18. Rindu

115 8 0
                                    

Devi menggeliat dalam balutan selimut hangatnya. Kedua matanya masih terasa berat sekali untuk dibuka namun serangan dari sinar matahari dari kaca jendelanya membuatnya tidak nyaman.

Tangan Devi meraba-raba berniat mencari boneka Totonya untuk menghalau sinar matahari tersebut dari matanya namun ia tidak berhasil mendapatkannya. Sepertinya ada seseorang yang sengaja mengambilnya. Tapi siapa?

"Dev bangun!"

Devi menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya dan melanjutkan tidurnya kembali namun seseorang tiba-tiba menarik selimut hangatnya.

"Cepat bangun!" perintah Alby.

"Lima menit lagi om, kemarin aku tidak bisa tidur biarkan aku tidur sebentar lagi. Lagipula ini hari minggu," rengek Devi tanpa mau membuka matanya.

"Aku akan mengantar Renata ke bandara, kau ikut tidak?" tanya Alby yang langsung membuat Devi membuka kedua matanya lebar-lebar.

"Aku ikut!!" ujar Devi sembari cepat-cepat bangun dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi.

"Om tunggu aku sebentar oke?!! Kau jangan meninggalkanku om!!" teriak Devi dari balik pintu kamar mandi.

"Setengah jam tidak selesai kutinggal," ucap Alby yang membuat Devi berteriak panik.

"Beri aku waktu satu jam om!!!" teriak Devi dari dalam kamar mandi.

"Baiklah, satu jam. Terlambat satu detik saja kutinggal," ujar Alby.

*****

Sebelum berangkat ke bandara, Alby dan Devi pun menjemput Renata terlebih dahulu di rumahnya. Selama berada di perjalanan keduanya hanya saling diam karena Alby memerintahkan Devi untuk belajar dengan buku yang ia paksa bawa.

Untung saja Devi tidak membantah saat Alby memerintahkannya untuk belajar jadi Alby tidak perlu repot-repot mengeluarkan emosinya di pagi hari.

"Om, seorang bayi memiliki otot jantung yang tidak berfungsi dengan normal sehingga sirkulasi darah dalam tubuhnya terganggu. Kemungkinan bayi tersebut mengalami gangguan perkembangan lapisan embrional bagian apa?" tanya Devi.

"Kau jawab apa?" tanya Alby.

"Aku tidak tahu mangkanya aku bertanya padamu. Om kan dokter," jawab Devi.

"Ada pilihan gandanya kan? Coba kau cari tahu jawabannya dengan otakmu sendiri lalu beritahu aku apa jawabannya," jawab Alby tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya.

Devi yang mendengarnya pun mengerucutkan bibirnya kesal dengan jawaban Alby, namun ia tetap berusaha mencari jawabannya.

"Jawabannya di endoderm, benar tidak om?" tanya Devi.

"Kenapa kau memilih jawaban endoderm?" tanya Alby.

"Aku menebaknya saja hehe," jawab Devi dengan disertai cengirannya.

Alby pun menoleh dan menatap galak kearah Devi.

"Jika kau seorang dokter, pasienmu pasti akan mati karena kau asal tebak dan salah diagnosis," komentar Alby.

"Aku tidak tahu jawabannya om! Di bukuku juga tidak ada pembahasan materinya tentang lapisan tubuh," ujar Devi sebelum Alby mengomelinya lagi.

"Kenapa bisa tidak ada? Bukankah itu materi kelas 12? Seharusnya di bukumu ada," ujar Alby.

"Aku merobeknya saat aku bertengkar dengan kak Sean," jawab Devi pelan.

Alby pun terdiam dan menghela nafasnya pelan sebelum pada akhirnya ia menjawab soal Devi.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang