61. Akar Permasalahan

167 9 4
                                    

Flashback On

Semua permusuhan antara keluarga Anggara dan Wardhani dimulai dari suatu bulan di musim penghujan lima tahun yang lalu. Saat itu hujan deras mengguyur kota Jakarta tanpa henti. Kilat menyambar dan guntur menggelegar tanpa jeda sedikitpun. Angin mulai berhembus kencang siap menyapu apapun yang ada di hadapannya tanpa ampun.

Para pejalan kaki sibuk lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari ganasnya badai di siang mengerikan itu. Namun berbeda dengan satu orang pria berperawakan gagah dengan badan tinggi tegapnya tengah mengendarai mobil porche warna hitamnya tampak melenggang santai membelah jalanan.

Mobil dengan harga milyaran itupun berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit dengan angkuhnya. Terlihat sang pemilik tampak turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung tersebut diiringi beberapa pria berjas hitam di belakangnya. Dia adalah Banyu Wardhana. Sang pemilik gedung pencakar langit tersebut. DK Inc. Perusahaan yang bergerak di bidang elektronik, transportasi dan properti yang cukup sukses saat itu.

Banyu berjalan melewati para pekerja yang menunduk sopan kearahnya dengan tatapan dingin tak tersentuh sampai seorang remaja perempuan berlari kearahnya dan merentangkan tangan minta gendong kearahnya. Banyu berjongkok dan menyambut putri kecilnya dengan senang. Ekspresi wajahnya langsung berubah 180° begitu melihat raut wajah manja sang putri yang meminta gendong padanya.

"Devi disini?" tanya Banyu lembut sembari mencium pipi Devi gemas.

"Iya, sama kak Sean. Ayah bawa es krim tidak?"

"Maaf ayah lupa. Nanti saat kita pulang kita mampir ke supermarket untuk beli es krim ya?" tanya Banyu sembari berjalan memasuki lift dan menekan tombol paling atas.

"Iya." Devi menganggukkan kepalanya dan memeluk leher ayahnya dengan erat.

"Kau ini sudah remaja masih minta gendong ayah, bagaimana kalau tulang ayah patah karena kau berat?" canda Banyu mencubit hidung mancung putrinya.

"Biar saja. Pokoknya aku mau gendong ayah terus." Banyu mencium gemas putrinya begitu mendengar nada manja yang menurutnya memanjakan telinganya. Ia sangat menyayangi putri kecilnya ini tanpa cela.

"Dimana kakakmu?" tanya Banyu.

"Tidak tahu."

Banyu segera menghubungi Sean untuk bertanya dimana keberadaannya dan kenapa Sean malah meninggalkan Devi yang masih berumur dua belas tahun sendirian di kantornya.

Begitu keluar dari lift, Banyu melihat seorang pria yang tengah berdiri menunggu di depan ruang kerjanya. Banyu tahu dia siapa, dia adalah Brama Anggara. Orang kepercayaannya yang mendapat tugas untuk membuka 'bisnis' baru untuknya dua tahun lalu.

"Meira," panggil Banyu pada sekretarisnya yang sedang berada di mejanya.

"Iya pak." Meira segera berjalan menghampiri Banyu dan menunduk sopan.

"Tolong bawa Devi cari Sean." perintah Banyu pada Meira.

"Aku mau ikut ayah," rengek Devi tidak mau melepaskan pelukannya pada leher Banyu.

"Ayah masih sibuk sayang. Kau ikut aunthy Meira dulu cari kakak. Ayah janji, ayah akan segera menyelesaikan pekerjaan ayah dan pergi menemuimu untuk beli es krim," bujuk Banyu lembut.

Meskipun awalnya menolak, Devi pun pada akhirnya ikut pergi mencari kakaknya bersama Meira.

Setelah memastikan hanya ada Banyu dan Brama saja, Banyu pun segera memerintahkan Brama untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Ada apa kau datang menemuiku kemari? Bukankah sudah kubilang jangan menemuiku disini?" tanya Banyu dingin.

Pria bernama Brama itupun tampak menundukkan kepalanya meminta maaf karena kelancangannya yang menemui bosnya di tempat kerjanya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang