26. Dijemput Raden

122 9 1
                                    

Sudah lebih dari setengah jam Devi menunggu kedatangan temannya Alby yang bernama Ryan namun rupanya Ryan sama sekali belum kelihatan batang hidungnya.

Keadaan sekolah sudah mulai sepi dan Devi juga telah meminta Gara dan Arin agar tidak menemaninya menunggu kedatangan Ryan karena Arin dan Gara harus belajar untuk ujian try out besok.

Devi yang lelah pun menyenderkan kepalanya di sebuah pot bunga yang berukuran lumayan besar yang terletak tidak jauh dari tempatnya. Tanpa terasa mata Devi mulai terpejam karena sapuan angin sore yang menenangkan membuatnya sedikit mengantuk.

Tiba-tiba saja ia merasakan sebuah kertas yang jatuh mengenai kepalanya. Ah tidak! Bukan jatuh tapi seperti dilemparkan. Devi pun membuka matanya dan mendapati uang seratus ribu yang telah diremas-remas sehingga berbentuk seperti bola berada di bawah kakinya.

Devi pun mendongakkan wajahnya dan melihat Jessica dan beberapa temannya tengah berdiri di hadapannya dengan senyum menyebalkannya.

Devi pun memilih tidak perduli dan kembali menyenderkan kepalanya ke pot besar itu lagi. Toh mau melawan ia juga tidak bisa karena kalah jumlah, selain itu kondisi kakinya juga belum begitu sembuh. Lalu apa itu uang seratus ribu? Apa ia semurah itu? Sean saja yang menjualnya kepada Alby dengan seratus juta ia anggap murah apalagi ini hanya uang seratus ribu? Ayolah jangan bercanda, Devi tidak semurah itu!

"Dimana kedua pengawal pribadimu?" tanya Jessica sembari tertawa mengejek.

"Pengawal seperti teman-temanmu itu?" tanya Devi sembari menunjuk teman-teman Jessica yang tengah berdiri di belakang Jessica. "Aku tidak punya. Yang kupunya hanyalah sahabat. Kedua sahabatku tidak pernah berjalan di belakangku, kami selalu berjalan beriringan," lanjut Devi seraya tersenyum penuh kemenangan begitu melihat raut wajah Jessica yang merah padam menahan amarah.

"Kau benar-benar menyebalkan," desis Jessica. "Clara cepat bawakan aku sebuah tali," perintah Jessica pada Clara. Clara pun segera menyerahkan tali yang sudah dipersiapkannya kepada Jessica.

Devi yang sadar dengan apa yang dilakukan Jessica padanya pun langsung bangkit berdiri dan mencoba pergi namun teman-teman Jessica berhasil menangkapnya.

"Kau mau pergi kemana?" tanya Jessica dengan tersenyum.

"Kayaknya lebih seru Devi deh Jess daripada si gelandangan Rea," celetuk Clara yang membuat Devi ingin menendang tulang keringnya.

"Lepaskan!" desis Devi tajam namun mereka sama sekali enggan melepaskannya. Oh ayolah apa sekarang ia menjadi target bullying dari Jessica dan kawan-kawannya? Ah sial! Tahu begitu ia tidak akan menolong Rea kemarin dan ngomong-ngomong soal Rea, dimana gadis itu berada? Apa ia tidak lihat karena dia Devi menjadi target bully Jessica sekarang. Ternyata apa yang dikatakan Alby benar-benar terjadi.

Pada saat tangan Devi hendak ditarik paksa oleh Jessica, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menepis tangan Jessica sebelum tangan Jessica menyentuh tangan Devi.

"Kak Raden!" ujar Devi senang.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Raden sembari melepaskan tali yang melilit tubuh Devi.

"Aku baik-baik saja," jawab Devi sembari tersenyum.

Untuk seperkian detik Jessica melihat Raden dengan penuh rasa kagum. Baru kali ini ia melihat laki-laki setampan Raden dan aura laki-laki di hadapannya ini benar-benar mampu menghipnotisnya. Namun belum sampai habis rasa kagumnya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan cengkeraman tangan laki-laki bernama Raden itu di dagunya.

"Apa ini tindakan yang pantas dilakukan seorang siswi SMA?" tanya Raden dengan tatapan tajam pada Jessica.

"Ak..ak-" Jessica kesulitan untuk berbicara karena Raden menekan lehernya. Teman-teman Jessica hanya melihat kejadian tersebut dengan bergidik ngeri tanpa berani membantu Jessica.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang