Alby mengernyitkan dahinya bingung ketika secara tidak sengaja ia melihat luka di kedua tangan Gara yang terlihat seperti bekas gigitan.
Sore ini memang Devi membiarkan mereka menemaninya menunggu kedatangan Alby, karena entah kenapa Devi masih terbayang-banyang tentang ucapan Gara bahwa semua laki-laki adalah serigala.
"Baiklah aku pulang dulu ya," pamit Devi pada kedua sahabatnya.
"Iya, hati-hati ya. Dadah," jawab Arin sedangkan Gara menatap Devi dengan sedikit kesal karena Devi juga ikut menggigitnya dan sekarang luka gigitan itu masih terasa nyeri. Yah anggap saja Gara sedikit sial karena memiliki sahabat seperti Arin dan juga Devi.
Devi dan Alby pun segera masuk ke dalam mobil.
"Ada apa dengan kedua tangan teman laki-lakimu?" tanya Alby sembari menyalakan mesin mobilnya.
"Aku dan Arin menggigitnya," jawab Devi ringan sembari memasang sabuk pengamannya.
Alby menoleh kearah Devi dengan sedikit terkejut.
"Kau ini vampir atau apa, kenapa kau menggigit tangan temanmu?" tanya Alby sembari mulai menjalankan mobilnya.
"Namanya Gara. Dia bilang semua laki-laki itu serigala dan perempuan adalah domba," jawab Devi jujur.
"Itu memang benar. Lalu apa masalahnya?"
"Dia menyebutku dan Arin sebagai domba gemuk penuh lemak, tentu saja aku marah!" ujar Devi.
"Kalau itu memang benar," ujar Alby membenarkan perkataan Devi yang membuat Devi menjadi kesal.
"Om! Aku tidak seperti itu! Aku memang gemuk tapi aku tidak terlalu banyak lemak!!" kesal Devi sembari membuang wajahnya ke samping dan melihat mobil lain yang juga berhenti di sampingnya karena lampu merah mulai menyala.
Tanpa Devi duga, Alby mendekatkan dirinya kearah Devi yang membuat nafas Devi tercekat. Devi dapat merasakan hembusan nafas hangat Alby di sekitar pipi dan telinganya. Devi pun memejamkan matanya dan mencengkeram sabuk pengamannya erat-erat. Apa serigala ini berniat memakannya?
"Kau tahu tidak kalau domba yang gemuk lebih disukai oleh serigala? Mereka lebih menggoda untuk dimakan daripada domba yang kurus kering tanpa daging," bisik Alby tepat di telinga Devi yang membuat bulu kuduk Devi meremang.
Melihat Devi yang seperti itu, Alby menyunggingkan smirknya. Ia puas menggoda dan melihat wajah Devi yang seperti kepiting rebus itu.
"Un...untung saja aku domba kurus kering ya om?" tanya Devi gugup sembari mendorong pelan dada Alby agar sedikit menjauh darinya. "Gara salah! Dia tidak dapat membedakan mana gemuk mana yang kurus kering kurang gizi sepertiku," lanjut Devi sembari mengatur nafasnya.
"Heem. Gara memang salah, mana mungkin kau seekor domba gemuk penuh lemak. Lagipula serigala dewasa tidak menyukai domba yang masih anak-anak," timpal Alby pura-pura lupa jika Devi tadi berkata jika ia gemuk.
"Kau benar om! Anak domba memang dagingnya masih sedikit dan rasanya pasti tidak enak! Serigala tidak akan suka," ujar Devi.
"Lagipula anak domba tidak akan membuat kenyang kan om? Jadi serigala yang pintar harus mencari domba dewasa saja untuk dimakan, benar tidak om?" lanjut Devi.
"Benar," jawab Alby.
"Anak domba harus dilindungi terlebih dahulu agar ia dapat tumbuh dengan baik. Benar tidak om?"
"Benar," jawab Alby lagi.
Alby mengiyakan saja apapun yang dikatakan oleh Devi. Melihat tingkah Devi yang salah tingkah seperti ini membuat Alby geli sendiri. Devi tampak lebih menarik saat wajahnya gugup seperti ini, namun sedetik kemudian Alby mencoba membuang jauh-jauh pikiran tersebut dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa Devi adalah anak-anak dan dia sendiri adalah pria dewasa jadi ia tidak boleh berfikiran seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Alby Pujaan Hati
RandomAlby yang seorang dokter bedah digestif pun harus menjadi orangtua asuh sementara untuk Devi yang seorang gadis SMA manja berjiwa balita atas permintaan sahabatnya yang tengah sakit Angiosarcoma hati. Tidak hanya berhadapan dengan kenakalan dan kera...