Pagi-pagi buta Devi segera bangun dari tidurnya. Ia segera bersiap-siap dan pergi keluar kamar dengan sembunyi-sembunyi untuk menemui Asep.
Ya, Devi meminta Asep untuk mengantarnya pergi ke kota guna menemui Gara. Devi ingin tahu apa alasan Gara membongkar rahasianya pada Alby. Bukankah sebelumnya Gara mengatakan ia tidak akan menyebarkan rahasia itu? Tapi kenapa sekarang jadi berubah pikiran?
Setelah berhasil keluar dari dalam rumah, Devi melihat Asep yang tengah menunggunya di halaman depan rumah Alby dengan tas ransel warna hitam di punggungnya.
"Non apa kita jadi berangkat ke kota?" tanya Asep takut-takut.
"Apa maksudmu?! Tentu saja jadi. Ayo cepat sebelum kita ketahuan!" ajak Devi seraya menarik tangan Asep.
"Non nanti kalau ketahuan terus saya dipecat bagaimana?"
"Tenang saja, kalau kau dipecat aku akan menerima dirimu. Aku ini punya dua perusahaan besar lho Sep," ujar Devi membanggakan diri.
"Jangan melawak non, saya betulan takut sekarang," tegur Asep sembari mengikuti Devi yang berjalan cepat di depannya.
"Siapa yang melawak? Aku serius!"
Asep memilih tidak menanggapi dan membiarkan Devi membual semaunya. Padahal apa yang disampaikan Devi adalah kebenarannya tapi sepertinya Asep tidak mempercayainya. Buktinya saja sekarang Devi malah tinggal di rumah milik Abimanyu bukan di rumahnya sendiri. Atau jangan-jangan ternyata selama ini Devi adalah gadis kolong jembatan yang di temui oleh Alby lalu dibawa pulang dan dirawat hingga sekarang?
"Kau sedang memikirkan apa?!" tegur Devi yang melihat Asep menggeleng-gelengkan kepalanya seperti sedang mengusir sesuatu dari dalam kepalanya.
"Tidak ada non. Lebih baik kita segera bergegas sebelum kita ketinggalan bis," ucap Asep mengalihkan perhatian Devi.
"Tapi Sep, ini serius kita hanya jalan kaki saja ke jalan besar? Kalau begitu caranya sampai lebaran monyet juga nggak akan sampai Sep," keluh Devi.
"Non Devi tenang saja, saya sudah menyiapkan motor. Itu disana," tunjuk Asep pada sebuah sepeda motor yang terletak di balik pohon besar. Rupanya Asep menyembunyikan motornya disana untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada begal.
*****
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di perjalanan, akhirnya mereka pun tiba. Tanpa menunggu lama lagi, Devi segera menghubungi Gara dan juga Arin agar menemuinya di kafe Anonymous sekarang juga.
"Kau pesan sepuasnya, aku yang bayar," ujar Devi pada Asep yang langsung disambut binar bahagia oleh Asep.
"Benar ya non?"
"Iya."
Sembari menunggu kedatangan Arin dan juga Gara, Devi memilih untuk membaca buku yang ia bawa karena sebentar lagi ia akan menghadapi ujian nasional. Selain itu Devi juga sudah mematikan ponselnya dan ponsel milik Asep untuk berjaga-jaga jika Alby maupun kedua orangtuanya menghubunginya. Devi masih patah hati pada Alby dan setelah ia mengungkapkan perasaannya kemarin membuatnya sedikit kesal jika harus bertemu dengan Alby. Bagaimana bisa Alby lebih menyukai jika dirinya bersama Raden. Bukankah sebelumnya Alby sangat menentang perasaannya pada Raden? Ah entahlah, pikiran Alby memang susah ditebak.
"Kau sudah menunggu lama?" tanya Gara yang baru saja tiba diikuti Arin yang kini duduk di sebelahnya.
"Gara ada hal yang ingin kutanyakan padamu!" ujar Devi menatap Gara tajam begitu Gara baru saja tiba.
"Lho ini siapa?" tanya Arin pada Devi namun sepertinya Devi enggan menjawab pertanyaan Arin dan memilih mengajukan pertanyaan pada Gara.
"Tentang apa?" tanya Gara santai. "Apa kau merindukanku karena sudah lama tidak bertemu?" goda Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Alby Pujaan Hati
AcakAlby yang seorang dokter bedah digestif pun harus menjadi orangtua asuh sementara untuk Devi yang seorang gadis SMA manja berjiwa balita atas permintaan sahabatnya yang tengah sakit Angiosarcoma hati. Tidak hanya berhadapan dengan kenakalan dan kera...