9. Seorang Adik?

156 11 0
                                    

Alby menghentikan mobil hitamnya tepat di depan gerbang sekolah Devi. Sesuai perkataannya kemarin, mulai hari ini Alby lah yang akan mengantar jemput Devi setiap hari.

"Hari ini kau ada ekstrakulikuler tidak?" tanya Alby.

"Tidak," ucap Devi sembari melepas sabuk pengamannya.

"Aku akan menjemputmu," ujar Alby yang diangguki oleh Devi.

"Aku sekolah dulu ya om, dadah," pamit Devi sembari melambaikan tangannya pada Alby. Alby hanya diam sembari tersenyum tipis. Entahlah tiba-tiba saja Alby merasa seperti seorang ayah yang mengantarkan anaknya pergi ke sekolah.

Setelah mobil milik Alby tidak terlihat lagi, Devi pun segera melangkahkan kakinya memasuki sekolahnya.

"Devi!!!!" teriak Arin sembari berlari menghampiri Devi dengan Gara yang berjalan santai di belakangnya.

"Kau masih hidup?" tanya Arin berlebihan bahkan Arin juga memutar-mutar tubuh Devi untuk mengecek kondisinya.

"Aku tidak akan mati semudah itu," balas Devi.

"Bukankah dia dokter yang memarahi kak Raden dan kak Fitra tempo hari ya?" tanya Arin.

"Iya. Namanya Alby. Aku memanggilnya om karena dia seusia kakakku. Dia sahabat dekat kak Sean," jawab Devi sembari kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya.

"Kak Raden? Kalian bertemu kak Raden?" tanya Gara sembari memicingkan matanya menatap Arin dan juga Devi.

"Iya, pacarnya Arin adalah temannya kak Raden," jelas Devi.

"Aku tidak bertanya tentang pacarnya Arin," ujar Gara acuh.

"Devi hanya memberitahumu. Kau pasti patah hati ya setelah tahu aku sudah punya pacar?" ejek Arin.

"Patah hati kepalamu! Aku hanya heran saja bukankah kak Raden pernah bilang dia tidak akan kembali ke Indonesia lagi?" ujar Gara.

"Memangnya kak Raden pernah bilang seperti itu?" tanya Devi penasaran. Gara pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Iya. Saat pesta tahun baru sebelum ia berangkat ke Amerika. Dia bilang padaku jika ia akan menetap di Amerika karena ayahnya dipindah tugaskan di sana," jelas Gara.

"Jadi apa yang membuat kak Raden kembali lagi ke Indonesia?" tanya Devi penasaran.

"Mungkin ada hati yang membuatnya kembali dan yang pasti itu bukan kau," goda Gara sembari menunuk Devi.

"Gara!!!" kesal Devi hendak menyerang Gara.

"Ah sudahlah tidak perlu dipikirkan. Sekarang ayo kita masuk kelas. Gara berikan tugas Kimiamu padaku, aku belum mengerjakannya," ujar Arin menghentikan Devi.

"Tidak mau!!" ujar Gara sembari berlari untuk menghindari amukan Arin dan juga Devi.

"Gara!!!"

*****

Sudah lebih dari tiga puluh menit Devi duduk menunggu kedatangan Alby. Alby bilang ia akan menjemputnya tapi nyatanya sampai sekarang ia belum datang. Arin dan juga Gara sudah pulang terlebih dahulu karena Devi melarang keduanya untuk menemaninya menunggu kedatangan Alby. Selain itu, Arin dan Gara juga masih belum berani jika harus bertemu dengan Alby setelah kejadian kemarin. Menurut Arin dan Gara, Alby sangat menyeramkan ketika ia marah.

Suasana sekolah sudah mulai sepi karena hampir semua siswa sudah meninggalkan sekolah dan hanya tersisa beberapa saja, itupun karena mereka ada kegiatan ektrakulikuler.

Dengan sabar, Devi menunggu kedatangan Alby. Devi berfikir mungkin Alby masih sibuk atau mungkin saat ini Alby masih berada di ruang operasi. Devi tidak marah jika itu demi menyelamatkan nyawa pasien dan bukankah itu sudah menjadi kewajiban bagi Alby?

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang