37. Cemburu?

186 15 1
                                    

"Jadi kemarin kau dirawat di rumah sakit karena pingsan?" tanya Arin terkejut.

"Iya," jawab Devi sembari memakan camilan yang dibawakan Gara untuknya.

"Kenapa kau bisa pingsan?" tanya Gara.

"Sepertinya aku phobia darah. Kau tahu, begitu aku melihat korban kecelakaan itu tepat di depan mataku dan kakinya penuh darah aku langsung tidak sadarkan diri," jelas Devi.

"Phobia darahmu benar-benar buruk," komentar Gara.

"Iya. Tapi ada satu hal yang membuatku bingung," ujar Devi sembari menghentikan makannya dan menatap Gara dan Arin dengan serius.

"Ada apa?" tanya Arin penasaran.

"Sebelum aku pingsan, tiba-tiba sebuah kejadian terputar di otakku. Sebelumnya aku pernah melihat kejadian tersebut di dalam mimpi sih, tapi kemarin begitu aku melihat kecelakaan itu bayangan kejadian di mimpiku terputar kembali. Seolah aku mengalami mimpi yang sama dua kali," jelas Devi.

Arin dan Gara tampak sedikit terkejut dengan cerita Devi.

"Lalu bagaimana hasil pemeriksaanmu kemarin? Otakmu ikut diperiksa tidak?" tanya Gara cepat.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Aku takut. Begitu masuk ke ruang pemeriksaan ada sebuah kejadian lagi terputar di otakku. Masa aku mimpi diculik dan hendak dijual organ dalamku. Itu aneh sekali bukan? Memangnya bisa ya mimpi dalam keadaan sadar dan tidak tidur?" bingung Devi.

"Aku kurang yakin sih, tapi sepertinya ada," ujar Arin.

"Siapa?" tanya Devi.

"Kau," tunjuk Arin pada Devi.

"Maksudnya selain aku Arin!!" kesal Devi.

"Bagaimana jika semua kejadian itu adalah kejadian yang dulu kau alami," ujar Gara tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" tanya Devi tidak mengerti.

"Amnesia. Kau mengalami amnesia," jawab Gara sedikit terkejut dengan jawabannya sendiri.

"Benarkah? Tapi aku mengingat semuanya kok! Aku ingat kakakku adalah kak Sean, ayah dan ibuku bahkan jati diriku sendiri aku juga masih ingat kok," sanggah Devi.

"Kenapa kau tidak bertanya saja pada om Alby? dia kan dokter."

"Itu tidak mungkin Arin. Aku tidak mau om Alby tahu. Om Alby sudah kerepotan mengasuhku dan aku tidak mau menambah bebannya dengan amnesiaku," tolak Devi.

"Kak Raden? Kak Raden juga dokter kan? Kau tanya saja padanya! Lumayan sekalian pendekatan," ide Arin.

"Kau ini kasih saran yang sedikit masuk akal dong! Kak Raden masih koas, manatahu dia penyakit seperti ini," tegur Gara pada Arin.

"Dokter koas kan juga dokter. Lagipula apa salahnya bertanya padanya," balas Arin.

"Arin benar! Sepertinya aku harus bertanya pada kak Raden sendiri, lagipula ini adalah kesempatan yang bagus untuk lebih dekat dengan kak Raden!" ujar Devi semangat.

*****

Alby menyandarkan kepalanya ke kursi kerjanya sembari memejamkan matanya sejenak. Ia sangat lelah hari ini. Tiba-tiba saja ia teringat dengan Devi. Meskipun gadis itu sudah sehat tapi Alby masih mengkhawatirkannya.

Alby masih bingung bagaimana cara menghindari pemicunya dan di sisi lain ia tidak mungkin bisa mengawasi Devi 24 jam. Semakin dipikirkan semakin membuat Alby bingung.

Tok! Tok!

"Masuk."

Alby melihat kearah pintu dan di sana ada Laudya yang tersenyum kearahnya sembari membawa makanan.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang