"Om aku boleh memesan apapun yang kumau kan?" tanya Devi sembari membuka buku daftar menu yang diberikan seorang pelayan kepadanya. Alby menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan Devi.
"Aku memesan ini, ini, ini dan ini," ujar Devi pada seorang pelayan wanita yang berdiri di sampingnya dengan sabar dan segera menulis dengan cekatan begitu Devi menyebutkan menu pesanan yang ia inginkan.
"Om mau makan apa?"
"Terserah kau saja," ujar Alby sembari memainkan ponselnya.
"Baiklah, jangan salahkan aku jika kau tidak menyukai makanannya. Mbak saya pesan ini juga, terimakasih," ujar Devi sembari menyerahkan buku menu tersebut kepada sang pelayan.
"Baik, silahkan ditunggu."
Sembari menunggu makanan mereka dihidangkan, Devi membuka ponselnya dan berniat bermain game namun ia mendesah kecewa begitu mendapati ponselnya mati karena kehabisan daya.
"Bagaimana sekolahmu?" tanya Alby membuka pembicaraan. Bahkan Alby menghentikan kegiatannya dan meletakkan ponselnya di atas meja.
"Biasa saja," jawab Devi acuh.
"Kapan try out pertamamu dimulai?" tanya Alby sembari menatap Devi.
"Satu minggu lagi om," jawab Devi.
"Lalu persiapan apa yang sudah kau siapkan untuk menghadapi try out pertama?"
"Persiapan apa? Memangnya apa yang perlu disiapkan om?" tanya Devi bingung.
Alby pun menyentil dahi Devi pelan begitu mendengar jawaban dari Devi.
"Sakit om!! Jangan menyentilku! Nanti jika aku bodoh tidak ada yang mau menikahiku!" protes Devi sembari memegang dahinya.
"Bukannya sekarang kau sudah bodoh?"
Devi tersenyum dengan dibuat-buat mendengar perkataan Alby. Alby memang sangat pintar menghinanya.
"Terimakasih pujiannya om."
"Kau tidak belajar?"
"Sudah," jawab Devi sembari membanggakan diri.
"Kapan?"
"Kemarin. Bukannya om yang mengajariku?"
"Itu mengerjakan tugas bukan belajar! Jika kau tidak belajar dengan tekun bagaimana kau bisa mengerjakan soal ujian nanti?" tanya Alby sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Kan ada Gara dan juga Arin om. Kami bertiga ini adalah sahabat sejati jadi sudah pasti mereka akan memberikan contekannya padaku," ujar Devi percaya diri.
"Coba kau tanya mereka, mereka mau tidak memberikan contekan padamu?" tantang Alby.
Alby sengaja melakukan hal itu agar ia mendapatkan nomor milik Gara dan Arin tanpa memintanya pada Devi. Tentu saja karena Alby gengsi meminta langsung pada Devi. Selain itu, Alby hanya berjaga-jaga saja jika terjadi apa-apa pada Devi ia dapat menghubungi Gara maupun Arin dengan mudah.
"Bateraiku kehabisan daya om," ujar Devi sembari mengarahkan layar ponselnya pada Alby.
"Sisa 3%, berikan padaku," perintah Alby yang dituruti oleh Devi.
"Memangnya apa yang dapat dilakukan ponsel dengan daya 3%?" ejek Devi.
"Untuk menyalin nomor," jawab Alby cuek sembari menunjukkan ponselnya dimana di dalamnya sudah tertera nama Gara dan juga Arin.
Devi tetap dengan rasa percaya dirinya membiarkan Alby menghubungi Arin dan juga Gara. Bukankah mereka adalah sahabat sejati? Jadi Devi yakin, Arin dan Gara pasti akan membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Alby Pujaan Hati
De TodoAlby yang seorang dokter bedah digestif pun harus menjadi orangtua asuh sementara untuk Devi yang seorang gadis SMA manja berjiwa balita atas permintaan sahabatnya yang tengah sakit Angiosarcoma hati. Tidak hanya berhadapan dengan kenakalan dan kera...