111. Perselingkuhan (2)

28 3 2
                                    

Alby membawa Devi kembali ke dalam mobilnya. Ia segera menggandeng tangan Devi dan mempersilahkan Devi untuk masuk ke dalamnya.

Alby juga sudah memesankan taksi untuk Arin pulang dan meminta Gara untuk menemani Arin. Untuk masalah Fitra, Alby tidak ingin ikut campur. Biarkan masalah Fitra dan Arin diselesaikan keduanya dengan kepala dingin saat mereka sudah tenang nanti.

"Kenapa ikut berkelahi?" tanya Alby begitu Alby masuk ke dalam mobil.

"Aku hanya membantu Arin. Aku tidak bisa tinggal diam begitu temanku disakiti," jawab Devi sembari memperbaiki rambutnya yang acak-acakan karena jambakan Hana.

Alby menghela nafasnya pelan begitu mendengar jawaban Devi. Ia menoleh sepenuhnya pada Devi dan membantu memperbaiki rambut Devi yang berantakan.

"Tapi kan tidak perlu ikut berkelahi," ujar Alby lembut. "Semuanya kan bisa dibicarakan baik-baik."

"Om, kak Fitra sudah berselingkuh dari Arin. Ia jelas-jelas membawa wanita ke dalam kamarnya. Apa menurut om Alby itu bisa dibicarakan baik-baik?" tanya Devi.

"Tapi kita bisa mendengarkan alasan Fitra kenapa ia membawa wanita masuk ke dalam kamarnya. Bukankah Fitra juga sudah mengatakan alasannya? Wanita itu sedang sakit mangkanya Fitra membawanya ke dalam kamarnya."

"Kalau sakit kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?" balas Devi.

"Tidak semuanya perlu dibawa ke rumah sakit. Fitra kan dokter, kalau Fitra mampu mengobatinya di rumah kan tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Contohnya kamu. Kamu kan pernah demam dan aku tidak membawamu ke rumah sakit dan hanya kuobati sendiri di rumah. Mungkin ini hanya salah paham saja," tutur Alby lembut mencoba memberi pengertian pada Devi.

"Om Alby kenapa jadi membela kak Fitra? Om Alby dan kak Fitra itu kan berbeda. Kak Fitra tadi juga berkata pada Arin jika ia pernah berpikir untuk selingkuh dari Arin karena sifat Arin."

"Aku tidak membela Fitra. Aku hanya berpikir dari sisi yang berbeda. Baiklah kali ini aku tidak akan memarahimu karena kamu berkelahi, tapi lain kali aku tidak mau melihatmu seperti ini lagi. Mengerti? Lihat bahkan wajahmu memiliki luka cakaran lagi."

"Apa om Alby juga akan seperti kak Fitra karena sifatku?"

Devi menatap Alby tepat di manik matanya.

"Tidak. Bukankah kau bilang aku dan Fitra berbeda? Aku tidak akan bermain di belakangmu bahkan sampai meninggalkanmu hanya karena sifatmu," ucap Alby sungguh-sungguh.

"Lalu siapa Icha?" tanya Devi.

Devi memperhatikan perubahan raut wajah Alby yang tampak terdiam dengan rahang yang sedikit mengeras. Sudah Devi duga, Alby pasti menyembunyikan sesuatu darinya.

"Hanya teman. Sudahlah lebih baik kita segera pulang untuk mengobati lukamu," ujar Alby sembari memakaikan sabuk pengaman milik Devi lalu setelah itu ia memakai sabuk pengaman miliknya sendiri.

"Jawaban om Alby sama seperti kak Fitra. Kini aku rasa om Alby dan kak Fitra jadi tidak ada bedanya," ujar Devi sembari memalingkan wajahnya ke arah jendela dengan air mata yang berdesakan memenuhi pelupuk matanya.

Alby menghela nafasnya pelan dan menoleh sebentar ke arah Devi. Namun ia sama sekali tidak ingin menjelaskan siapa Icha sebenarnya. Ada rasa tersendiri saat Alby menyebutkan nama Icha dan Alby tidak ingin Devi mengetahui tentang Icha. Sama seperti Devi, Alby pun juga memiliki masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam.

Alby pun mulai menghidupkan mesin mobilnya dan menjalankan mobilnya untuk segera pulang.

*****

Keesokan paginya Devi terbangun begitu suara alarmnya berbunyi nyaring tepat di samping telinganya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang