89. Makna Tersirat Alby Untuk Laudya

24 3 1
                                    

Devi menatap wajah Alby yang tampak tertidur damai di sampingnya. Alby tampak tampan dengan beberapa anak rambut yang menutupi dahinya.

Perlahan tangan Devi tergerak untuk menyingkirkan anak rambut Alby dan menatap wajah Alby lama. Devi ingat jelas kejadian tadi malam. Kejadian saat Alby menciumnya dan berjanji tidak akan meninggalkannya.

Mengingat hal itu membuat Devi bahagia dan cekikikan sendiri meskipun ada sebagian kecil hatinya yang masih menyimpan rasa bersalah pada Alby dan keluarganya.

Untuk seperkian detik Devi menatap Alby dengan sendu.

Bolehkah ia mendapatkan Alby setelah karir Alby hancur dan rumah sakit milik ayah Alby terancam ditutup karenanya?

Tanpa Devi sadari ternyata Alby sudah terbangun dari tidurnya dan ia melirik Devi yang masih menampilkan wajah sendu sembari terus berpura-pura tidur.

Alby tahu apa yang ada di hati Devi. Gadis itu pasti merasa bersalah lagi padanya dan ayahnya. Sial! Itu pasti karena ulah Laudya.

Alby pun mempererat pelukannya pada Devi bahkan ia juga membenamkan wajahnya ke leher Devi membuat Devi sedikit terkejut namun ia tetap diam saja dan mulai ikut memeluk Alby.

Kini Devi merasa seperti memiliki bayi manja yang tidak bisa tidur tanpa pelukannya. Namun di sisi lain Devi sangat menyukainya. Ia baru mengetahui sifat manja Alby yang seperti ini karena biasanya dirinyalah yang selalu manja pada Alby.

"Kau sedang berpikir apa?" tanya Alby tanpa mengubah posisinya maupun membuka kedua matanya.

Devi yang mendengar pertanyaan Alby pun sedikit terkejut. Apa Alby tahu jika ia masih memikirkan dampak jika kesepakatan itu batal?

"Om Alby sudah bangun?" tanya Devi lirih.

"Hm."

"Sejak kapan?"

"Sejak kau menampilkan ekspresi wajah sedihmu," jawab Alby yang membuat Devi menggigit bibirnya karena ternyata Alby menyadari perubahan raut wajahnya.

"Ada apa? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Alby seraya membuka kedua matanya dan bangkit bersandar pada sandaran ranjang.

"Kau masih merasa bersalah karena kesepakatan itu?" tebak Alby yang diangguki oleh Devi.

Alby pun tersenyum lembut seraya membawa Devi ke dalam dekapannya.

"Kan sudah kubilang itu kesalahanku. Kesepakatan ini tidak ada hubungannya denganmu. Aku tidak tahu apa yang dikatakan Laudya padamu tapi yang pasti aku tidak ingin kau merasa bersalah padaku dan ayah," tutur Alby.

"Tapi om bagaimana jika om Abi tahu jika kesepakatan ini dibuat karena om Alby ingin melindungiku dari kak Raden dan karena itu juga rumah sakit miliknya terancam ditutup?" tanya Devi merasa bersalah.

"Ayah sudah tahu," jawab Alby ringan.

"Apa?"

"Ayah sudah tahu semuanya kecuali ibu. Dan lagi untuk masalah penutupan rumah sakit tidak sesederhana yang dikatakan Laudya padamu. Butuh beberapa bukti disertai alasan yang kuat dan proses yang panjang. Jadi penutupan rumah sakit milik ayah tidak akan secepatnya dilakukan apalagi ini hanya menyangkut masalah pribadi direktur denganku."

Devi menganggukkan kepalanya mengerti. Detik berikutnya ia langsung mengalungkan lengannya pada leher Alby dari arah samping membuat Alby sedikit merendahkan tubuhnya.

"Berarti aku bolehkan bersama om Alby?" tanya Devi dengan raut wajah berbinar-binar.

Alby tertawa kecil sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang