86. Rencana Jahat Laudya

137 18 9
                                    

Laudya mengajak Devi untuk menuju tempat yang lebih sepi, meskipun keadaan pantai saat itu memang sudah sangat sepi karena musim liburan belum dimulai ditambah lagi seminggu lagi ujian nasional dilaksanakan. Laudya hanya tidak ingin apa yang ingin ia sampaikan didengar oleh orang lain apalagi Alby yang sedari tadi menatap was-was kearahnya. Oh ayolah memangnya apa yang bisa ia lakukan untuk mencelakai Devi? Alby memang selalu berpikir berlebihan.

"Disini saja," ujar Laudya mengambil duduk diatas batu karang.

Kini mereka berada di bagian tumpukan batu karang yang letaknya sedikit lebih jauh dari keberadaan Alby.

Devi pun menuruti Laudya dan duduk sedikit lebih jauh untuk berjaga-jaga jika Laudya berbuat macam-macam padanya.

"Tante Laudya mau bicara apa?" tanya Devi langsung.

"Hanya ingin curhat saja," jawab Laudya sembari membuka jaketnya.

Devi menoleh dan matanya tidak sengaja terfokus pada dada Laudya yang tampak berisi, lalu ia melihat kearah dadanya yang berbeda jauh dengan milik Laudya. Cepat-cepat Devi segera menekuk lututnya untuk menyembunyikan dadanya. Hal itu tidak luput dari pandangan Laudya yang tertawa kecil melihatnya.

"Ini palsu," ucap Laudya yang langsung membuat Devi menoleh kearahnya.

"Aku bohong," ujar Laudya berikutnya yang membuat Devi mencibir dalam diam.

"Syukurlah kau sudah bersama Raden," ucap Laudya.

Devi hanya diam sembari menatap keindahan laut dengan beberapa burung camar yang terbang diatasnya.

"Seharusnya jika kau sudah bersama Raden aku sudah tidak khawatir lagi Alby akan berpaling denganmu kan?"

Devi diam bergeming.

"Alby bilang ia menyukaiku dan bahkan ia sangat mengkhawatirkan tanganku. Aku merasa cukup senang akan hal itu. Oh iya kemarin malam ia datang ke kamarku dan-"

"Jika tante Laudya hanya ingin pamer, aku pergi," potong Devi beranjak bangkit berdiri.

"Duduk dulu, aku belum selesai bercerita," tahan Laudya sembari menepuk sisi sebelahnya.

"Aku tahu kau menyukai Alby dan jujur saja aku juga tahu kalau Alby juga menyukaimu."

Devi berhenti. Ia membalikkan badannya menatap Laudya yang kini tersenyum lembut padanya. Ini bukan Laudya yang seperti biasanya. Laudya kali ini tampak lebih lembut dan menjaga perkataannya.

Apa tante Laudya akan menyerah?

"Jika kau berfikir aku akan menyerah maka kau salah," ujar Laudya langsung mematahkan asumsi Devi.

"Duduklah aku ingin memberitahumu sesuatu," ujar Laudya.

Devi pun kembali duduk di tempatnya semula dengan pandangan yang enggan menatap Laudya.

"Kau tidak penasaran kenapa Alby berpacaran denganku padahal ia menyukaimu?" tanya Laudya namun Devi tetap enggan menatap kearahnya.

"Bukankah tante Laudya memintaku kemari karena ingin memberitahuku hal itu?" balas Devi.

Laudya tersenyum sekilas sebelum raut wajahnya menjadi serius.

"Itu karena dirimu sendiri," ujar Laudya yang membuat Devi tersentak.

"Saat kau di Singapura Alby datang menemui ayahku. Dia bilang ia ingin pindah departemen dan menjadi perseptor untuk Raden dan Fitra. Tentu saja ayahku menolak sampai sebuah kalimat keluar dari mulut Alby yang membuat ayahku pada akhirnya menyetujui keinginannya. Alby bilang jika ayahku menyetujui ia pindah departemen, ia akan mengencaniku dengan kata lain Alby mau menjadi suamiku secara suka rela."

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang