81. Devi hilang!

155 16 14
                                    

Semalaman Alby tidak bisa tidur begitu Devi mengungkapkan perasaannya pada dirinya. Jelas Alby berbohong jika ia lebih menyukai Devi kembali lagi pada Raden. Sejujurnya Alby tidak ingin Devi memiliki perasaan lagi pada Raden apalagi Raden pernah memiliki niat buruk pada Devi.

Tapi di sisi lain ia tidak bisa menerima perasaan Devi dan meninggalkan Laudya begitu saja. Ada harga yang harus ia bayar jika ia meninggalkan Laudya dan harga yang harus ia bayar sangatlah mahal bahkan sampai menyangkut ayahnya.

Alby ingat betapa murka ayahnya begitu selesai bertemu dengan direktur rumah sakitnya saat itu. Alby yang sedang asyik mengobrol dengan Devi tiba-tiba diminta ayahnya untuk berbicara empat mata di ruangannya.

Tanpa basa-basi lagi ayahnya memberitahu Alby jika Alby mengingkari kesepakatan yang ia buat dengan direktur maka rumah sakit milik Abimanyu lah yang menjadi jaminannya. Rumah sakit milik Abimanyu merupakan cabang dari rumah sakit milik Sena dan sewaktu-waktu bisa Sena tutup dengan mudah begitu Alby menyakiti Laudya. Dengan kata lain, ketua yayasan saat ini telah dipegang oleh Sena-ayah Laudya.

Mau tidak mau Alby harus tetap melanjutkan kesepakatan itu dan Alby juga tahu dibalik dukungan ayahnya pada hubungannya dengan Laudya, ayahnya pasti sangat membenci Sena. Bagaimana bisa Sena mempermainkan nyawa manusia demi kepentingan pribadi seperti ini? Rumah sakit milik Abimanyu merupakan satu-satunya rumah sakit yang berdiri di desa yang sekarang menjadi tempat tinggalnya, lalu bagaimana jika rumah sakit itu ditutup? Di mana lagi pasien bisa pergi berobat?

Alby berkali-kali merutuki kebodohannya ini dan sepertinya tidak ada jalan lain selain melanjutkan kesepakatannya. Tapi masalahnya apakah ia bisa? Sejauh ini ia hanya memperlakukan Laudya seperti pasangan pada umumnya namun Alby masih belum memiliki rasa apapun padanya.

Alby mendesah pelan. Sepertinya ayahnya sengaja tidak memberitahu ibunya tentang kesepakatan ini karena jika ayahnya memberitahunya sudah bisa dipastikan Alby akan mendapat amukan besar dari ibunya.

Dan soal kecelakaan Laudya, Alby sudah bertanya pada Asep tentang kebenarannya dan ternyata apa yang dikatakan Asep persis dengan apa yang diceritakan Devi pada ibunya. Bagus! Sekarang orang yang ingin mencelakai Devi bertambah satu lagi.

"Kenapa jadi seperti ini?!" desah Alby frustasi.

Alby melirik ke jam weker di atas nakasnya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia jadi teringat dengan Devi. Gadis itu semalam kehujanan dan sekarang bagaimana keadaannya? Apakah semalam Devi langsung mandi air hangat dan bisa tidur nyenyak atau malah Devi tidak bisa tidur dan menangis karena penolakannya?

Entahlah tapi semoga saja Devi baik-baik saja.

Alby pun segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk turun kebawah. Kedua orangtuanya pasti tengah menunggunya untuk sarapan pagi.

Begitu selesai mandi, Alby segera bergegas menuju meja makan. Disana sudah tersedia berbagai macam lauk-pauk buatan bi Jum lengkap dengan susu hangat milik Devi. Ngomong-ngomong soal Devi, kenapa Alby tidak melihat keberadaannya? Kemana ia? Apakah belum bangun? Kenapa hanya ada ayah dan ibunya saja?

"By, panggil Devi gih. Sepertinya dia belum bangun," perintah Ishwari.

Alby sebetulnya ingin membangunkannya namun begitu ia teringat kejadian semalam, Alby mengurungkan niatnya. Ia hanya belum siap bertemu dengan Devi apalagi bersikap sewajarnya seperti biasanya.

"Kita tunggu saja paling sebentar lagi dia datang," ujar Alby sembari duduk.

"Ibu sudah menunggunya dari tadi tapi Devi belum juga kemari," balas Ishwari.

"Kalau begitu minta bibi Jum saja yang membangunkannya. Tidak pantas jika pria masuk kedalam kamar anak gadis," tutur Alby yang membuat Ishwari memicingkan matanya curiga kearah Alby.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang