45. He's Dead

172 17 2
                                    

Begitu tiba di rumah sakit, Alby langsung mencari keberadaan Devi dan juga Renata. Pagi tadi ia mendapat kabar dari Devi jika Sean sedang kritis.

Setelah mendapat ijin dari direktur rumah sakit, Alby pun langsung berangkat ke Singapura.

Alby tiba dengan tergopoh-gopoh sembari berjalan menuju Devi yang tengah duduk menunduk di kursi ruang tunggu.

Belum sampai Alby tiba menghampiri Devi, Alby melihat Renata yang baru saja tiba dengan kedua mata sembabnya tengah berjalan kearah Devi seperti orang linglung.

"Ta," panggil Alby.

"Kau sudah datang?" ujar Renata lemah.

"Dimana Sean? Bagaimana keadaannya?" tanya Alby.

Renata menoleh kearah Devi sebentar sebelum akhirnya ia menatap Alby dengan nanar.

"Sean berada di ruang perawatan kritis, ayo kuantar untuk melihat Sean," ajak Renata pada Alby agar Alby mengikutinya.

Renata tidak ingin menjelaskan bagaimana kondisi Sean sekarang dan apa kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada Sean sekarang di hadapan Devi karena Renata tidak tega melihat keadaan Devi.

Begitu tiba, Alby dapat melihat Sean yang tengah terbujur lemah diatas brankar dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya.

"Sean mengalami perdarahan intra-abdomen akut berulang. CT-scan menunjukkan kumpulan cairan intra-abdomen bebas. Sean menunjukkan tanda-tanda syok hemoragik¹ dan menerima empat konsentrat eritrosit² dan enam unit plasma beku segar. Duplex-sonografi³ menunjukkan penurunan perfusi hati. Transaminase hati⁴ meningkat dan Sean menderita infark miokard non-STEMI tanpa indikasi untuk intervensi kateter akut secara bersamaan," jelas Renata.

"Apa perut Sean membuncit?" tanya Alby.

"Iya. Itu karena jumlah cairan intra-abdomen bebas yang banyak dalam perutnya. Setelah ini dokter akan melakukan laparotomi eksplorasi⁵," jelas Renata.

Alby menghela nafasnya berat. Kondisi Sean benar-benar berada di ambang batas namun Alby mencoba berpikir positif.

"Aku temani Devi dulu. Dia pasti sangat sedih dengan kondisi Sean," pamit Renata.

Alby hanya diam menatap lurus kearah Sean tanpa membalas perkataan Renata. Kedua matanya mulai berkaca-kaca melihat kondisi sahabatnya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.

Alby menatap Sean lama sebelum akhirnya ia meneteskan kedua air matanya membasahi pipinya. Alby menundukkan kepalanya dalam-dalam menahan isak tangisnya.

*****

Setelah selesai melihat kondisi Sean, Alby pun bergegas menemui Devi. Gadis itu pasti sangat sedih melihat kondisi kakaknya yang semakin memburuk.

Alby melihat Devi yang tengah duduk berdiam diri sendirian di ruang tunggu. Alby pun berjalan menghampiri Devi dan duduk berjongkok tepat di hadapan Devi sembari menggenggam kedua tangan Devi.

Devi yang merasakan seseorang menggenggam tangannya pun mendongakkan kepalanya dan menatap Alby dengan pandangan yang tidak bisa terbaca.

"Kak Renata sedang mengurus administrasi kak Sean," ujar Devi memberitahu Alby. Alby hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Sudah siang, kau sudah makan belum?" tanya Alby lembut sembari menghapus jejak air mata di pipi Devi.

"Aku tidak lapar," jawab Devi.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang