alby.

Ketika hendak membuka pintu mobil, Devi teringat larangan Alby yang melarangnya keluar dari mobil dan memintanya untuk menunggunya di dalam mobil. Namun bukan Devi namanya jika ia menuruti perkataan Alby begitu saja. Karena rasa khawatirnya yang tinggi, Devi pun memutuskan untuk pergi menyusul Alby.

Tampak beberapa warga yang tengah bergumul memenuhi jalan dan samar-samar Devi dapat mendengar telah terjadi kecelakaan.

Kecelakaan? Siapa yang kecelakaan?

Dengan langkah pelan, Devi pun memberanikan diri untuk menerobos kerumunan tersebut untuk melihat secara langsung apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu siapa tahu saja di depan sana ada Alby juga.

Saat hendak menerobos, mata Devi tidak sengaja melihat Raden dan juga Fitra yang tengah berlari mendekat kearah korban kecelakaan tersebut.

Seolah mendapatkan keberanian, Devi pun segera menerobos kerumunan tersebut dan ia berhasil berada di barisan paling depan.

Darah!

Satu kata yang Devi lihat begitu ia tiba di barisan paling depan. Devi melihat darah yang mengucur dari salah satu kaki korban kecelakaan tersebut. Devi juga dapat melihat Alby, Raden dan juga Fitra yang tengah menyelamatkan pasien melalui pertolongan pertamanya. Bahkan samar-samar Devi juga masih dapat mendengar percakapan mereka.

"Saat menabrak pembatas jalan dia terkena stir di bagian dada dengan keras lebih tepatnya jantung tapi belum sampai tamponade jantung, tapi ada sedikit pendarahan. Cepat suruh ambulance mendekat kesini!!!" perintah Alby yang samar-samar di dengar Devi.

Namun tiba-tiba saja sebuah ingatan mimpi buruknya kembali berputar-putar memenuhi kepalanya.

"Om," lirih Devi.

Devi merasa kepalanya sangat sakit sekali hingga rasanya ingin pecah. Bayangan sebuah kecelakaan kembali berputar memenuhi memorinya. Keringat dingin mulai mengucur memenuhi keningnya, nafasnya memburu dan badannya bergetar ketakutan.

'Devi sayang tenanglah'

'Aku akan menyelamatkanmu, tenanglah'

'Pakai sabuk pengamanmu, kita akan pergi dari sini,'

Devi memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Ingin sekali Devi menghantamkan kepalanya ke aspal agar ingatan itu hilang dari kepalanya.

"Om," lirih Devi sembari menangis.

'Kau pikir aku akan menyelamatkanmu?'

'Pergilah dengan tenang sayang'

Devi merasa kepalanya semakin berat dan sakit. Kini ia merasa dunianya sedang berputar dan tidak lama kemudian dia jatuh pingsan. Samar-samar ia masih mendengar suara Raden yang memanggil namanya sebelum pada akhirnya kegelapan kembali merenggutnya.

*****

Setelah selesai melakukan operasi dadakan, Alby pun segera pergi menemui Raden untuk menanyakan keadaan Devi.

"Pindahkan pasien ke ruang ICU dan terus awasi," perintah Alby pada Fitra.

"Baik dok," jawab Fitra.

Alby pun segera menuju pusat informasi dan bertanya dimana Devi berada.

"Dokter Alby, ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat yang berada di pusat informasi.

Belum sampai Alby menyebut nama Devi, Raden sudah terlebih dahulu menghampirinya dan memanggil namanya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang