74. Pembalasan Lebih Kejam!

118 16 4
                                    

Keesokan harinya Devi dan Abimanyu pun berangkat ke kota untuk menyelesaikan urusan mereka. Devi yang harus memberikan kesaksian kepada polisi dan Abimanyu yang harus menemui direktur tempat Alby bekerja untuk menyelesaikan beberapa hal.

Dengan malas, Devi pun keluar dari dalam mobil milik Abimanyu. Kini mereka tiba di rumah sakit untuk menemui direktur. Devi memberenggut kesal karena jam pertemuannya dengan polisi nanti pukul tiga, itu tandanya masih kurang dua jam lagi dari waktu yang ditentukan. Hal itulah yang membuat Devi terpaksa ikut Abimanyu ke rumah sakit.

Jika bukan karena kejadian tadi malam saat Laudya yang menjawab ponsel Alby, mungkin sekarang Devi sudah berlari pergi menemui Alby dengan senang hati.

"Dev, om mau pergi menemui direktur dulu. Kau pergi temui kakakmu saja ya sembari menunggu om selesai, tadi om sudah memberitahu kakakmu dan kakakmu bilang ia sekarang sedang luang," ucap Abimanyu menginterupsi Devi.

"Kakak?" tanya Devi bingung. Siapa kakaknya?

"Alby maksud om. Bukankah Alby sekarang menjadi kakakmu?" tanya Abimanyu tersenyum.

Untuk seperkian detik Devi merasakan sesuatu yang mencubit hatinya. Ternyata mau dilihat dari sudut pandang manapun Alby memang lebih cocok menjadi kakaknya.

"Bagaimana?" tanya Abimanyu menyadarkan Devi.

"Iya om. Devi cari kakak saja," jawab Devi sembari tersenyum paksa.

Setelahnya Devi pun segera berpamitan pada Abimanyu untuk pergi lebih dulu untuk menemui Alby.

Devi merogoh ponselnya dan melihat pesan yang ia kirimkan kemarin tidak dibalas oleh Alby. Dengan kesal, Devi pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas kecil miliknya.

Begitu tiba di depan ruang IGD, Devi pun bertanya pada salah seorang perawat yang tengah berjaga di mejanya.

"Pagi sus, kalau boleh tahu dokter Alby dimana ya?" tanya Devi sopan.

Tanpa bertanya lebih lanjut, perawat tersebut segera memberitahu keberadaan Alby pada Devi karena bagaimanapun juga mereka sudah tahu jika Devi adalah adik dari Alby.

"Dokter Alby mungkin sedang berada di ruangan staff," jawab perawat tersebut sopan.

Setelah mengucapkan terimakasih, Devi segera berlalu menuju ruangan staff. Jika Alby tidak pindah departemen, Devi tidak akan kesulitan mencari dimana ruangan staff berada.

Setelah bersusah payah mencari, akhirnya Devi berhasil menemukan ruangan yang ia cari.

Tok! Tok!

Ceklek!

Begitu masuk ke dalam, Devi tidak mendapati keberadaan Alby melainkan hanya ada Raden saja dengan segelas kopi di tangannya.

Begitu masuk ke dalam, Devi tidak mendapati keberadaan Alby melainkan hanya ada Raden saja dengan segelas kopi di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Raden," sapa Devi sembari melambaikan tangannya canggung kearah Raden. Bagaimanapun juga setelah kejadian tempo hari saat Raden menyatakan perasaannya padanya dan ia menolaknya membuat Devi merasa sedikit tidak enak pada Raden. Belum lagi Devi juga teringat dengan tujuan Raden yang ingin membunuhnya pun membuatnya sedikit was-was.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang