32. Tidak Bisa Tidur

156 15 2
                                    

"Kau dimana?!!"

Devi tersentak kaget begitu mendengar bentakan Alby dari teleponnya. Devi menatap kearah Raden dan memberi isyarat pada Raden jika Alby sangat marah sekarang. Raden pun menggenggam tangan Devi untuk memberi keberanian pada Devi agar menjawab pertanyaan Alby dengan jujur.

"Di pasar malam om," lirih Devi.

"Dengan siapa?!!"

"Kak Raden," jawab Devi pelan.

Terdengar helaan nafas di seberang sana. Apa Alby akan marah besar padanya? Kalau begitu caranya bagaimana caranya Devi berani pulang sekarang?

"Ya sudah kalau kau pergi bersama Raden, tapi kau harus cepat pulang. Sekarang sudah malam, tidak baik perempuan keluyuran malam-malam bersama laki-laki," ujar Alby lembut.

"Iy...iya om."

Devi menghela nafasnya pelan sembari menoleh kearah Raden dengan penuh rasa bersalah. Malam ini seharusnya mereka pergi ke restoran mewah itu tapi sekarang harus batal karena Alby memintanya untuk pulang.

"Kak maaf aku harus pulang," lirih Devi.

"Tidak apa-apa. Ayo kuantar pulang."

"Maaf ya kak kita tidak jadi pergi ke restoran yang kakak maksud," ujar Devi menyesal.

"Tidak masalah, kita bisa datang lain kali," ujar Raden menghibur Devi.

*****

Setelah membersihkan diri, Alby segera duduk di ruang tengah menunggu Devi pulang. Sembari menunggu, Alby mengerjakan beberapa berkas yang harus ia terjemahkan dan ia sodorkan kepada direktur besok pagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 WIB namun Devi belum juga pulang. Alby berniat menghubungi Devi lagi namun belum sampai ia mengambil ponselnya di atas meja, ia mendengar suara pintu terbuka.

"Om aku pulang," ujar Devi takut-takut.

Alby meneliti Devi dari ujung kaki hingga ujung rambut sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. Sepertinya tidak ada masalah dengan Devi.

"Baiklah, cepat pergi mandi lalu tidur," perintah Alby sembari melepas kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya.

"Om Alby tidak marah?" tanya Devi lirih.

Jujur saja jika Alby bersikap seperti ini Devi malah semakin merasa bersalah daripada Alby yang terang-terangan memarahinya.

"Untuk apa? Aku tidak masalah kau pergi kemana asalkan jangan pergi sendirian. Lagipula Raden seorang dokter jadi aku sedikit lebih tenang jika kau pergi bersamanya, tapi bukan berarti aku mengijinkanmu pergi bersamanya seenakmu tanpa ijin dariku lho ya? Kau harus tetap ijin padaku karena untuk sekarang aku kan walimu," ujar Alby sembari berjalan menuju kamarnya.

Devi sedikit tidak paham dengan ucapan Alby. Memangnya kenapa kalau Raden seorang dokter? Memangnya Devi seorang pasien ya mangkanya Alby lega Devi pergi bersama dokter? Entahlah Devi tidak mau terlalu ambil pusing.

Kruyuk! Kruyuk!

Alby menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Devi yang tengah tersenyum lebar kearahnya.

"Akan kumasakan sesuatu untukmu. Cepat pergi mandi," ujar Alby yang dibalas senyum lebar oleh Devi.

"Terimakasih om!!" ujar Devi sembari mencium pipi Alby dan setelahnya ia berlari menuju kamarnya.

Alby yang mendapat ciuman dari Devi pun langsung berdiri mematung di tempat. Apa-apaan itu tadi??

Alby merasakan hawa panas mulai menyeruak sampai wajahnya. Kini ia merasa wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Oh astaga ini bukan efek dari ciuman Devi di pipinya kan? Mana mungkin ciuman gadis SMA di pipinya memberikan efek yang luar biasa pada tubuhnya?

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang