33. Korban Kecelakaan

188 11 2
                                    

Keesokan harinya Devi menggeliatkan badannya dan tanpa sengaja ia menyentuh punggung seseorang. Devi pun membuka matanya dan langsung menoleh ke samping dan mendapati Alby yang tertidur membelakangi dirinya.

Jadi semalam ia tidur bersama?

Memikirkan hal itu membuat Devi tersenyum bahagia. Devi pun bangkit dari tidurnya dan berjalan ke sisi ranjang sebelah Alby, lalu ia berjongkok dan mengamati Alby yang sedang tertidur pulas.

Devi mengamati wajah tampan Alby yang tengah tertidur dengan penuh kekaguman. Kulit putih bersihnya, hidung mancungnya, bulu matanya yang lentik ditambah tahi lalat di dekat bibir sebelah kirinya menambah kesempurnaan Alby. Pandangan Devi pun turun kearah bibir merah muda alami Alby. Bibir yang selalu mengomelinya.

"Om Alby sebenarnya tampan tapi kadang menyebalkan," ujar Devi sembari menyentuh ujung bulu mata Alby.

Devi tersentak kaget begitu siempunya mata membuka kedua matanya dan menatap nyalang kearahnya, namun selang beberapa detik kemudian tatapan mata Alby pun kembali melembut.

"Sedang apa kau duduk disitu?" tanya Alby.

"Mengamati om Alby. Kau sangat tampan om," ujar Devi sembari mengacungkan jari jempolnya kearah Alby.

"Aku tahu. Oh iya, bukankah seharusnya kau berteriak heboh begitu mendapati bangun tidur berada di kamar seorang pria? Bagaimana jika ternyata aku melakukan sesuatu padamu? Kau tidak takut?" tanya Alby.

"Untuk apa aku berteriak? Bukankah kemarin malam kita juga tidur bersama?" tanya Devi polos. "Lagipula aku percaya padamu om, kau tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padaku," lanjut Devi.

"Sesuatu yang buruk apa?" tanya Alby.

"Ya pokoknya sesuatu yang buruk om. Bisa saja begitu aku tidur, om Alby malah menidurkanku di pinggir kolam renang sendirian atau malah menidurkanku di depan pintu rumah tetangga," jawab Devi polos.

Alby tersenyum samar. Rupanya Devi tidak mengerti apa maksudnya, tapi biar saja Devi seperti itu. Sifat polosnya benar-benar menggemaskan.

"Keluar dari kamarku, aku mau mandi."

Alby pun bangkit dari tidurnya dan berniat untuk mandi.

"Om ayo jalan-jalan," rengek Devi sembari menggoncang-goncangkan tangan Alby.

"Tidak mau."

"Om aku sangat bosan di rumah. Ayo kita jalan-jalan atau kita pergi beli es krim di kafe dekat rumah sakit tempat om Alby bekerja. Ayo om," rengek Devi yang membuat Alby mau tidak mau menurutinya. Devi benar-benar seperti anak anjing yang tidak akan pergi sebelum dituruti keinginannya.

"Iya-iya, cepat kau pergi mandi sana! Kau bau sekali."

"Yeayy om mau kucium lagi tidak?!!" tanya Devi sembari memajukan bibirnya kearah Alby.

"Tidak!" tolak Alby sembari menahan dahi Devi menggunakan jari telunjuknya. "Cepat pergi mandi atau kita tidak jadi pergi."

"Iya ini aku mau pergi mandi om," ujar Devi seraya berlari menuju kamarnya.

*****

Devi tidak henti-hentinya mengeluh karena jalanan sedang macet, bahkan mobilnya bergerak satu senti pun tidak. Tidak biasanya jalanan begitu sangat macet seperti ini meskipun hari minggu sekalipun.

Devi mengamati sekelilingnya dan tampak ada beberapa orang yang tengah berlari ke arah depan. Hal itu pun tidak luput dari pandangan Alby.

"Ada apa ya om? Kenapa orang-orang itu berlari ke depan? Apa ada demo?" bingung Devi.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang