63. Cemburu?

167 15 4
                                    

Alby melihat seorang wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik dengan celana kain hitam dan blazer warna senada tengah duduk di ruang tunggu.

Alby pun berjalan mendekat kearah wanita tersebut. Sadar akan kehadiran Alby, wanita itupun langsung membungkuk hormat dan langsung mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan dirinya pada Alby.

"Dokter Alby ya? Saya Meira. Saya sekretaris tuan Sean," ujar Meira memperkenalkan diri.

"Ah iya, mari ke ruangan saya."

Alby pun mengajak Meira untuk pergi ke ruangannya agar mereka bisa mengobrol lebih leluasa. Selain itu Alby tidak ingin pembicaraan penting seperti ini dibicarakan di luar yang siapun bisa mendengarnya.

"Silahkan duduk, maaf hanya ada air mineral." Alby mempersilahkan Meira untuk duduk di hadapannya dan segera menyajikan air mineral untuk Meira.

"Tidak apa-apa dokter Alby. Maaf saya merepotkan."

"Tidak apa-apa. Ada yang bisa saya bantu?"

Kini Alby mulai memasang wajah serius kearah Meira. Alby penasaran ada tujuan apa Meira datang ke rumah sakit ingin menemui Devi.

"Saya sebetulnya ingin bertemu dengan nona Devi namun sepertinya nona belum siuman dan saya diberitahu oleh tuan Sean jika saya ingin bertemu dengan nona Devi, saya harus meminta ijin anda terlebih dahulu," ujar Meira sopan.

Meskipun Meira berusia lebih tua dari Alby, Meira tetap saja bersikap sopan dan memperlakukan Alby seolah Alby adalah atasannya.

"Apa nona Devi sudah kembali mendapatkan ingatannya?" tanya Meira yang membuat Alby terkejut.

Sekretaris Sean tahu Devi mengalami amnesia?

"Ah maaf jika anda berpikir saya lancang bertanya seperti itu. Tapi saya sudah tahu semuanya sejak awal. Sejak saya menjadi sekretaris tuan Sean. Dan saya kemari ingin memastikan apakah ingatan nona Devi sudah kembali atau belum ditambah nona mengalami penyerangan seperti itu membuat saya sangat khawatir," tutur Meira sungkan.

"Ah maaf tadinya saya jadi berpikir macam-macam, tapi ternyata pikiran saya salah. Sepertinya anda sangat menyayangi Devi ya?" tanya Alby seraya tersenyum.

"Saya cukup sering mengasuh nona bila nona ikut ayahnya ke kantor dan saya sudah menganggap nona sebagai putri saya sendiri," jawab Meira sembari tersenyum.

Alby menganggukan kepalanya mengerti.

"Tapi saya yakin anda kemari bukan hanya karena ingin memastikan ingatan Devi kan? Apa anda memiliki sesuatu lain yang ingin anda sampaikan?"

"Benar, tapi saya rasa sekarang bukan waktu yang tepat. Saya akan menunggu umur nona berusia 25 tahun dulu baru saya akan memberitahunya."

"Kenapa tidak sekarang saja? Kenapa harus menunggu tujuh tahun lagi?" Alby menatap bingung pada Meira.

"Karena saat itulah nona harus memimpin dua perusahaan. Wardhana Inc. dan Anggara Inc. tapi dengan kondisi nona yang seperti sekarang ini membuat pemegang saham dan jajaran direksi lain ingin memecat dan menggantikan nona dengan orang lain padahal tuan Sean sendiri yang menyerahkan perusahaannya kepada adik semata wayangnya bukan kepada orang lain. Apalagi sekarang Anggara Inc. sedang gencar-gencarnya terjadi perebutan posisi," jelas Meira sedih.

Alby terdiam. Ia tidak tahu ingin berkomentar apa. Jelas kedua perusahaan itu tidak ada hubungannya dengan dirinya dan ini juga bukan permasalahan yang dapat ia campuri begitu saja.

"Dokter Alby tenang saja. Selama nona Devi baik-baik saja, saya akan menjamin perusahaan juga dalam keadaan baik-baik saja sampai nona Devi menjabat nanti. Jadi karena itu saya mohon tolong jaga dan lindungi nona. Jangan biarkan kejadian seperti ini terjadi lagi," pinta Meira sungguh-sungguh.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang