50. Misi

153 12 0
                                    

Devi memasang wajahnya dengan serius. Kini di hadapannya ada Arin yang juga menatap Devi dengan serius pula sedangkan Gara menatapnya dengan malas. Kini mereka berada di ruang perpustakaan.

Devi sengaja memilih perpustakaan sebagai tepat untuk mengadakan rapat dadakan karena tempatnya yang sepi dan tenang. Pagi tadi begitu Devi tiba di sekolah, Devi langsung menyeret Gara dan juga Arin agar mengikutinya ke perpustakaan. Awalnya Gara menolak karena ia tidak mau terlibat lagi dengan misi bodoh mereka seperti dulu namun karena Devi mengancam akan menggigitnya Gara pun terpaksa mengikutinya.

"Kali ini apa lagi?" tanya Gara membuka pembicaraan.

"Aku ingin membuat sebuah misi." Devi menatap serius ke arah Gara.

"Misi apa? Ini tentang kak Raden lagi?" tebak Arin.

"Bukan, ini tentang om Alby," jawab Devi.

Gara yang mendengarnya pun mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa jadi Alby? "Ada apa dengan om Alby?"

"Malam ini om Alby akan makan malam bersama tante Laudya. Aku tidak mau hal itu terjadi!"

"Memangnya kenapa?" tanya Arin bingung.

"Pokoknya aku tidak mau om Alby dekat-dekat dengan tante Laudya! Kalian harus membantuku menggagalkan rencananya," ujar Devi mantap.

"Kau menyukai om Alby ya?" tebak Gara sembari memicingkan matanya kearah Devi.

Devi terdiam sejenak dan mencerna perkataan Gara. Apakah mungkin rasa tidak suka melihat Alby berdekatan dengan Laudya adalah bentuk rasa sukanya pada Alby? Tapi apakah mungkin? Bukankah seseorang yang disukainya adalah Raden?

"Tidak! Aku menyukai kak Raden!" ralat Devi.

"Kalau begitu kenapa kau tidak pergi berkencan saja dengan kak Raden mumpung om Alby bersama tante Laudya?" tanya Gara yang membuat Devi terdiam dan berpikir lagi.

Yang dikatakan Gara benar, kenapa ia tidak memanfaatkan hal ini saja untuk berkencan dengan Raden? Mumpung Alby sedang sibuk pergi bersama Laudya seharusnya ia juga pergi kencan saja dengan Raden.

"Ah kau benar! Kenapa aku bodoh sekali? Kenapa aku tidak pergi berkencan saja dengan kak Raden, lagipula tempo hari kan aku tidak jadi pergi ke restoran mewah gara-gara om Alby. Coba ku tanya dulu kak Raden, dia ada waktu atau tidak," ujar Devi sembari mengetik pesan untuk Raden.

Disisi lain Raden yang baru saja ikut Alby menangani pasien pun duduk di samping Alby untuk beristirahat sejenak karena sebentar lagi ia akan mengikuti Alby yang akan melakukan operasi.

"Huft."

"Kenapa? Lelah?" tanya Alby pada Raden.

"Tidak dok, hanya sedikit gerah saja," jawab Raden sopan.

"Kukira kau lelah, padahal aku baru saja ingin mengataimu remaja jompo," ujar Alby sembari meminum minuman kalengnya. Raden tersenyum mendengar perkataan Alby.

Keduanya pun terdiam satu sama lain dengan pikiran Alby yang terus berpikir mencari cara untuk menggagalkan niat Raden yang akan mencelakai Devi. Selain itu Alby juga ingin tahu apa alasan sebenarnya Raden ingin mencelakai Devi.

"Hari ini apakah kita berjaga sampai malam dok?" tanya Raden pada Alby.

"Tidak. Malam ini Renata yang akan berjaga. Kau bisa istirahat dengan Fitra," jawab Alby yang diangguki oleh Raden.

"Ehm dok maaf bukankah dokter Renata adalah dokter spesialis onkologi, kenapa beliau berada di gawat darurat?"

Alby menatap kearah Raden sekilas sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Raden. "Hanya mencari kesibukan untuk melupakan sesuatu."

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang