75. Bertemu Bima

127 17 2
                                    

Devi yang saat itu sedang asyik mengobrol dengan Alby pun menghentikan tawanya dan melambaikan tangannya ke arah Abimanyu begitu melihat kehadirannya. Rupanya urusan Abimanyu dengan direktur sudah selesai.

"Om Abi!!" panggil Devi riang sembari melambaikan tangannya ke arah Abimanyu.

"Jangan memanggilnya om atau semua orang akan tahu kalau kau bukan adikku," tegur Alby pelan. "Kau harus memanggilnya ayah."

"Ayah!" ralat Devi sembari menatap ke arah Alby yang dibalas anggukan oleh Alby.

"Wah rasanya senang sekali mendengar kamu memanggilku ayah," ujar Abimanyu seraya tertawa lebar.

"Ini karena kebohongan om Alby yang mengaku-ngaku sebagai kakakku di hadapan semua orang di rumah sakit ini," bisik Devi begitu Abimanyu sudah mendekat kearahnya.

Abimanyu menanggapinya dengan tawa kecilnya lalu detik selanjutnya ia memasang wajah serius yang membuat Devi sedikit khawatir.

"Dev bisa tunggu disini sebentar saja? Ada yang ingin om katakan pada Alby," ujar Abimanyu seraya tersenyum.

Meskipun sedikit curiga dengan perubahan ekspresi wajah Abimanyu yang terlihat seperti menahan emosi, namun Devi tetap menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Abimanyu dan Alby pun berjalan menjauh kearah ruangan Alby meninggalkan Devi sendirian.

"Kalian disini rupanya," ujar Laudya yang langsung merangkul Devi dari belakang membuat Devi tersentak kaget.

"Astaga kaget aku!!" pekik Devi begitu merasakan tangan seseorang merangkulnya tiba-tiba. Setelah mendapati jika Laudya-lah yang merangkulnya, Devi malah memutar bola matanya malas.

"Tante Laudya jangan datang dan merangkulku tiba-tiba seperti itu! Untung saja aku tidak memiliki penyakit jantung, jika aku punya aku pasti sudah mati terkena serangan jantung. Dan kehadiran tante Laudya yang tiba-tiba seperti itu membuat tante Laudya terlihat sama seperti jelangkung," tegur Devi tanpa dosa yang membuat Laudya tersinggung.

"Kau sadar tidak kalau bicaramu semakin hari semakin kurang ajar?" tanya Laudya tepat di telinga Devi membuat Devi risih dan langsung melepaskan rangkulan Laudya saat itu juga.

"Aku sadar, kalau begitu aku minta maaf. Aku permisi dulu ya tante Laudya," pamit Devi sopan dan bahkan ia membungkukkan badannya secara berlebihan yang malah membuat Laudya menggeram marah.

Tanpa basa-basi lagi Laudya langsung mencekal lengan Devi dengan kasar.

"Aww sakit tante!"

"Kuperingatkan padamu, aku tidak begitu murah hati untuk berbagi sesuatu hal yang kumiliki termasuk Alby. Jadi kuharap kau tahu batasanmu," peringat Laudya dengan nada rendah.

Bukannya takut, Devi malah menatap Laudya dengan berani.

"Jangan berbicara seperti itu tante, tante membuat sifat asli tante terlihat," balas Devi sembari melepas paksa cekalan Laudya. "Oh iya tante, sebenarnya pekerjaan tante Laudya itu apa? Kenapa tante selalu berada di rumah sakit bukannya menjalani pemotretan? Atau jangan-jangan tante Laudya sedang ada pemotretan di kamar mayar ya?"

Setelahnya Devi bergegas pergi dari hadapan Laudya dan memilih menunggu Abimanyu di parkiran saja karena Devi takut jika tiba-tiba tangan Laudya mendarat kearahnya karena perkataannya.

Laudya menatap kepergian Devi dengan penuh amarah. Gadis SMA itu sangat pandai berbicara hingga setiap mendengar perkataannya Laudya ingin membekap mulutnya!

*****

"Ayo Dev, kita harus segera pergi," ajak Abimanyu menginterupsi Devi yang sedang berjongkok di depan mobil Alby dengan tangan yang seolah menggambar lantai.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang