24. Kaki Devi Terkilir

223 12 1
                                    

"Jadi apa alasannya om?" tanya Devi sembari berjalan mengekor di belakang Alby.

"Kita pulang dulu saja. Ini sudah malam," ujar Alby sembari tetap melanjutkan langkahnya menyusuri tangga.

"Tidak mau! Ayo katakan apa alasannya om?" paksa Devi sembari melompat-lompat kecil.

"Perhatikan jalanmu dan berhenti melompat-lompat seperti katak, jika kau terjatuh itu akan bahaya. Jika kepalamu membentur tegel dengan keras dia bisa pendarahan hebat dan-"

"Beritahu dulu om!" potong Devi.

"Kau kan sudah bilang akan member- argh!!" heboh Devi yang terhenti begitu kaki kirinya terkilir.

Alby langsung menghentikan langkahnya dan langsung memutar badannya melihat kearah Devi yang kini sedang memegang kakinya sakit.

"Kakiku terkilir om," rengek Devi sembari menunjuk kakinya.

"Kan sudah kubilang jangan melompat-lompat. Kenapa kau susah sekali menuruti perkataanku?" ujar Alby sembari berjongkok untuk melihat kaki Devi yang terkilir.

"Sakit tidak?" tanya Alby sembari memeriksa kaki Devi.

"Argh sakit om!" pekik Devi sembari memukul bahu Alby.

"Lihat, kakimu bengkak. Lebih baik kita ke dokter ortopedi saja untuk memeriksa kakimu," ujar Alby.

"Tidak mau," tolak Devi sembari mengerucutkan bibirnya.

"Masih tidak mau menuruti perkataanku?"

Devi hanya diam saja dan menghindari tatapan tajam Alby.

"Gendong," lirih Devi pada akhirnya.

Alby pun menghela nafasnya pelan kemudian ia berjongkok membelakangi Devi dan meminta gadis itu agar naik ke punggungnya.

Devi pun tersenyum senang begitu Alby menggendongnya dan mulai menuruni tangga.

"Lain kali dengarkan perkataanku. Lihatlah sekarang kakimu terkilir dan besok kau juga masih harus try out," ujar Alby.

Devi hanya diam saja mendengarkan semua omelan Alby.

Setelah beberapa menit kemudian, mereka tiba di ruangan dokter ortopedi. Untung saja dokter Reza belum pulang jadi Alby dapat meminta tolong agar memeriksa kaki Devi sebentar saja.

Setelah selesai pemeriksaan, mereka pun pulang dengan Devi yang masih dalam gendongan Alby. Tiba-tiba bayangan masa kecil berputar di kepalanya. Devi ingat dulu ia juga pernah digendong seperti ini oleh ayahnya dan ibunya yang berlari di belakangnya sembari mengejarnya. Devi kecil sangat bahagia sekali saat itu.

"Om," panggil Devi.

"Hm."

"Aku kangen ayah dan ibu," lirih Devi pelan sembari menyembunyikan wajahnya di lipatan leher Alby.

Alby tahu apa yang Devi rasakan. Gadis itu pasti kesepian dan merindukan keluarganya. Alby cukup kasian dengan Devi, sudah ditinggal orang tuanya sejak lima tahun yang lalu karena kecelakaan kini kakak satu-satunya yang dimilikinya malah sedang sakit keras.

"Dulu kalau aku sedang marah ataupun sedih, ayah selalu menggendongku seperti ini dan mengajakku jalan-jalan. Sekarang aku merindukan masa-masa itu om," jelas Devi.

"Kalau kau mau kau bisa menganggapku sebagai ayahmu. Jika kau sedih ataupun marah beritahu aku saja. Aku akan menggendongmu dan mengajakmu jalan-jalan," hibur Alby. Karena jujur saja ia juga bingung hendak menghibur Devi dengan cara apa.

"Kalau begitu aku boleh memanggilmu ayah?" canda Devi.

"Kalau begitu kau turun saja jangan minta gendong aku," ujar Alby.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang