67. PTSD

178 8 2
                                    

"PTSD?"

"Iya, PTSD. Secara klinis, PTSD digambarkan sebagai gangguan kecemasan akut yang membuat penderitanya selalu teringat pada kejadian yang menimbulkan trauma berat. Penyerangan yang dialami Devi tempo hari meninggalkan trauma besar dalam hidupnya, belum lagi trauma masa lalunya yang belum sembuh semakin menambah keparahan PTSD yang dialami Devi."

Alby menghela nafasnya pelan sembari mengusap wajahnya kasar. Kenapa Devi harus terus mengalami ini semua? Setelah amnesia kenapa harus muncul PTSD?

"Keadaan penderita PTSD dapat diperparah bila dihadapkan dengan situasi tertentu atau orang tertentu yang mengingatkan mereka pada trauma masa silam - trauma yang menyebabkan munculnya PTSD dalam hidup mereka. Pemicu serangan PTSD, yang secara langsung menghadirkan kembali ingatan buruk penderita, dapat termasuk bau-bauan, suara dan bunyi, sensasi atau bahkan tanggal kejadian," jelas Raka.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Alby sedih.

"Kali ini kau harus benar-benar menghindarkan Devi dari pemicunya karena PTSD adalah salah satu penyebab utama orang depresi hingga melakukan aksi bunuh diri. Cara terbaik untuk memberikan dukungan bagi seseorang yang menderita PTSD seperti Devi adalah dengan tidak memaksa mereka untuk sembuh secara instan. Ajak Devi bicara dari hati ke hati tanpa memaksanya menceritakan apa yang ia alami, biarkan curhatnya mengalir sendiri. Dampingi Devi untuk menghadapi ketakutannya, biarkan waktu yang pelan-pelan akan membuat Devi melupakan trauma tersebut sedikit demi sedikit. Sebagai pendukung yang baik, kesabaran untuk mendengarkan keluh kesah penderita PTSD tanpa menghakimi sangat penting," tutur Alby.

"Termasuk perubahan emosinya?"

"Betul. Ada berbagai macam jenis terapi artistik yang dapat membantu menyalurkan kemarahan, sekaligus membuang emosi negatif dan merelaksasi otak serta pikiran. Mulai dari melukis, menari sampai dengan memainkan alat musik. Coba kau ajak Devi untuk melukis atau bermusik dengan begitu emosinya sedikit demi sedikit dapat terkontrol. Terapi ini bertujuan untuk membantu mengeluarkan emosi negatif yang terpendam oleh akibat adanya trauma, sehingga perlahan-lahan Devi dapat mengosongkan pikiran dan mulai menghapus trauma secara bertahap. Lho bukannya dulu kau seorang pelukis?" tanya Raka.

"Pelukis apanya, itu hanya hobi," ralat Alby.

Bima hanya manggut-manggut mendengar koreksi Alby.

"Tapi kenapa kau selalu konsultasi padaku tanpa membawa Devi kemari? Aku selalu mendiagnosis Devi hanya berdasarkan ceritamu saja tanpa memeriksanya. Kau ini sebenarnya kenapa?" tanya Raka tidak terima.

"Bagaimana bisa aku membawanya kepadamu jika ia melihat orang asing saja ketakutan setengah mati," jawab Alby santai.

"Tapi aku kan sudah pernah bertemu dengan Devi sebelumnya. Masa ia lupa padaku dan tetap menganggapku orang asing," ujar Raka tidak habis pikir.

"Kau lupa ia lari ketakutan saat kau akan melakukan EEG padanya dulu?" ingat Alby.

"Benar juga. Tapi tetap saja konsultasi tanpa memeriksa pasien itu sesuatu yang salah! Bagaimana jika ternyata semua diagnosisku meleset? Aku kan belum memeriksa Devi langsung," protes Raka.

"Kau menyukai Devi ya?"

"Ck apa maksudmu? Devi masih terlalu anak-anak untuk pria dewasa sepertiku walaupun wajahnya bisa dibilang cukup menarik tapi aku tidak menyukainya sebagai wanita. Devi lebih cocok sebagai adikku," jawab Raka. Alby yang mendengarnya pun merasa kalimat itu sangat cocok untuknya.

"Kau benar, mana mungkin pria dewasa seperti kita menyukai anak-anak," ujar Alby tertawa. Lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri.

"Kenapa tertawa seperti itu? Membuatku takut saja. Kau menyukai Devi ya?"

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang