106. Mission Complete

17 3 2
                                    

Sepanjang penerbangan dari Singapura ke Indonesia, Devi hanya diam tanpa berniat berbicara pada Alby. Di setiap kesempatan Alby ingin mengajaknya berbicara Devi selalu pura-pura tertidur.

Alby kebingungan sendiri. Apa perubahan sikap Devi ada hubungannya dengan Shiela? Jika iya maka Alby harus meluruskan kesalah pahaman tersebut. Namun masalahnya setiap kali Alby ingin menjelaskan pada Devi, gadis itu selalu pura-pura tertidur dan menutup telinganya menggunakan kedua tangannya. Jika sudah seperti itu bagaimana caranya Alby meluruskan masalahnya?

"Argh dingin!" pekik Devi begitu ia merasakan sesuatu yang sangat dingin menempel pada pipinya.

"Arin!" tegur Devi begitu ia tahu siapa pelaku yang menempelkam minuman kalengnya di pipi Devi.

"Kenapa pagi-pagi melamun? Bukankah seharusnya kau bersemangat? Kau kan baru saja liburan ke Singapura dengan om Alby. Oh tunggu dulu! Apa ini? Cincin?" Arin langsung menyentuh cincin yang melingkar di jari manis Devi. "Om Alby melamarmu?"

"Hm."

"Wah selamat!!! Akhirnya kau bisa menikah dengan om Alby."

"Hm."

Devi menumpukan kepalanya pada tangannya di atas meja dengan lesu. Hal itu membuat Arin menjadi bingung.

"Kenapa? Bukankah seharusnya kau senang om Alby melamarmu?"

Mendengar perkataan Arin, Devi pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lalu apa masalahnya?"

Dengan lesu Devi pun menceritakan kejadian mereka bertemu Shiela pada Arin.

"Lalu apa yang kau masalahkan? Bukankah om Alby bilang dia hanya adik temannya bukan mantan kekasihnya?"

"Kalau disebut adik temannya aku ini juga adik temannya. Masalahnya Shiela pernah meminta om Alby menjadi pacarnya Rin."

"Om Alby mau?" tanya Arin.

"Om Alby menolak dengan alasan Shiela terlalu kecil untuknya."

"Kalau begitu kau seharusnya senang."

"Senang kenapa?" bingung Devi.

"Bukankah Shiela seumuranmu? Itu artinya om Alby melanggar persepsinya sendiri dengan melamarmu. Itu tandanya om Alby betulan mencintaimu," tutur Arin.

"Benarkah?"

"Astaga kenapa kau bodoh sekali masalah cinta."

Devi mencoba memahami perkataan Arin dan semakin dipahami malah membuat Devi semakin tersipu malu. Benarkah Alby benar-benar mencintainya?

"Arin kau benar." Devi bergelayut manja di lengan Arin membuat Arin memutar bola matanya malas.

"Mulai hari ini sepertinya kita akan sulit bertemu. Kau dan aku kan beda fakultas jadi kau harus berhati-hati selama tidak ada aku," pesan Arin.

"Kau tenang saja. Aku bisa jaga diri sendiri. Oh iya kalau begitu kita harus bertemu di akhir pekan," ujar Devi.

"Iya nanti sekalian panggilan vidio dengan Gara. Kalau begitu aku harus pergi, sebentar lagi kelas dimulai. Kau harus baik-baik dengan om Alby, jangan salah paham terus padanya. Kau harus minta maaf padanya, mengerti?"

"Iya-iya."

Arin pun beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Devi sendiri.

Devi melihat ke arah jam tangannya. Sebentar lagi kelasnya juga dimulai, ia harus bergegas.

Begitu tiba di kelas, Devi sedikit terkejut begitu mendapati Rea dan Jessica berada di kelasnya.

Mereka mengambil jurusan yang sama denganku?

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang