78. Berkuda

121 18 4
                                    

Kring!!! Kring!!!

Devi langsung membuka kedua matanya lebar-lebar begitu suara alarmnya berbunyi memekakkan telinganya. Segera setelah terbangun dari tidurnya, Devi langsung bergegas pergi mandi.

Hari ini ia ingin pergi berkuda bersama Asep. Asep bilang ia akan mengajari Devi bagaimana cara menunggang kuda dan tentu saja Devi sangat antusias mendengarnya.

Setelah selesai bersiap-siap, Devi segera bergegas keluar kamar untuk menemui Asep.

Begitu ia melewati kamar milik orangtua Alby, Devi mendengar sesuatu dari balik pintu yang tidak tertutup dengan rapat.

Karena rasa penasarannya yang tinggi, Devi pun memutuskan untuk mendengarkan perkataan mereka sebentar.

"Apa ada seorang tamu berkunjung ke rumah orang pagi-pagi buta seperti ini?" tanya Ishwari pada Abimanyu dengan nada sedikit kesal.

Tamu? Tamu siapa?

"Memangnya apa yang salah? Laudya kan pacarnya Alby, bukankah wajar jika ia bertamu kemari? Sudahlah jangan diperpanjang masalah ini, kita sebagai tuan rumah harus menjamu tamu kita dengan baik," jawab Abimanyu.

Tante Laudya disini??

"Aku tidak merestui Alby dengan Laudya," ujar Ishwari mutlak.

"Memangnya kenapa? Laudya adalah wanita baik-baik, dewasa dan cerdas. Kamu tidak lihat betapa serasinya mereka berdua? Mereka memiliki banyak sekali kemiripan," ujar Abimanyu tidak mau kalah.

"Daripada Laudya aku lebih memilih Devi. Kamu tidak lihat betapa perhatian dan sayangnya Alby pada Devi? Bahkan aku tidak melihat hal serupa yang dilakukan Alby pada Laudya. Alby lebih menyayangi Devi daripada Laudya!" balas Ishawari.

"Itu karena Alby berpikir Devi menderita PTSD. Coba kalau tidak, Alby pasti tidak akan memperlakukan Devi seberharga itu."

"Kamu membenci Devi?" curiga Ishwari.

"Tidak! Aku tidak pernah membenci Devi, aku menyayanginya sebagai putriku. Tapi Alby juga putraku, aku hanya ingin ia mendapat pendamping hidup yang sempurna. Sayang coba kamu pikir. Bukankah Devi lebih cocok menjadi adik Alby? Putri kita? Perbedaan usia mereka sangat jauh selain itu sifat mereka saling bertolak belakang. Devi masih anak-anak sedangkan Alby adalah pria dewasa. Jika mereka bersama-sama bukankah Alby yang akan sengsara? Daripada seorang istri yang mengurus suaminya bukankah Devi malah terlihat seperti adik yang diasuh kakaknya? Sifat Devi masih kekanakan dan dia belum dewasa sama sekali, dibandingkan dengan Laudya, Devi tidak ada apa-apanya. Pernikahan dengan kedua sifat yang saling bertentangan seperti itu tidak bisa membuat hubungan rumah tangga bertahan lama."

"Itu kan pemikiranmu, kamu mana tahu apa yang ada di pikiran Alby."

"Kalau pemikiran Alby berbeda denganku lalu kenapa ia tidak memberitahu Devi kenapa ia berada disini padahal seorang dokter IGD jarang memiliki waktu hanya untuk sekedar pulang? Alby tidak memberitahu alasannya karena ia berpikir Devi masih terlalu anak-anak dan permasalahan Alby adalah permasalahan orang dewasa, tentu saja Alby tidak memberitahu Devi."

Cukup!!

Devi tidak ingin mendengar percakapan mereka lagi. Perkataan mereka membuat Devi tertampar dan merasakan sesak di hatinya.

Apa yang dikatakan Abimanyu memang benar. Dilihat dari segi manapun memang Laudya jauh diatas segalanya dan jika dilihat dari sifat memang Laudya sangat dewasa jauh diatasnya yang setiap hari hanya bisa merengek, marah, bermain-main dan kadang menangis jika keinginannya tidak terpenuhi. Dibandingkan itu semua bukankah sifat Devi lebih pantas disebut sifat bocah umur sepuluh tahun?

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang