51. Kissing

150 11 0
                                    

Alby mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mobilnya melaju dengan gesit membelah jalanan kota Jakarta. Berkali-kali Alby memutar kemudinya dari arah kanan ke kiri secara bergantian dengan begitu terampil untuk menyalip mobil yang ada di depannya.

Alby sudah tidak menghiraukan teguran dan bunyi klakson mobil pengendara lain begitu Alby menyalip mereka dan hampir menabraknya. Kini yang ada di otaknya adalah menghentikan Devi sebelum Devi bertemu dengan Raden.

Masih dengan fokus menyetir, Alby segera merogoh ponselnya dan segera mendiall nomor Devi tapi Devi tidak menjawab panggilannya. Alby mencoba menghubungi Devi lagi namun lagi-lagi Devi tidak menjawabnya.

Alby tidak kehabisan akal, Ia segera menghubungi Renata untuk memastikan jika Raden belum bertemu dengan Devi.

"Dimana Raden?" tanya Alby langsung begitu Renata menjawab panggilannya.

"Aku tidak tahu, tapi tadi ia berpamitan padaku ingin bertemu seseorang di lobby rumah sakit sebentar," jawab Renata.

"Panggil Raden sekarang juga! Jangan biarkan Raden bertemu dengan Devi!!" perintah Alby yang membuat Renata kebingungan.

"Memangnya kenapa?"

"Sudah lakukan saja seperti perintahku. Akan kuberitahu nanti," ujar Alby mengakhiri panggilan teleponnya.

Alby memukul stir mobilnya begitu lampu merah menyala. Alby tidak habis pikir kenapa Devi sudah tidak terlihat lagi di hadapannya? Bukankah jarak Devi dengan Alby keluar restaurant tidak beda jauh? Kenapa Devi menghilang secepat itu?

Tanpa Alby tahu, ternyata Devi pergi menuju rumah sakit menggunakan ojek  dan meminta tukang ojek tersebut untuk mencarikan jalan pintas agar cepat sampai di rumah sakit.

Raden bilang ia tidak punya waktu banyak sehingga Devi harus cepat-cepat tiba di rumah sakit sebelum Raden kembali bertugas.

Drtt...drt...

Devi tahu ponselnya berbunyi dan itu panggilan dari Alby. Devi memilih untuk tidak menjawab panggilan Alby karena ia masih kesal dengan Alby yang pergi berkencan dengan Laudya.

"Mbak sudah sampai," ujar tukang ojek sembari menghentikan motornya tepat di depan rumah sakit.

"Terima kasih pak." Setelah menyerahkan beberapa lembar uang, Devi pun segera masuk ke dalam rumah sakit dan ia melihat Raden yang tengah menunggunya di depan lobby.

"Kak Raden!" panggil Devi sembari melambaikan tangannya.

Raden yang mendengar panggilan Devi pun tersenyum lebar dan berjalan kearah Devi.

"Kau sudah tiba. Ayo kita pergi ke rooftop, ada yang ingin kuberikan padamu," ajak Raden.

Dengan senang hati Devi mengikuti langkah Raden. Dalam hati ia bertanya-tanya hadiah seperti apa yang ingin Raden berikan padanya? Apakah sebuah boneka? Atau malah pernyataan cinta? Memikirkannya saja sudah membuat Devi bahagia.

Begitu tiba di rooftop, Raden melepaskan genggaman tangannya pada Devi menatap Devi dengan senyum manis yang terbit di wajahnya.

"Sebenarnya aku sudah lama ingin memberimu ini tapi baru hari ini aku bisa memberikannya padamu," ujar Raden sembari mengulurkan sebuah kotak berpita biru dengan isi siput di dalamnya.

Devi menatap takjub kearah siput cantik yang berada di dalam kotak transparan tersebut. Warnanya yang indah mampu mengelabuhi Devi jika siput tersebut ternyata mengandung racun yang sangat berbahaya.

"Kau suka?" tanya Raden.

"Aku sangat menyukainya. Terima kasih kak," ucap Devi senang.

"Kau harus menjaganya ya dan begitu sampai rumah kau harus memindahkannya ke wadah lain yang lebih besar agar ia nyaman. Oh iya kau harus memegangnya menggunakan tanganmu sendiri agar ia tidak stres karena bersentuhan dengan benda asing." Raden tampak tersenyum senang begitu ia menyadari Devi tidak menyadari rencana buruknya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang