Seperti yang dikatakan oleh Alby, hari ini Devi sudah diperbolehkan pulang dengan catatan tiga hari lagi ia harus kembali ke rumah sakit untuk melepas jahitannya.
Sepanjang perjalanan Devi hanya diam dan mengamati lalu lalang kendaraan yang berada di samping kirinya. Tidak jarang juga ia tertidur di sepanjang perjalanan karena jarak yang mereka tempuh cukup jauh dari kota.
Kini mereka tiba di jalanan yang cukup sepi dengan jalanan yang masih terbuat dari tanah dan belum di aspal. Di sekeliling jalan masih asri dan dikelilingi hamparan kebun teh luas yang tampak hijau.
"Om kita mau kemana?" tanya Devi terbangun dari tidurnya.
"Pulang," jawab Alby singkat.
"Tapi bukankah ini sangat jauh dari sekolahku om? Bagaimana jika aku telat pergi ke sekolah?"
"Untuk sementara kita tinggal disini dulu sampai kondisimu benar-benar pulih dan aku sudah mengajukan cuti sekolah untukmu. Jadi begitu apartment kita sudah bisa ditinggali dan kau sudah sembuh kita akan pulang ke kota dan kau bisa bersekolah seperti biasanya," jelas Alby.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaan om Alby? Bukankah sangat jauh jika om Alby harus bolak-balik ke rumah sakit?"
"Kita bicarakan nanti di rumah. Sekarang cepat kau buka jendelanya," perintah Alby.
"Kenapa?" bingung Devi namun ia menuruti perintah Alby.
Begitu kaca mobil terbuka, Devi dapat merasakan hawa sejuk mulai memasuki mobilnya. Perlahan ia sedikit menyembulkan kepalanya dan menikmati terpaan angin sejuk yang menyapu wajahnya.
"Bagaimana?" tanya Alby."Aku suka, disini sangat sejuk dan segar. Tidak seperti di kota," jawab Devi tanpa melihat kearah Alby.
"Syukurlah kalau kau menyukainya," ujar Alby senang.
Alby sengaja memilih tempat yang jauh dari kota dan masih asri seperti ini untuk membantu Devi sedikit mengatasi stress dan depresinya. Selain itu di tempat ini terdapat studio kecil miliknya yang biasa ia gunakan untuk melukis, seperti yang dikatakan oleh Raka salah satu cara untuk mengontrol emosi Devi adalah dengan melukis. Lagipula bukankah Devi juga gemar melukis? Ia saja sampai ikut ekstrakulikuler melukis di sekolahnya.
Begitu mereka melewati sebuah jalan bercabang, Devi merasa tidak asing dengan jalan tersebut seolah ia pernah melewati jalannya.
"Om kalau kita belok kesana, kita akan kemana?" tanya Devi menunjuk jalan yang ia maksud.
"Ke hutan. Kau jangan sampai kesana, disana banyak hewan buas dan berbahaya," ujar Alby yang diangguki paham oleh Devi.
Devi dapat melihat perubahan raut wajah Alby begitu ia bertanya tentang jalan tersebut namun Devi tidak ingin ambil pusing dan kembali menikmati udara sejuk desa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Alby Pujaan Hati
عشوائيAlby yang seorang dokter bedah digestif pun harus menjadi orangtua asuh sementara untuk Devi yang seorang gadis SMA manja berjiwa balita atas permintaan sahabatnya yang tengah sakit Angiosarcoma hati. Tidak hanya berhadapan dengan kenakalan dan kera...