97. Kita Tidur Bersama!

37 1 2
                                    

Dengan gontai Devi memasuki ruang rawat Alby. Ia masih kepikiran dengan jawaban Meira padanya.

Devi menghela nafasnya pelan. Meira tidak terlibat dalam bisnis haram ayahnya dan bahkan Meira tidak tahu menahu tentang bisnis tersebut. Satu-satunya petunjuk berada di rumah tempat tinggalnya dulu.

Pertanyaannya hanya satu. Sanggupkah Devi kembali ke dalam rumah tersebut sedangkan trauma itu masih ada?

"Sudah pulang?"

Devi langsung mengubah ekspresi sendunya dan tersenyum riang ke arah Alby.

"Sudah. Lho om Alby mau ke mana?" tanya Devi bingung begitu melihat Alby yang sudah bersiap dengan tas berisi pakaiannya.

"Pulang," jawab Alby.

"Om Alby sudah boleh pulang?"

"Sebetulnya belum. Tapi om keras kepalamu itu memaksaku menginjinkan dia pulang," jawab Raka yang baru saja tiba.

"Om Alby kenapa tidak menuruti dokter Raka?" tanya Devi sembari bersilang dada.

"Aku sudah sembuh. Raka hanya berlebihan," elak Alby sembari bangkit berdiri.

Paham dengan Alby yang kesusahan berdiri, Devi pun segera membantu memapah Alby dan memintanya duduk di kursi roda yang dibawa oleh Raka.

"Tidak perlu pakai kursi roda. Aku bisa jalan sendiri," tolak Alby.

"Om jangan keras kepala. Om Alby sekarang adalah pasien, jadi om Alby harus menuruti dokter Raka!" tegur Devi yang membuat Alby mau tidak mau menuruti perintahnya.

"Baiklah aku duduk di kursi roda," ujar Alby pada akhirnya.

"Dokter, om Alby betulan boleh pulang?" tanya Devi pada Raka.

"Jika kularang pulang apakah om-mu akan menurutiku?" tanya Raka membalikkan pertanyaan Devi.

"Tidak," jawab Alby yang membuat Devi melototkan matanya ke arahnya.

"Om Alby kan dokter, seharusnya om Alby tahu bagaimana repotnya mengurusi pasien yang sulit diajak kerja sama seperti om Alby ini. Om Alby tidak kasihan pada dokter Raka yang sudah susah payah menyelamatkan om Alby?"

"Aku tahu, tapi aku betulan sudah sembuh sayang."

Mendengar kata sayang yang keluar dari mulut Alby membuat Devi mau tidak mau mengumbar senyum bahagianya. Entahlah, satu kata itu membuat hatinya menghangat seketika.

"Baiklah ayo kita pulang," ujar Devi pada akhirnya sembari mendorong kursi roda Alby keluar dari ruangan.

"Eh semudah itu?" ujar Raka menatap tidak percaya ke arah Devi dan juga Alby.

Di sepanjang perjalanan Devi hanya diam mengamati lalu lalang kendaraan tanpa berniat membuka pembicaraan. Pikirannya melayang terbang memikirkan keputusan apa yang harus ia ambil untuk menyelesaikan semua ini. Devi juga ingin tahu bagaimana kelanjutan bisnis haram ayahnya. Apakah bisnis haram itu sudah lama berakhir sejak kematian ayahnya atau malah masih berjalan hingga sekarang. Devi harus mencari tahu hal itu sendiri dan mengakhirinya.

Alby menoleh ke arah Devi. Devi yang peka terhadap tatapan Alby pun  menolehkan kepalanya ke arah Alby.

"Tante Ishy dan om Abi tahu tidak kalau om Alby memaksa pulang ke rumah?" tanya Devi galak.

"Tahu."

"Lalu mereka bilang apa?"

"Tidak masalah. Toh memang kondisiku sudah membaik dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alby yang membuat Devi menghela nafasnya pelan.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang