91. Pertemuan di Kafe

38 4 2
                                    

"Dev bangun," bisik Alby tepat di telinga Devi.

Devi hanya membalasnya dengan gelengan kepalanya dan malah semakin memeluk bonekanya dengan erat.

Alby yang melihat hal itu pun hanya bersedekap dada sembari tersenyum tipis.

Karena tidak ada tanda-tanda Devi bangun dari tidurnya, Alby pun menyalakan lampu sehingga membuat Devi bergerak tidak nyaman sembari terus berusaha menutupi cahaya yang masuk ke dalam matanya menggunakan boneka Totonya.

"Dev ayo bangun," ujar Alby sembari mendekat ke telinga Devi.

"Sepuluh menit lagi om," tawar Devi tanpa mau membuka kedua matanya.

"Tidak bisa. Hari ini hari pertama ujian nasional, jika tidur lagi nanti bisa terlambat," tolak Alby halus.

"Lima menit," tawar Devi lagi membuat Alby menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan Devi.

"Tidak bisa. Ayo cepat bangun, aku sudah memesan sarapan dan menyiapkan seragam sekolahmu," ujar Alby lembut.

"Om."

"Hm?"

"Kenapa om Alby membangungkanku selembut ini?" tanya Devi tersenyum lebar ke arah Alby.

"Memangnya kenapa? Kau tidak mau? Mau dibangunkan dengan kasar? Mau di siram air?" tanya Alby sembari menggelitik Devi.

"Tidak! Hentikan om! Geli!!" pekik Devi tertawa keras sembari berusaha menghentikan gelitikan Alby.

"Baiklah-baiklah aku bangun om."

Alby pun menghentikan aksinya. Ia membantu Devi bangun. Alby merapikan rambut Devi yang masih berantakan sebelum akhirnya ia menempelkan kedua tangannya pada kedua sisi pipi Devi.

"Meskipun kau berada di sekolah, kau harus tetap hati-hati. Kita tidak boleh lengah sampai Ganendra benar-benar mendapatkan hukuman bui selama mungkin. Dan kau juga harus ingat, orang yang menyebabkan kecelakaanmu masih berkeliaran bebas di luar sana, jadi setelah ujian selesai langsung keluar dan temui aku. Mengerti?"

Devi tampak sedikit terkejut mendengar penuturan Alby. Apa ia pernah bercerita pada Alby jika pelaku pembunuhan kedua orang tuanya bukan hanya ada satu orang? Dan apakah ia juga pernah bercerita jika ia pernah bertemu dengan Bima di kantor polisi?

"Ada apa?" tanya Alby begitu Devi hanya diam dengan pandangan mata kosong.

"Ah tidak. Om Alby tadi bilang apa?"

"Kau!"

"Iya-iya om aku dengar. Aku hanya bercanda," ujar Devi seraya tertawa namun Alby sama sekali tidak merubah ekspresi wajahnya dan tetap menatap Devi dengan serius.

"Om jangan marah, aku hanya bercanda," ujar Devi begitu melihat raut wajah Alby.

"Kau bertemu Bima di kantor polisi kan?"

Devi tidak terkejut. Sepertinya Abimanyu lah yang memberi tahu Alby tentang hal itu jadi Devi tidak memiliki pilihan lain selain mengakuinya.

"Iya."

"Kenapa tidak bilang padaku?!"

"Maaf," lirih Devi menyesal.

Alby yang melihat raut wajah Devi yang tampak sendu pun menjadi tidak sampai hati untuk memarahi Devi lagi. Alhasil hal yang ia lakukan adalah membawa Devi ke dalam dekapannya.

"Kau pasti sangat ketakutan," ujar Alby seraya mencium puncak kepala Devi.

"Iya, tapi untung saja ada om Abi. Om Abi langsung mengusirnya begitu saja."

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang