30. Kencan

144 12 1
                                    

"Kupikir kau akan berbohong dan lebih membela Jessica," ujar Devi pada Rea begitu mereka keluar dari ruang BK.

"Aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini. Mumpung ada guru BK, sekalian saja kuberi tahukan perlakuan Jessica padaku," ujar Rea.

"Lalu kenapa dulu kau malah mengata-ngataiku?" tanya Devi.

"Aku tidak mau kau terlibat jauh dengan urusanku dan Jessica. Tapi ternyata sama saja, kau malah jadi korban bully Jessica," ujar Rea menyesal.

Devi mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Rea. Ternyata apa yang dikatakan Alby padanya kemarin memang benar.

"Selain itu aku tidak suka dikasihani," lirih Rea.

"Ah aku menolongmu bukan karena aku kasihan padamu. Sungguh!! Aku tidak pernah kasian pada seseorang. Kau tanya saja pada om Alby. Om benarkan kalau aku ini orang kejam dan tidak pernah kasihan pada orang lain?" dusta Devi sembari melambaikan tangannya cepat di hadapan Rea.

"Benar," jawab Alby menuruti kebohongan Devi.

"Tuh kau dengar sendiri kan dari om Alby? Aku menolongmu karena ingin berteman denganmu. Kau mau tidak jadi temanku?" tanya Devi sembari menghentikan langkahnya.

Rea yang mendengar ucapan Devi pun tersenyum haru. Baru kali ini ada seseorang yang mau mengajaknya berteman.

"Maaf kurasa aku tidak bisa," ujar Rea sebelum akhirnya ia berlari menjauh dari Devi.

Rea hanya tidak ingin jika nanti ia mengiyakan permintaan Devi dan mereka berteman, Devi akan meninggalkannya karena tahu siapa Rea. Rea hanyalah gadis kolong jembatan yang tidak memiliki tempat tinggal dan bersekolah hanya menggunakan dana bantuan pemerintah. Devi dan dirinya benar-benar berada di level berbeda.

"Wah aku tidak percaya aku ditolak oleh seseorang seperti Rea," ujar Devi sembari mengibas-ngibaskan tangannya menahan kesal.

"Tentu saja. Memangnya siapa yang mau berteman dengan orang kejam dan tidak punya kasihan? Aku pun kalau jadi Rea tentu saja tidak mau," ujar Alby menggoda Devi.

"Om!!"

"Sudahlah, lebih baik kau segera kembali ke kelas. Aku kembali ke rumah sakit dulu," pamit Alby sembari mengacak rambut Devi pelan.

"Baiklah, hati-hati om."

"Oh iya, kau jangan buat masalah lagi, jangan berkelahi lagi karena aku tidak mau datang ke sekolahmu lagi hanya untuk memenuhi panggilan guru BKmu. Jaga sikapmu baik-baik," pesan Alby.

"Kalau tidak mau datang ya jangan datang om. Kau kan bisa minta tolong kak Raden untuk datang kemari menggantikanmu," ujar Devi sembari tersenyum genit.

"Kau mau memamerkan kenakalanmu pada pacarmu?" tanya Alby sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Bukan pacar om, masih belum tapi kalau om Alby menyebutnya begitu aku sih senang-senang saja."

"Sudahlah sana kembali ke kelas."

"Iya-iya."

Baru saja Devi hendak beranjak dari tempatnya, terdengar suara Laudya memanggil namanya. Devi pun menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Laudya, begitupun juga Alby.

"Dev!"

"Ada apa tante?"

"Atas nama Jessica aku ingin minta maaf padamu dan Alby. Aku tidak tahu jika Jessica melakukan hal keterlaluan seperti itu pada temannya. Kalian tenang saja, selama masa skorsing Jessica, aku janji akan buat dia menyadari kesalahannya. Sekali lagi aku minta maaf ya Dev," ujar Laudya sungguh-sungguh.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang